Balas dendam? Sudah pasti. Cinta? Tak seharusnya. Tapi apa yang akan kau lakukan… jika musuhmu memakaikanmu mahkota?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon karinabukankari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30: After the Fall
Dua minggu setelah pohon runtuh, Ravennor masih belum berani bernapas lega.
Langit memang kembali biru. Akar-akar yang dulu mengurung kota kini mengering, hancur menjadi abu saat matahari menyentuhnya. Tapi kota ini… tidak akan pernah sama lagi.
Orang-orang menyebut peristiwa itu sebagai:
“Hari di mana akar ingin menelan langit.”
Dan dari reruntuhan itu, berdiri seorang wanita yang seluruh tubuhnya memar, jubahnya compang-camping, tapi sorot matanya masih menyala seperti api pertama dunia.
Seraphine.
Kini ia berdiri di ruang pertemuan Dewan Sementara—bekas tempat berkumpul para bangsawan, yang kini hanya dihuni kursi-kursi kosong dan meja penuh peta rekonstruksi.
“Kalau kita bangun ulang sistem lama,” katanya tegas, “maka semua pengorbanan itu sia-sia.”
Beberapa orang tampak ragu. Beberapa tak berani menatap matanya. Tapi Caelum, yang duduk di sisi kiri, hanya menatapnya dan mengangguk.
“Kita tidak butuh mahkota baru,” lanjut Seraphine. “Kita butuh akar yang bisa tumbuh ke segala arah, bukan hanya ke atas.”
Di luar, Ash sedang mengajari sekelompok anak yatim yang selamat dari Distrik Utara. Mereka belajar menanam kembali—bukan hanya benih tumbuhan, tapi harapan.
“Kenapa tanahnya masih bau?” tanya seorang anak kecil.
Ash tersenyum, menggulung lengan bajunya. “Karena dulu dia dipenuhi kebohongan. Sekarang tugas kita buat bersihin.”
Anak-anak tertawa. Dan untuk pertama kalinya… Ash ikut tertawa juga.
Sementara itu, di bawah tanah kota, di ruang tersembunyi di bawah bekas altar akar pusat…
Orin masih hidup.
Kepompong sihir biru yang diciptakan Seraphine belum hancur. Ia tertidur di dalamnya, dikelilingi cahaya yang berdenyut lembut.
Beberapa orang ingin menghancurkannya. Beberapa ingin menguburnya.
Tapi Seraphine… hanya datang sekali seminggu. Diam. Duduk di dekatnya. Membaca buku keras-keras seolah Orin bisa mendengar.
“Akar bisa salah arah,” katanya suatu malam.
“Tapi bukan berarti tidak bisa diarahkan kembali.”
Dewan Sementara akhirnya setuju untuk membentuk sistem baru: Majelis Akar Rakyat. Setiap wilayah punya perwakilan. Tidak ada raja. Tidak ada takhta. Tapi tetap ada pemimpin rotasi.
Seraphine menolak jadi pemimpin tetap.
Caelum juga.
“Aku lebih suka jadi penjaga pintu,” katanya sambil menyeruput kopi hangat, menatap matahari terbit.
“Apa pintu ke masa depan?” tanya Seraphine.
“Atau pintu ke ruang rahasia tempat kau sembunyi kalau muak sama politik,” jawab Caelum. Mereka tertawa.
Tapi malam itu, di jam-jam paling sunyi, suara kecil terdengar dari dalam kepompong Orin.
“Seraphine…”
Ia terbangun dari tidurnya, jantungnya berdebar.
Ia mengenal suara itu. Lirih. Patah. Tapi masih dia.
Seraphine melangkah pelan ke ruang bawah tanah. Ketika dia membuka pintu, sinar biru dari kepompong menyorot wajahnya.
Dan di dalam, Orin menatapnya.
Matanya tak lagi ungu. Tapi kehijauan—seperti rumput setelah hujan pertama.
“Apakah aku… masih bisa ditebus?”
“Kalau tidak, kau takkan bangun.”
Seraphine duduk di lantai, bersandar pada dinding batu. Ia menarik napas panjang.
“Selamat datang kembali, Orin.”
Dunia belum sembuh.
Tapi untuk pertama kalinya sejak revolusi dimulai, dunia mulai tumbuh.
Dengan pelan. Dengan luka.
Tapi juga dengan akar baru.
Akar yang mereka tanam bersama.
Di bawah tanah terdalam Ravennor, jauh dari altar dan menara sihir, ada sebuah lorong kuno yang tak tercatat di peta mana pun.
Lorong itu bukan dibuat, tapi tumbuh—seperti luka lama yang membuka sendiri.
Dindingnya berdetak pelan, seolah batu punya denyut. Dan di ujung lorong itu, ada pintu… bukan dari kayu atau besi, tapi dari bayangan yang membeku.
Hari ketika Orin membuka matanya kembali… lorong itu berbisik.
> “Kau membangunkan satu. Tapi kami adalah Tiga.”
Dan dari balik pintu bayangan itu, sesuatu mulai merangkak.
---
Chapter 1: Tiga Jalan Menuju Lubang
Tiga bulan setelah rekonstruksi Ravennor.
Seraphine kini menjadi Penjaga Rantai Pertama—gelar simbolik untuk seseorang yang menjaga keseimbangan antara Majelis Akar dan para pengguna sihir.
Ia duduk di menara observatorium bersama Ash dan Caelum.
“Orin sudah mulai bicara soal penglihatan-penglihatan yang datang saat ia dalam kepompong,” kata Ash sambil membuka naskah dari era pra-monarki. “Ia menyebut… The Hollowed Three.”
Caelum mengangkat alis. “Aku tak suka angka tiga. Biasanya itu pertanda legenda buruk.”
Ash mengangguk. “Karena ini bukan tiga orang. Tapi tiga entitas. Masing-masing mewakili sisi terdalam manusia: haus kuasa, haus makna, dan haus pelarian.”
Seraphine menutup matanya. Ia ingat bisikan dari altar lama. Ia ingat gerbang ketiga yang… berdenyut seperti jantung dunia.
“Mereka tidak berasal dari dunia ini,” ucapnya pelan. “Tapi mereka mengenal kita.”
Di wilayah timur, kota kecil bernama Rhavedin mulai melaporkan kasus aneh: penduduk yang tiba-tiba kehilangan identitas. Bukan hanya lupa nama—mereka lupa siapa mereka.
Peta-peta kota mendadak berubah bentuk. Tulisan menjadi kabur. Cermin tak lagi memantulkan wajah.
Dan di tengah semuanya, berdiri seorang anak kecil… tanpa bayangan.
Kembali ke Ravennor, Orin duduk di taman tengah istana rekonstruksi. Rambutnya lebih panjang. Sinar matanya belum sepenuhnya kembali.
Tapi tangannya memegang pena. Ia menulis:
“Apa artinya membangun masa depan… jika bayangan masa lalu tak pernah mau tidur?”
Dan di suatu tempat, di dunia bawah yang tak pernah punya siang…
Gerbang kedua retak.
Bukan karena sihir. Tapi karena dunia sudah siap untuk dihancurkan lagi.
Kota Rhavedin diselimuti kabut tipis saat Seraphine dan Caelum tiba. Meski matahari masih tinggi, bayangan di kota itu tak bertingkah seperti seharusnya—kadang menghilang, kadang bergerak sendiri, dan kadang... menatap balik.
Seraphine turun dari kudanya, matanya menyapu gang-gang kecil yang sunyi. Penduduk menutup pintu dengan cepat begitu mereka lewat. Tak ada sapaan. Tak ada suara.
“Tempat ini lebih dingin dari Pegunungan Ven'hal di musim mati,” gumam Caelum.
“Tapi tak ada salju di sini,” balas Seraphine pelan. “Yang ada hanya rasa... hilang.”
Mereka berhenti di depan rumah dengan simbol ordo kuno yang tertoreh samar di pintunya. Tiga garis melengkung—simbol jiwa, pikiran, dan tubuh.
Seraphine mengetuk.
Pintu dibuka oleh seorang perempuan tua dengan mata kosong. “Kalian terlambat,” katanya. “Anak itu sudah pergi. Tapi dia meninggalkan ini…”
Perempuan itu menyodorkan cermin kecil berbentuk oval. Tapi saat Seraphine melihat ke dalamnya—pantulan dirinya tak ada.
Hanya kegelapan. Dan di tengahnya... sepasang mata putih, menyala.
“Ia memakan nama. Ia melukis ulang kenyataan. Dan ia berjalan tanpa bayangan.”
Di lorong bawah kota Rhavedin, Orin berjalan sendiri. Kristal hitam kecil tergantung di lehernya, bergetar setiap kali ia mendekati sesuatu yang "retak".
Ia berhenti di sebuah dinding yang seolah berdenyut.
“Dunia ini... tidak stabil,” gumamnya.
Ia menyentuh dinding itu, dan seketika, terbuka celah ke dimensi tipis—ruang antara dunia nyata dan The Hollow. Ia melihat anak kecil berdiri di sana, memegang boneka tanpa wajah.
“Siapa namamu?” tanya Orin.
Anak itu hanya menoleh. Matanya gelap. Tak ada suara.
Lalu, dari balik anak itu, sesosok bayangan muncul. Tinggi. Jubah hitam mengalir seperti asap. Di wajahnya, hanya ada satu simbol: lingkaran kosong.
“Kau menciptakan dunia tanpa raja,” kata makhluk itu. “Biarkan aku menjadi bayangan yang mengisi kekosongan itu.”
Di permukaan, Seraphine mendongak. Langit Rhavedin berubah ungu. Bukan karena malam, tapi karena sesuatu... menelan cahaya.
Ia segera menarik pendulum sihir dari tasnya—kompas sihir peninggalan kaum Sylfa. Jarumnya berputar liar, lalu berhenti menunjuk ke bawah tanah.
“Caelum,” bisik Seraphine. “Orin ada di bawah. Dan dia tidak sendiri.”
Di dalam dimensi tipis itu, Orin berdiri menghadapi makhluk yang kini ia pahami sebagai Hollow King—entitas pertama dari Tiga yang Terkurung.
“Apa kau ingin mengambil dunia ini?” tanya Orin.
Makhluk itu menyeringai.
“Aku tidak mengambil. Aku hanya... menggantikan.”
Dengan jentikan tangannya, dunia di sekeliling Orin berubah. Jalanan kota menjadi abu-abu. Rumah-rumah runtuh menjadi bayangan. Dan langit menjadi langit yang tidak punya bintang.
“Apa kau yakin kau ingin menyelamatkan dunia yang bahkan tidak tahu siapa kau sebenarnya?”
Orin terdiam.
Sebuah tangan menariknya mundur—Seraphine, yang muncul bersama sihir teleportasi jarak pendek.
“Kau datang terlambat,” gumam Orin.
“Aku selalu datang saat kau nyaris tersesat,” jawab Seraphine sambil menarik Orin keluar dari dimensi itu.
Di permukaan, kabut mulai menghilang. Anak-anak yang lupa nama mulai menangis—dan satu per satu, bayangan mereka kembali.
Tapi saat Seraphine memegang cermin oval itu lagi, pantulan mulai muncul… bukan dirinya, tapi sosok berjubah dengan mahkota dari bayangan.
“Ini baru awal,” katanya. “Dan yang kedua... akan lebih kelaparan dari aku.”
Kembali ke Ravennor, Ash berdiri di ruang riset sihir, membaca laporan dari Rhavedin.
Di bagian bawah laporan itu, tertulis dengan tangan seseorang yang tak dikenal:
“Hollow King telah membuka Mata Pertama. Dua lainnya menunggu di Gerbang Retak dan Menara Tersesat.”
Ash menatap langit dari jendela.
“Maka revolusi belum selesai,” gumamnya. “Baru saja dimulai.”
To be Continued...
Cobalah:
RA-VEN-NOR™
➤ Teruji bikin senyum-senyum sendiri
➤ Kaya akan plot twist & sihir kuno
➤ Mengandung Caelum, Ash, dan Orin dosis tinggi
PERINGATAN:
Tidak dianjurkan dibaca sambil di kelas, rapat, atau pas lagi galau.
Efek samping: jadi bucin karakter fiksi.
Konsumsi: TIAP JAM 11 SIANG.
Jangan overdosis.
Gemetar...
Tangan berkeringat...
Langit retak...
WiFi ilang...
Kulkas kosong...
Ash unfollow kamu di mimpi...
➤ Tiap hari. Jam 11.
Ini bukan sekadar Novel.
Ini adalah TAKDIR. 😭
Aku sudah capek ngingetin kamu terus.”
➤ Novel update jam 11.
➤ Kamu lupa lagi?
Baiklah.
Aku akan pensiun.
Aku akan buka usaha sablon kaus bertuliskan:
❝ Aku Telat Baca Novel ❞
#AyamMenyerah
“Kalau kamu baca jam 11, aku bakal bikinin kamu es krim rasa sihir.”
Caelum (panik):
“Update?! Sekarang?! Aku belum siap tampil—eh maksudku… BACA SEKARANG!”
Orin (pegangan pohon):
“Aku bisa melihat masa depan... dan kamu ketinggalan update. Ngeri ya?”
📅 Jam 11. Tiap hari.
Like kalau kamu tim baca sambil ketawa.
Komen kalau kamu tim “gue nyempil di kantor buat baca novel diem-diem”
Kamu bilang kamu fans Ravennor,
Tapi jam 11 kamu malah scroll TikTok.”
Jangan bikin aku bertanya-tanya,
Apakah kamu masih di pihakku…
Atau sudah berubah haluan.
➤ Novel update tiap hari.
➤ Jam 11.
Jangan salah pilih sisi.
– Orin
Tapi aku perhatikan siapa yang selalu datang jam 11… dan siapa yang tidak.”
Dunia ini penuh rahasia.
Kamu gak mau jadi satu-satunya yang ketinggalan, kan?
Jadi, kutunggu jam 11.
Di balik layar.
Di balik cerita.
– Orin.
Menarik.
Aku kira kamu pembaca yang cerdas.
Tapi ternyata...
➤ Baca tiap hari. Jam 11.
➤ Kalau enggak, ya udah. Tapi jangan salahin aku kalau kamu ketinggalan plot twist dan nangis di pojokan.
Aku sudah memperingatkanmu.
– Ash.
Untuk: Kamu, pembaca kesayanganku
"Hei…
Kamu masih di sana, kan?
Kalau kamu baca ini jam 11, berarti kamu masih inget aku…"
🕚 update tiap hari jam 11 siang!
Jangan telat… aku tunggu kamu di tiap halaman.
💙 – C.
Kucing kerajaan udah ngamuk karena kamu LUPA update!
🕚 JAM 11 ITU JAM UPDATE !
Bukan jam tidur siang
Bukan jam ngelamunin mantan
Bukan jam ngintip IG crush
Tapi... JAMNYA NGIKUTIN DRAMA DI RAVENNOR!
😾 Yang kelewat, bakal dicakar Seraphine pakai kata-kata tajam.
#Jam11JamSuci #JanganLupaUpdate
Itu jamnya:
✅ plot twist
✅ karakter ganteng
✅ baper kolektif
✅ kemungkinan besar ada adegan nyebelin tapi manis
Jangan lupa update TIAP HARI JAM 11 SIANG
📢 Yang gak baca… bakal disumpahin jadi tokoh figuran yang mati duluan.
Itu bukan jam makan, bukan jam rebahan...
Itu jam baca komik kesayangan KAMU!
Kalau kamu ngelewatin update:
💔 Caelum nangis.
😤 Seraphine ngambek.
😎 Ash: “Terserah.”
Jadi yuk… BACA. SEKARANG.
🔁 Share ke temanmu yang suka telat update!
#ReminderLucu #UpdateJam11
📆 Update : SETIAP HARI JAM 11 SIANG!
Siapa yang lupa...?
➤ Ditarik ke dunia paralel.
➤ Dikejar Orin sambil bawa kontrak nikah.
➤ Dijadikan tumbal sihir kuno oleh Ash.
➤ Dipelototin Seraphine 3x sehari.
Jadi... JANGAN LUPA BACA YAAA!
❤️ Like | 💬 Komen | 🔔 Follow
#TimGakMauKetinggalan
Komik kita akan UPDATE SETIAP HARI!
Jadi jangan lupa:
💥 Siapkan hati.
💥 Siapkan cemilan.
💥 Siapkan mental buat gregetan.
⏰ Jam tayang: jam 11.00 WIB
🧡 Yang lupa update, nanti ditembak cinta sama si Caelum.
➕ Jangan lupa:
❤️ Vote
💬 Komen
🔁 Share
🔔 Follow & nyalain notif biar gak ketinggalan~