"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari
rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku
nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.
membuat Alvin yang sedang melamun
segera terperanjat.
"Berhenti bicara yang tidak-tidak
Ela!!" hardik pak Rohman.
"Kamu pilih aku dan anak anak yang
keluar apa anak sialanmu ini yang keluar
pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.
Beliau tak pernah berfikir akan
dihadapkan pada situasi se rumit ini.
"Alvin yang akan keluar pak buk"
ucap Alvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24 Jualan
Usai penerimaan raport, masa liburan
sekolah pun datang. Alvin yang libur
sekolah selama 2 Minggu pun
memanfaatkan waktunya sebaik
mungkin.
Keinginan menjadi pengepul rosok
membuatnya terus memutar otak, kini
selain mulung sendiri, Alvin juga mulai
menerima rosok dari pemulung lain.
Belum banyak memang, tapi bagi
Alvin ini sudah lumayan, ia yang
awalnya berencana akan menyetorkan
rosok, yang telah kumpulkan seminggu
sekali, namun melihat banyaknya rosok
dan tempat yang mulai terlihat penuh,
membuat Alvin segera menyetorkan
rosok tersebut setelah 4 hari.
Dengan menyewa pick up, Alvin
pun menyetorkan rosok tersebut ke
pengepul yang lebih besar, yang sudah ia
datangi sebelumnya.
Dari memulung dan menjadi pengepul
kelas teri, Alvin belajar yang namanya
mengelola usaha barang bekas. Hampir
semua yang dibuang atau yang ada di
tempat sampah itu memiliki nilai
manfaat.
Usai menyetorkan rosok, Alvin
segera pulang, terlihat Mingyu sedang
menunggu di atas sepeda bebeknya.
Membuat Alvin mengayuh sepedanya
lebih cepat agar segera sampai.
"Wes suwe Tah Ming?" sapa Alvin
sembari memarkir sepeda pancalnya.
"Sek tas, dari mana kamu?" tanya
Mingyu.
"Dari kampung Nangka" jawab
Alvin.
"Ngapain?" Mingyu kepo.
"Abis setor rosok'ucap Alvin
"Loh kamu sekarang setor rosok ke
pak Andre?" tanya Mingyu.
"Kamu kok tau pak Andre?" tanya
Alvin.
"Itu kan pengusaha rosok besar vin,
wah berati rosokmu makin banyak ya' ujar
Mingyu.
"Alhamdulillah" ucap Alvin.
"Ada apa? Tumben kesini" tany
Alvin.
"Gabut vin, sama mau cerita, bentar
lagi kan tahun baru, kamu gak pingin
jualan?" tanya Mingyu.
"Jualan opo Ming?"
"Aku rencana mau jual terompet, udah
mulai bikin sendiri, dari karton sama
kertas metalik itu loh" ujar Mingyu
membuat Alvin mengangguk paham.
"Kalau kamu udah tahu ide jualannya
ya jual aja Ming, pasti laku kalau malam
tahun baru nanti"jawab Alvin.
"Kamu gak pingin ikut jualan?" tanya
Mingyu.
"Ngapain ajak ajak? Kamu malu jualan
sendiri?" tebak Alvin.
Mingyu pun hanya cengengesan
enggan menjawab.
"Kamu itu udah punya ide jualan,
udah eksekusi, tinggal praktek jualnya,
kenapa malah ngasih tahu orang lain,
salah salah kalau idemu di contoh. Kalo
emang niat mau usaha gak usah malu
Ming, jujur sih aku tertarik buat jualan
kayak kamu, tapi mau jual apa. Sejauh ini
aku gak pernah bikin sesuatu buat dijual
gitu" tutur Alvin mengingatkan
Mingyu.
"Hehe tahu aja kamu vin, sejujurnya
aku emang malu sih, soalnya belum
pernah jualan di jalan" jawab Mingyu
berasalan.
"Ini kalo kamu cerita ke papamu, aku
yakin bakal di maki-maki sih" ucap
Alvin.
Alvin tentu tahu bagaimana otak
bisnis papa Mingyu, sebagai pengusaha
dan pekerja keras, beliau tidak akan malu,
jika harus memulai dengan turun di jalan
untuk berjualan.
"Makanya itu, aku ceritanya ke kamu vin, bukan ke papa!" ujar Mingyu.
"Udah sana kamu jualan aja dulu,
mulai besok kalau udah banyak terompet
yang kamu bikin, udah bisa kamu jual tuh
ke alun alun. Aku temenin deh untuk hari
pertama" saran Alvin.
"Kamu gak pingin jual juga?" tanya
Mingyu.
"Pingin, tapi belum kepikiran mau
jual apa. Jadi bantuin kamu aja dulu"
jawab Alvin.
"Udah sana pulang, bikin terompet
yang banyak, kalau bisa bikin yang
bentuknya unik unik, biar laku" usir
Alvin kemudian.
"Kamu gak pingin bantuin?" tawar
Mingyu.
"GAK aku capek, udah sana. Punya ide usaha tuh langsung eksekusi! Jangan
kebanyakan mikir!" Nasehat Alvin lagi.
"Siap suhu!" ucap Mingyu kemudian
terbahak.
"Woo gendeng" umpat Alvin.
Mingyu pun berlalu, Alvin segera
masuk ke dalam rumah. Ya, Alvin dan
Mingyu tadi hanya berbincang di depan
rumah, Alvin belum sempat
mempersilahkan Mingyu masuk, sebab
temannya itu sudah terlanjur antusias
bercerita.
Kepergian Mingyu membuat Alvin
berfikir, apa yang perlu ia jual di malam
tahun baru, sekedar untuk menemani
Mingyu, dan membantu jika memang di
butuhkan.
Berbagai macam mainan anak
terlintas di otaknya, bagaimana cara membuatnya membuat Alvin berfikir
sedikit lebih keras, sebab selama ini
Alvin memang tak pernah membuat
sebuah prakarya seperti itu.
Berfikir tentang keramaian di malam
tahun baru, dan kebutuhan yang akan di
cari oleh para penikmat malam, Alvin
baru kepikiran jika para pengunjung alun-
alun nantinya pasti akan membutuhkan
konsumsi, konsumsi yang paling mudah
dan dibutuhkan adalah minuman.
Alvin pun memutuskan untuk
berjualan minuman saja besok, es teh
adalan menu paling mudah yang bisa ia
jual. la tinggal membeli gelas plastik dan
sedotan, untuk termos agar es yang ia
bawa tak mudah mencair, bisa dipinjam
dari Mak Na, pikir Alvin.
Keesokan harinya, usai menarik
sampah, Alvin pun mulai eksekusi. Membeli bahan bahan yang diperlukan,
dan meminjam termos dari Mak Na sudah
ia lakukan.
"Buat apa le?" tanya Mak Na, saat
Alvin meminjam termos nasi yang
besar.
"Mau tak pinjem buat jualan Mak"
jawab Alvin yang menurunkan termos
tersebut, sebab sebelumnya di letalkkan di
gantungan yang cukup tinggi oleh Mak Na,
sebab termos tersebut memang jarang
sekali digunakan.
"Mau jualan nasi?" tanya Mak Na
penasaran.
"Hehe yah mboten lah Mak, besok kan
malam tahun baru, nah mulai nanti
malam Alvin mau nyoba jualan es teh
Mak, siapa tahu laku" ujar Alvin
membuat Mak Na mengangguk paham.
"Oalah, yawes semoga laku ya le" doa
Mak Na.
"Amin" ucap Alvin.
Sore hari, Alvin pun mulai meracik
teh yang akan ia jual, ia sengaja hanya
meracik teh dari rumah, dimasukkan ke
dalam ceret yang kemudian ia masukkan
lagi kedalam termos.
Dengan begitu, sesanmpainya di alun-
alun nanti, ia tinggal memasukkan ke
dalam gelas plastik dan tinggal
menambahkan es batu yang sudah
siapkan.
Jarak alun-alun yang tak terlalu jauh,
membuat Alvin membawa termos yang
sudah berisi teh dan es batu yang belum
tercampur itu dengan jalan kaki.
Meski tak terlalu berat, namun termos
Yang ukurannya cukup besar membuat Alvin sedikit kewalahan dalam
membawanya. Namun itu tak terlalu
dipusingkan bagi Alvin.
Sementara di tempat lain, kini
Mingyu sedang meletakkan semua
terompet buatannya ke atas sepeda motor.
"Dapat darimana terompet segitu
banyak Ming" tanya papa Mingyu.
"Bikinlah pa, mau Mingyu jual ini"
jawab Mingyu percaya diri.
"Jadi dari kemarin kamu gak keluar
kamar itu, lagi bikin begituan?" sahut
mama Mingyu.
"Yoi ma" jawab Mingyu.
"Wah, tumben sekali otakmu itu jalan"
sindir papa Mingyu, beliau memang
sudah biasa bercanda demikian, jika
bukan keluarga maupun orang terdekatnya, mungkin akan kaget dengan
kalimat kalimat tajam yang di ucapkan
beliau.
"Iya lah, biar punya banyak uang"
jawab Mingyu.
"Ya dah sana berangkat, makin cepet
kamu berangkat makin cepet dapet duit"
usir papa Mingyu.
"Ya, Mingyu berangkat. Doain laku
keras pa, ma" pamit Mingyu.
Sang mama pun mengangguk.
"Yo, wes cepet sana!" jawab papa
Mingyu.
Mingyu pun berlalu setelah
memastikan terompet yang akan ia jual
tak ada yang ketinggalan, sedangkan papa
Mingyu yang melihatnya pun tersenyum
bangga.
Tak lama kemudian ia pun sampai
lebih dulu di tempat ia janjian dengan
Alvin. Saat sedang menata terompet agar
terlihat menarik, Mingyu pun melihat
Alvin yang sedang berjalan dengan
membawa termos besar ke arahnya.
"Bawa apa kamu vin?" sapa Mingyu
saat Alvin mulai mendekat.
"Aku mau jual es teh" jawab Alvin
seraya meletakkan termos yang ia bawa di
belakang motor Mingyu.
"Kenapa gak bilang, tau gitu tak
jemput tadi" ucap Mingyu.
"Trus aku duduk dimana, sepedamu
udah penuh dagangan gini" jawab Alvin.
"Iyoh ya' ucap Mingyu seraya
terbahak.