Dia bukan cucu kyai, bukan pula keturunan keluarga pesantren. Namun mendadak ia harus hidup di lingkungan pesantren sebagai istri, cucu dari salah seorang pemilik pesantren.
Hidup Mecca, jungkir balik setelah ditinggal cinta pertamanya dulu. Siapa sangka, pria itu kini kembali, dengan status sebagai suami.
Yuukk, ikuti cerita Mecca dengan segala kisahnya yang dipermainkan oleh semesta. Berpadu dengan keromantisan dari Kenindra, suami sekaligus mantan kekasihnya yang pernah sangat ia benci dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam menggila
Lanjut gaes...
.
.
.
Oh, Gila! Pertanyaan murahan itu meluncur begitu saja dari bibir Mecca, tanpa ia sadari. Mecca terperanjat, menyadari kebodohannya. Bagaimana bisa ia, yang selama ini menjaga diri dengan sekuat tenaga, meminta hal seperti itu pada seorang pria? Rasanya seperti tersihir. Ia pasti sedang banyak pikiran akhir-akhir ini, makanya kewarasannya sedikit terganggu. Ya, pasti itu. Hanya itu!
Pertanyaan vulgarnya justru membuat kedua sudut bibir Ken terangkat, membentuk senyum yang menawan sempurna. " Sure," bisiknya. Mecca tersentak, rasa malu seketika melingkupinya, seolah seluruh darah di tubuhnya mengalir ke wajahnya.
Wajah Kenindra kembali mendekat. Telapak tangannya menyusuri rahang Mecca, mengusapnya beberapa kali, seolah mencoba menyalurkan ketenangan agar gadis ditangannya tidak menghindar. "Tadi minta, kenapa sekarang jadi tegang, Hmm?" ucapnya lirih, lebih terdengar seperti sebuah bisikan yang berdesir di telinga Mecca. Pria itu benar-benar sengaja menggodanya.
Sentuhan dan hembusan napasnya terasa sangat nyata. Bibir Ken mendarat lembut di bibirnya, mulai bergerak pelan, melumat bibir bawah dan atas dengan ritme yang memabukkan. Ujung lidahnya terasa menyentuh bibir tipis Mecca, sumpah demi apaapun rasanya seperti ada jutaan kupu-kupu seolah terbang bersamaan, menggelitik perutnya. Rasanya begitu luar biasa, tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Tangan Mecca bergerak refleks, naik ke pinggang suaminya, mencengkeram erat kemeja yang dikenakan pria itu. Reaksinya disukai Ken. Ia makin merapatkan tubuhnya, menahan tengkuk leher Mecca untukk memperdalam ciuman mereka. Tak bisa dipungkiri hal itu membuat Mecca makin tak terkendali, Mecca menenggelamkan diri dalam dekapan itu, membalas setiap lumatan dengan lembut. Napas mereka menyatu, menciptakan kehangatan yang membuat seluruh tubuh keduanya memanas.
Beberapa menit berlalu. Keduanya larut dalam perasaan masing-masing, hingga perlahan oksigen disekitar mulai menipis. Mecca menarik tubuhnya lebih dulu, menciptakan sedikit jarak. Jantungnya berdebar tak karuan, memukul-mukul tulang rusuknya, seperti genderang yang ditabuh kencang. Perasaan itu memacu adrenalin, sekaligus juga memabukkan.
" No body really wants me... why did you come into my live? " lirih Mecca, suaranya serak dan sendu. Butiran air mata mulai memanas di pelupuk matanya. Ia ingin menahannya sekuat tenaga, namun susah. Rasanya ciuman Ken yang sangat tulus dan penuh sayang membuatnya terharu.
Hanya Kenindra yang melakukannya sebaik ini, bukan mengikuti nafsu semata. Mecca tidak pernah merasa begitu diinginkan seperti ini, bukan sekedar sebagai objek, melainkan sebagai sosok yang berharga.
Ken menatap istrinya lekat. Telapak tangannya mengusap pipi Mecca dengan lembut. " No... Nggak, siapa bilang tidak ada yang menginginkan kamu, sayang. Mungkin selama ini kamu hanya bertemu orang yang belum tepat, Nggak ada yang salah dari kamu. Mereka meninggalkan kamu bukan karena ada yang salah denganmu, tapi karena mereka tidak tahu betapa berharganya dirimu. And I can find it. Kamu begitu berharga, my precious women. Jangan rendahkan standar kamu. God's timing is perfect."
Tetesan air mata yang ditahan Mecca akhirnya luruh juga, mengalir membasahi pipinya. Ia menatap mata teduh Ken. Sama sekali tidak ada kebohongan di sana. Hanya ada ruang kenyamanan yang begitu ia inginkan, seolah Mecca menemukan rumah yang selama ini ia cari di sana.
"Sorry, kalau aku belum bisa jadi istri yang kamu inginkan."
Mecca merasa nyaris gila malam ini. Ia yang sebelumnya membentangkan jarak dengan Ken, kini ia sendiri yang merusak pembatas itu. Kalau saja matanya tidak buru-buru terpejam kembali dalam pelukan Ken, ia mungkin akan menuntut untuk merasakan bibirnya lagi. Gila! Ini benar-benar gila.
Mecca tersadar, selama ini berciuman dengan mantan-mantannya tidak pernah sedalam dan segila ini rasanya. Efeknya tidak pernah sememabukkan ini, tidak pernah membuat seluruh tubuhnya merinding.
Dan kalau boleh jujur ada sesuatu dalam dirinya yang terus menginginkan lebih. Mecca dibuat melayang dalam beberapa menit tadi. Benar, ini jauh lebih menyenangkan daripada melampiaskannya pada sebotol soju. Dan satu hal yang ia baru tahu, bibir Ken jauh lebih manis daripada cokelat miliknya.
Mecca takut. Ia terlalu takut untuk ketagihan ciuman Ken. Ia takut Ken akan menuntut lebih, dan ia belum bisa memberikannya. Namun, entah kenapa, di saat yang sama, ia merasa Ken tidak akan pernah melakukannya jika Mecca belum siap. Kalau tadi Mecca menolak, mungkin kissing mereka malam ini juga tidak terjadi. Perasaan itu membuatnya sedikit tenang, meski jantungnya masih saja berdentum kencang.
***
Matahari sudah cukup tinggi ketika Mecca mengerjap perlahan. Suhu di kamarnya masih sangat sejuk, dan udara yang menyusup kamarnya juga masih bersih belum banyak terkontaminasi polusi, Gadis itu baru saja bangun dari tidur nyenyaknya, karena ia sedang haid jadi Ken tidak membangunkannya, dan pemandangan yang menyambut paginya sungguh menakjubkan.
Pria berbadan tegap dan seksi itu baru saja keluar dari kamar mandi, hanya dengan melilitkan handuk di pinggangnya.
Dada bidangnya terekspos dengan sangat menggoda. Perut sixpack-nya tercetak jelas, seperti gambaran sempurna dari roti sobek premium. Kulitnya super mulus, bahkan seperti kulit tubuh wanita. Dua bola mata Mecca sulit dikendalikan untuk tidak membulat sempurna.
Song Kang? Bukan. Dia lebih bersinar dari si iblis Song Kang di drama yang sering ia tonton. Mecca baru menyadari, suaminya jauh lebih tampan dan mempesona daripada aktor Korea mana pun.
Huwaaa... kenapa otak Mecca belakangan ini mendadak mesum sekali?
"Sayangg..." Ken berjalan mendekati ranjang dan duduk di tepian dengan santai. Mecca tersentak, dengan cepat menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Semalam mereka tidur dalam satu kamar namun Kenindra di sofa.
"Ke-kenapa ke sini?" teriak Mecca gugup, suaranya bergetar. Sepagi itu jantungnya dibuat belingsatan.
Melihat suaminya dalam keadaan seksi seperti itu, pikirannya benar-benar blank. Ia merasa sangat tidak aman setiap kali berinteraksi dengan hal-hal tentang Ken.
"Ada kaus yang bisa aku pakai, nggak? Bajuku sudah dari kemarin, belum ganti," kata Ken, terkekeh melihat reaksi Mecca.
"Mmm... di lemari atas ada t-shirt oversize, pasti muat buat kamu, ambil sendiri deh!" sahut Mecca, masih bersembunyi di dalam selimut. Ia tidak berani mengintip, apalagi melihat Ken dalam keadaan begitu. Ia hanya takut tidak bisa menahan diri untuk tidak menubruk pria itu, atau kepalanya bisa pusing dibuatnya. Tadi saja baru melihat dari kejauhan, ia sudah ingin menggigit perutnya yang seperti pahatan sempurna. Lama-lama bukannya Ken yang tidak kuat iman tapi Mecca sendiri yang akan khiilaf lebih dulu.
"Oke," ucap Ken, berdiri. "Eh, kamu kenapa?" tanya Ken tanpa meras bersalah.
"Mmm... itu, kamu pakai baju duluuu!" pekik Mecca.
Ken yang baru tersadar langsung menatap tubuhnya yang topless, kemudian terkekeh lagi. "Ah, iya, lupa. Maaf, maaf." Pria itu bergegas mengambil kaus dari lemari, menyisakan Mecca yang terbaring di ranjang, masih mencoba menormalkan detak jantungnya yang menggila.
____________________
Dipersilahkan yang mau menjeritt gaess😆
easy going lah crtanya, menghibur tp gak menjemukan👍👍👍