NovelToon NovelToon
Pernikahan Darah Sang Raja Mafia

Pernikahan Darah Sang Raja Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Pelakor jahat
Popularitas:473
Nilai: 5
Nama Author:

Islana Anurandha mendapati dirinya terbangun di sebuah mansion besar dan cincin di jemarinya.

​Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk keluar dari rumah istana terkutuk ini. “Apa yang sebenarnya kamu mau dari aku?”

​“Sederhana. Pernikahan.”

​Matanya berbinar bahagia saat mengatakannya. Seolah-olah dia sudah lama mengenalku. Seakan-akan dia menunggu ini sejak lama.

​“Kalau aku menolak?” Aku bertanya dengan jantung berdebar kencang.

​Mata Kai tidak berkedip sama sekali. Dia mencari-cari jawaban dari mataku. “Orang-orang terdekatmu akan mendapat hukuman jika kamu menolak pernikahan ini.”

Islana berada di persimpangan jalan, apakah dia akan melakukan pernikahan dgn iblis yg menculiknya demi hidup keluarganya atau dia melindungi harga dirinya dgn lari dari cengkraman pria bernama Kai Itu?

CHAPTER 24

Chapter 24

Masa Kini

POV – Kairav Arumbay

Aku mengamati polisi dengan janggut tebal itu. Meliriknya dari atas kepala hingga ujung kaki. Tidak ada yang menyeramkan dari wajahnya ataupun tubuhnya. Hamdan dan anak buahnya bisa dengan mudah melemparnya ke jurang terdekat.

​“Kenapa kalian tidak takut dengan kehadiran kami?” Polisi dengan perut gemuk di sebelah Si janggut bertanya.

​Hamdan dan Omar menahan diri untuk menjawab.

​Aku dengan segala kontrol emosiku yang sudah setipis kertas, hanya bisa tersenyum pada mereka. “Kami hanya membeli minuman di sini. Nggak tau kenapa kasir di depan terlalu antusias buat telpon polisi.”

​Si janggut melipat tangannya. “Mereka bilang ini sudah ke sepuluh kali, sindikat mafia datang dan ‘berkunjung’ ke sini.”

​“Maaf Pak, tapi aku harus koreksi. Sudah belasan tahun aku nggak pergi ke daerah ini. Jadi sembilan kali itu bukan kami.” Omar menimpali.

​“Mau apa kalian datang? Atau melewati tempat ini?” Si perut gemuk mencoba berpikir dengan tatapannya. Tapi dia sambil menunggu kami.

​“Ada urusan penting.” Hamdan dengan wajah netral, menjawab.

​“Urusan penting? Ehmm…” Si janggut tidak berpuas hati.

​“Boleh minta kartu identitas kalian?” Si perut gemuk seperti kehilangan kesabaran.

​Hamdan maju mendekati mereka dengan langkah kaki menantang. Keduanya merasa Hamdan ingin mengintimidasi mereka. Mereka mengeluarkan pistol ke arah Hamdan. Tapi tentu saja Hamdan yang bermental baja itu tidak takut sama sekali.

​“Angkat tangan kamu anak kecil,” ketus Si janggut.

​Aku melihat drama yang tidak penting ini sebagai penghalang kami untuk mengejar Oza. Aku bergerak untuk mengambil pistol di belakang celanaku ketika Omar justru menyodorkan kartu identitas.

​“Ini, nama pria itu.” Omar menunjukku dengan letih.

​Aku mengurungkan niat untuk menembak Si janggut tepat di dagunya dan Si perut gemuk di perutnya.

​“Ehm…sepertinya tidak asing.” Si perut gemuk melihat kartu identitasku dan wajahku bergantian. Tapi dari wajahnya dia masih tidak bisa menebak siapa aku.

​“Lebih baik kita pergi ke kantor.” Si janggut bermain dengan janggutnya. Dia ingin membawa ini jauh lebih dalam.

​Aku maju dan saat itu juga Omar memegangku. Matanya memohon. “Lebih baik kita ikuti saja sampai mana mereka menahan kita. Hamdan akan menghubungi pasukan keempat setelah ini. Mereka akan mengepung kantor itu dalam hitungan maksimum satu jam dari sekarang. Kalau kita lari sekarang, kita akan berhadapan dengan dua pihak.”

​Aku melepas tangannya. Masih ingat bagaimana adegan ciuman Omar dan Islana terjadi. Omar terlihat lega aku menerima keputusannya. Hal yang sulit aku lakukan sebenarnya. Tapi kepolisian tujuh puluh sembilan ini memang kepolisian yang paling banyak drama. Aku mendengar mereka akan membuat ‘sketsa’ untuk sebisa mungkin menahan siapapun yang ada di balik jeruji besi mereka.

​Sektor tujuh puluh sembilan adalah sektor bebas yang bahkan tidak hanya aku tapi Barabay juga tidak bisa berbuat banyak.

​Si janggut memborgol Hamdan dengan wajah liciknya.

​Sementara aku dan Omar di boyong menuju mobil mereka di hari yang sudah begitu terik ini. Bunyi sirene mobil polisi di atas kami membuat semua orang mengambil handphone mereka dan membuat video penangkapan kami.

​Sialan!

***

Sepuluh tahun yang lalu

POV - Oza Barabay

Aku melihatnya dengan jelas, Maharani datang bergandengan tangan dengan ayah.

Mereka masuk ke dalam kamar itu...

Maharani tahu aku sedang menatapnya dari balik pintu kamar.

Dia membiarkan aku melihat semuanya...

Aku tau ini akan terjadi setelah kepergian Ibu kemarin. Ibu membawa koper dan pergi dari rumah karena wanita pelakor ini.

Aku membanting pintu dan menutup mataku dibalik selimut.

Akan aku hancurkan anak wanita itu dengan tanganku!

***

Masa Kini

POV – Islana

“Kamu bercanda kan?” Aku tidak percaya yang barusan aku dengar.

“Ini semua fakta. Ibunya berselingkuh saat tau Malikah pelakor merebut suaminya dan memberikan pria itu anak perempuan.” Oza menjelaskan dengan nada merendahkan dari kalimatnya.

Aku bisa merasakan betapa dia membenci ibu dari Kai. “Apa ibu kamu masih ada saat itu terjadi?”

“Nggak ada. Tapi bukan berarti aku nggak tau maksud Maharini Arumbay. Dia ngelakuin itu buat balas dendam Rianto. Bukan karena peduli dengan ayah dan aku. Benar-benar wanita menggelikan.”

Bagaimana rasanya ketika ada perempuan lain yang merebut suami kita? Itu akan sangat menyakitkan. Merasa dunia runtuh seketika dan dinding seperti hancur di sekeliling kita.

Maharani Arumbay pasti merasakan itu.

Tapi apa benar dia berselingkuh??

Kai tidak pernah bercerita masalah ini. Dia tidak pernah bercerita sama sekali. Lagipula pernikahan kam juga baru berumur satu hari. Apa yang bisa kami perbuat selama itu?

Pipiku memerah dan panas mengingat apa yang kami perbuat.

Tapi hanya itu. Hanya itu yang kami perbuat setelah resmi menjadi suami istri. Sekarang aku hanya bisa mencari cara terbaik untuk bertahan dari penculikan musim kedua ini.

“Tapi apa ayah kamu menikah sama ibunya?”

Oza melihatku dengan rasa dendam yang masih tersimpan di matanya. “Nggak jadi. Hampir. Mereka sudah bertukar cincin.”

Oh Tuhan.

“Trus, kamu ngelakuin ini buat balas dendam gelombang berikutnya?”

“Ya dan nggak.”

“Tolong di perjelas Oza Barabay. Aku perlu tau di mana posisi aku sekarang.” Kepalaku terasa semakin berat dengan betapa rumitnya dua keluarga bermusuhan ini.

Dan aku berada di tengah-tengah mereka.

Oza melihat cincin pernikahanku dengan Kai. “Ya, karena kamu itu kelemahan Kai, dan nggak karena aku merasa sosok yang aku cari selama ini sudah semestinya ada di samping aku.”

​“Masih berlum terlambat buat membalas budi. Balas budi sama orang yang nyelametin kamu dengan cara ngelepasin semua obsesi kamu dan tujuan kamu untuk menikahi istri orang lain.”

​Oza memicingkan matanya. “Aku kira kamu nggak suka menikah dengan dia.”

​Lagi-lagi pertanyaan itu. “Intinya tolong lepasin aku sebagai balas budi. Sesekali berbuat baik, Oza.”

​Oza masih menyentuh cincinku. “Kenapa cincin kamu nggak bisa di lepas? Aku sudah coba pas kamu tidur tadi. Nggak bisa lepas sama sekali.”

​“Itulah kehebatan Kai. Bisa milih cincin yang nggak bisa dilepas.” Aku tanpa sadar mengeluh di depan pria ini.

​“Tenang aja, kita akan cari cara pas sampai di rumah nanti.” Oza berkata seperti punya seribu akal.

​Tapi sebelum aku bisa menjawab dia. Mataku justru melihat pemandangan yang tidak biasa di luar mobil.

​Kami memasuki daerah yang berbanding terbalik dengan Arumbay. Sebuah kota yang di awali dengan patung selamat datang. Pepohonan pinus tinggi, dan nuansa gelap dan dingin muncul setelah kami melewati tulisan ‘SELAMAT DATANG DI BARABAY’

​Apa yang menanti aku di kota ini?

​“Kamu takut?” Oza berbisik di telingaku dengan suara menyudutkan.

​Aku menghindari lagi. Menahan tanganku di depan dadanya. “Aku belum pernah ke sini.”

​Oza lalu menarikku dan mendudukkan aku di pangkuannya. Posisi kami sangat tidak etis untuk di pandang apalagi di lakukan!

​“Apa-apaan?!”

​Oza menutup mulutku. “Selamat datang di Barabay, gadis cilik.”

​Aku berusaha melepaskan diri tapi seperti Kai, Oza punya lengan sebesar paha manusia dewasa, jadi semua ini sia-sia belaka.

Lalu sesuatu yang janggal muncul. Aku bisa merasakan sesuatu yang keras dari tombak naga api miliknya. Aku bisa merasakannya. Wajahnya juga memperlihatkan kalau dia juga sadar tombaknya berubah sejak aku di pangkuannya.

Oh My God!

​Rambutku sudah terlihat seperti orang gila karena berusaha melepaskan diri selama beberapa menit. “Apa ini perlakuan seseorang pada tamu negara?”

​“Kamu jelas-jelas bukan tamu negara. Kamu itu calon istri aku.” Oza terlihat bersemangat dengan tingkah lakunya yang kekanakan.

​“Udah aku bilang itu cuman mimpi!”

​“Ops, itu bukan cuman mimpi, karena sekarang tepat di menit ini, ibu kamu sudah sampai di rumah kita. Dia sudah siap calon menantunya.”

​“Dia rumah kamu?!” suaraku tercekik.

​Oza mengelus lenganku. Menganggap semua ini permainan yang menyenangkan. “Ya. Bersama adik tirimu tercinta.”

1
danisya inlvr
Gemes banget 😍
Irisa_Sherenada: Gemes* Sama Kai ya? 😊
Irisa_Sherenada: Genes Sama Kai ya Kak? 😘
total 2 replies
Inari
Baru baca beberapa chapter aja udah pengen rekomendasiin ke temen-temen semua!
Irisa_Sherenada: Makasih kakak. Stay tuned yah 😉
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!