NovelToon NovelToon
Aku Pergi...

Aku Pergi...

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Penyesalan Suami
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Call Me Nunna_Re

Luna Maharani.

Nama yang sudah lama tidak ia dengar. Nama yang dulu sempat jadi alasan pertengkaran pertama mereka sebelum menikah. Mantan kekasih Bayu semasa kuliah — perempuan yang dulu katanya sudah “benar-benar dilupakan”.

Tangan Annisa gemetar. Ia tidak berniat membaca, tapi matanya terlalu cepat menangkap potongan pesan itu sebelum layar padam.

“Terima kasih udah sempat mampir kemarin. Rasanya seperti dulu lagi.”



Waktu berhenti. Suara jam dinding terasa begitu keras di telinganya.
“Mampir…?” gumamnya. Ia menatap pintu yang baru saja ditutup Bayu beberapa menit lalu. Napasnya menjadi pendek.

Ia ingin marah. Tapi lebih dari itu, ia merasa hampa. Seolah seluruh tenaganya tersedot habis hanya karena satu nama.

Luna.

Ia tahu nama itu tidak akan pernah benar-benar hilang dari hidup Bayu, tapi ia tidak menyangka akan kembali secepat ini.
Dan yang paling menyakitkan—Bayu tidak pernah bercerita.

Akankah Anisa sanggup bertahan dengan suami yang belum usai dengan masa lalu nya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Nunna_Re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18

Pagi itu, suasana apartemen kembali hening setelah malam yang penuh kekacauan. Semalam Luna sudah dibawa ke IGD, namun sampai pagi ia masih mengeluh dikatakannya terasa sangat sakit dan alhasil pagi ini Bima berniat ingin membawa belum datang kembali ke rumah sakit.

Bima dengan wajah cemas menggandeng Luna yang tangannya dibalut kain perban tipis menuju mobil. Ia bahkan tidak sempat sarapan atau menanyakan keadaan Anisa yang sejak semalam belum keluar kamar.

“Hon, sabar ya… kita ke rumah sakit sekarang. Dokternya pasti bisa bantu menghilangkan sakit nya. Kamu tahan ya.” ucap Bima lembut sambil menyalakan mesin mobil.

Luna menatapnya dari kursi di samping dengan ekspresi yang dibuat selemah mungkin.

“Iya, tapi… aduh Beb, sakit banget. Kayak kebakar semua rasanya kulit aku… Gimana kalau berbekas, nanti tangan aku jelek, gak mulus lagi.”

Bima menatap tangan Luna sekilas, merah samar, tanpa lepuh, tanpa luka berarti. Tapi ia tidak berani mengomentari. Ia hanya mengangguk, menggenggam tangan Luna dengan hati-hati.

“Sabar ya, Hon. Aku nggak akan biarin kamu kesakitan.”

Luna tersenyum kecil dalam hatinya. "Bagus… terus aja kayak gini, Bim. Aku harus pastikan kamu makin jauh dari perempuan itu."

Sesampainya di rumah sakit, Luna langsung dibuatkan kartu pasien dan dibawa ke ruang perawatan.

Seorang dokter muda datang memeriksa dengan tenang, lalu berkata,

“Ini cuma luka ringan, nona. Kena air panas tapi nggak terlalu dalam. Cukup dioles salep dan dibalut, nanti juga sembuh.”

Namun sebelum sang dokter sempat melanjutkan penjelasan, Luna langsung menjerit pelan sambil memegangi perbannya.

“Aduh… sakit, Dok! Tolong hati-hati dong, rasanya perih banget…”

Dokter sempat menatap sekilas, sedikit heran dengan reaksi yang berlebihan itu. Tapi ia memilih tetap profesional.

“Baik, nona. Tapi saya pastikan lukanya tidak parah.”

"Gimana dokter bisa bilang kalau ini gak parah, yang ngerasain itu saya. Awas ya dok kalau sampai tangan saya ini meninggalkan bekas. Saya akan tuntut!!."

Bima yang berdiri di samping tempat tidur Luna menatapnya penuh simpati.

“Luna, sabar ya. Aku tahu pasti sakit banget. Kamu istirahat dulu, ya. Aku tunggu di luar.”

Begitu dokter keluar, Luna langsung memeluk Bima dari belakang dengan tangan yang dibalut perban.

“Beb… makasih ya udah nemenin aku,” katanya manja.

Bima hanya mengusap lembut rambutnya. “Kamu tuh selalu ceroboh. Untung nggak parah. Aku nggak tenang kalau lihat kamu kesakitan gitu.”

Senyum puas tersungging di wajah Luna. Ia tahu, simpati Bima sudah berpihak sepenuhnya padanya.

Beberapa jam kemudian, setelah keluar dari rumah sakit, Luna tiba-tiba menarik lengan Bima.

“Beb… kita jadi shooping kan,” katanya manja. “Boleh nggak kita jalan ke mall sebentar aja?”

Bima awalnya ragu.

“Luna, kamu kan baru dari rumah sakit, mending istirahat aja dulu. Shoopingnya kan bisa kapan-kapan. Gimana caranya kamu shopping kalau tangan kamu aja sakit kayak gitu.”

“Tapi aku butuh pengalihan, Beb. Aku nggak mau kepikiran rasa sakit ini terus, lagian sakitnya udah beekurang kok,” potong Luna dengan suara bergetar pura-pura.

Bima menghela napas panjang. “Ya udah. Tapi sebentar aja, ya.” ucap Bima mengalah yang penting wanitanya merasa senang.

Begitu mereka sampai di mall terbesar di kota itu, mata Luna langsung berbinar seperti anak kecil di toko permen.

Ia menggandeng tangan Bima, membawanya dari satu butik ke butik lain.

Setiap kali melihat barang mahal, ia akan berkata lembut,

“Beb, ini lucu banget, aku mau ya?”

"Iya Hon, ambil aja."

“Beb, tas ini limited edition loh, cuma ada dua di Indonesia. Aku boleh beli gak?."

"Ambil aja,hon."

“Sepatu ini pas banget buat acara nanti. Boleh ya, Beb?”

"Iya, Hon."

Dan setiap kali itu pula, Bima hanya mengangguk menyetujui tanpa banyak protes. Ia melihat Luna tertawa bahagia, dan entah kenapa itu cukup untuk membuatnya menuruti semua keinginannya.

Dalam hitungan jam, mereka sudah mampir ke delapan toko berbeda. Tas-tas branded, baju limited edition, sepatu dari merek terkenal, peralatan make-up impor, hingga sandal desainer terkenal, semua diborong tanpa pikir panjang.

Setiap kali kasir menyebut total harga, Bima hanya menyerahkan kartu tanpa ekspresi.

Namun ketika nota terakhir keluar dari mesin, ia sempat terdiam.

Total belanja hari itu mencapai lebih dari dua ratus juta rupiah.

"Apa?, baru beberapa jam udah dua ratus juta?." lirihnya pelan.

Luna memeluk lengannya manja sambil tersenyum puas.

“Beb, makasih ya… kamu tuh selalu ngertiin aku. Aku seneng banget deh bisa beli semua yang aku suka, keknya tangan aku udah sembuh deh.”

Bima hanya tersenyum tipis, meski dalam hati ada rasa janggal yang sulit dijelaskan. Ia mengingat wajah Anisa semalam tampak pucat, ketakutan, dan tersungkur di lantai, sekilas Bima lihat tangan nya juga terkena pecahan gelas di lantai. Ada sedikit rasa bersalah menyelinap, tapi segera ia buang jauh-jauh.

"Dia yang salah, kan? Dia nyakitin Luna."

Luna menyandarkan kepalanya di bahu Bima, lalu berbisik manja,

“Beb… nanti kalau orang tua kamu nanya, kamu bilang aja uangnya buat belanja bareng istri kamu ya. Kan mereka bilang bebas pakai kalau itu beli keperluan istri kamu. Jadi anggap aja sekarang istri kamu itu aku.”

Bima sempat terdiam, tapi kemudian mengangguk pelan.

“Iya… nanti aku bilang gitu.”

Luna tersenyum puas. Dalam hatinya, ia merasa menang mutlak hari ini.

Ia berhasil membuat Bima tidak hanya membelanya, tapi juga berbohong demi dirinya.

"Bagus… satu langkah lagi, dan perempuan bernama Anisa itu bakal kehilangan segalanya. Enak aja Dia pikir selama tiga hari mereka bersama Bima sudah jatuh ke dalam genggamannya, tidak akan mungkin, gue yang ada selama tiga tahun ini di sisi Bima harus kalah dengan wanita yang baru beberapa hari berstatus istrinya, itupun hanya kawin kontrak dan enam bulan kemudian mereka akan bercerai dan gue akan bebas mengeruk semua harta milik orang tua Bima. Habis ini gue mau bikin drama apalagi ya biar Bima mau ngabulin keinginan gue untuk berlibur ke Eropa, hem.... sepertinya gue harus memikirkan drama lain agar Bima mau menuruti semua kemauan gue dan gue bisa memanfaatkan keberadaan gadis kampungan itu untuk mewujudkan setiap impian-impian gue yang sempat tertunda sebelumnya." monolog Luna dalam hati.

Sepanjang jalan ia terus memikirkan ide licik lainya agar ia bisa mewujudkan impian nya untuk berlibur ke Eropa, karena beberapa bulan yang lalu Luna pernah memintanya namun Bima menolaknya minta-minta dengan alasan ia belum punya uang yang cukup untuk Luna berlibur ke Eropa.

1
Ma Em
Anisa kalau Luna berbuat macam macam pada Anisa lawan saja jgn mau dihina atau diinjak injak harga diri Anisa , Anisa bkn babu tapi istri sah daripada Luna cuma selingkuhan , Anisa berhak usir Luna dari apartemen yg Anisa tinggali dan kalau Bima marah lawan jgn diam saja .
Ma Em
Cepatlah enam bulan berlalu agar Anisa bisa secepatnya meninggalkan Bima , semoga Anisa berjodoh dgn Jovan .
Ma Em
Anisa semangat dan sabar semoga enam bulan cepat berlalu lalu tinggalkan Bima seumpama Bima berubah jadi jatuh cinta sama Anisa jgn mau terima biarkan Bima dgn Luna , semoga Anisa bisa berjodoh dgn Jovan dan berbahagia .
Ma Em
Thor banyak typo harusnya disita negara bkn disiksa negara 🙏🙏
Call Me Nunna_Re: nanti di revisi ya kak🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!