NovelToon NovelToon
Maura : Tragedi Tahun Baru

Maura : Tragedi Tahun Baru

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat
Popularitas:2.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: dewi widya

Hidup Freya Almeera Shanum berubah setelah tragedi tahun baru 6th silam yang membuatnya menjadi single parent dari anak bernama Maura Hanin Azzahra.

Maura, gadis berusia 5th itu selalu menanyakan keberadaan Ayahnya yang tak pernah diketemuinya dari kecil.

Pertanyaan sederhana tentang keberadaan sang Ayah yang selalu di lontarkan Maura membuat sang Bunda Freya (25th) merasa bersalah dan sedih. Bahkan Freya juga kadang teringat akan tragedi malam itu setiap sang putri bertanya keberadaan Ayahnya.

Semua salah wanita tak tahu terima kasih itu. Karena wanita itu, Freya sekarang menjadi single parent tanpa status.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi widya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjaga Proyek dari Kucing Liar

"Freya,"

Freya dan Bryan menoleh melihat siapa laki-laki yang memanggil Freya.

Dapat Bryan lihat dari ujung ekor matanya kalau Freya menyunggingkan senyum untuk laki-laki yang memanggilnya itu.

"Siapa dia? Sampai membuat gadis kecilku ini senyum hanya melihatnya saja." batin Bryan cemburu.

"Kak Evan. Kenapa Kak Evan ada disini?" tanya Freya setelah melihat Evan yang sudah mendekat ke arahnya.

"Oh...Jadi ini yang namanya Evan yang ngajak Freya lembur kemarin. Ck, masih ganteng aku kemana-mana." batin Bryan dengan sombongnya.

"Aku mau jenguk Maura." jawab Evan jujur.

"Jenguk Maura apa jenguk Ibunya." cibir Bryan dalam hati.

"Kata Mutia, Maura masuk rumah sakit. Makanya aku kesini." sambung Evan sambil melirik Bryan yang berdiri di samping Freya.

"Apa lirik-lirik?" batin Bryan tak suka melihat laki-laki itu meliriknya.

"Frey, bukannya dia_" Evan ragu untuk menanyakan laki-laki yang berdiri di samping Freya.

Freya tersenyum tipis melihat keraguan Evan yang ingin menanyakan sosok laki-laki di sampingnya. Sosok monster tepatnya.

"Beliau Tuan Muda Abrisam, Presdir di tempat ku kerja." jawab Freya jujur.

Bryan mengeraskan rahangnya juga mengepalkan tangannya erat mendengar jawaban yang Freya berikan untuk lelak itu.

"Kenapa gak ngaku aja kalau aku ini Ayah dari anakmu. Apa kamu malu mengakui aku sebagai lelakimu." batin Bryan kesal pada Freya.

"Eh..Emang Freya mau jadi lelakiku." ingin rasanya Bryan menggaruk ginjalnya.

"Oh...Aku mau bicara sebentar sama kamu. Apa ada waktu?" tanya Evan pada Freya.

Freya menatap Bryan sebentar kemudian kembali menatap Evan dengan senyum tipis.

"Sebentar saja tapi Kak. Aku gak bisa meninggalkan Maura terlalu lama." kata Freya walau sebenarnya dirinya ragu untuk menerima ajakan Evan.

"Iya, kita duduk di sana saja." Evan menunjuk bangku di lorong rumah sakit.

Freya mengangguk dan menatap Bryan kembali namun yang ditatapnya tampak cuek saja.

"Saya nitip Maura sebentar, Tuan." kata Freya dan mengikuti Evan yang sudah berjalan duluan.

"Saya nitip Maura sebentar, Tuan." Bryan mengulangi perkataan Freya dengan hati dongkol.

"Memang Maura barang apa dititipkan segala." Bryan kesal, menatap tajam Freya yang duduk berduaan dengan Evan.

"Kenapa panas banget disini." gerutu Bryan dan berlalu kembali ke ruang perawatan Maura.

"Freya mana, Bry? Kok sendirian." tanya Papa Abri yang melihat Bryan kembali tanpa Freya.

"Nyangkut di pohon toge." jawab Bryan asal dan masuk ke kamar mandi.

Papa Abri mengerutkan keningnya bingung apa yang dimaksud putranya itu. Dia menatap Mama Lea yang juga terlihat bingung.

"Anak kamu kenapa?" tanya Papa Abri, Mama Lea hanya menggeleng tidak tahu.

"Apa Freya yang membuat Bryan seperti itu?" batin Mama Lea bertanya-tanya, karena semenjak kenal Freya, Bryan bersikap seperti dulu sebelum ditinggal dia.

"Bryan." panggil Mama Lea pada putranya yang masih di kamar mandi.

"Mama sama Papa pulang dulu, kasihan Papa kamu belum sempat beristirahat sejak semalam." ujar Mama Lea.

Bryan yang sudah selesai mencuci mukanya karena merasa panas melihat kedekatan Freya dengan Evan akhirnya keluar saat Mama Lea memanggilnya.

"Iya, Mama sama Papa pulang saja dulu istirahat." ucap Bryan.

"Baiklah, kami pulang dulu." pamit Papa Abri.

Bryan mengangguk dan membiarkan kedua orang tuanya pulang.

"Kalau ada perkembangan baik tentang kondisi Maura segera hubungi Papa." kata Papa Abri.

"Iya, Pa." Bryan mengiyakan perkataan Papanya.

Bryan berjalan mendekat dan duduk di brankar Maura.

"Cantik, apa kamu kenal yang namanya Evan?" tanya Bryan pada putrinya yang sedang tertidur pulang karena belum sadar itu.

"Apa laki-laki itu pacarnya Bunda kamu?"

"Menurut Maura, Ayah sama laki-laki itu gantengan siapa?"

"Gantengan Ayah 'kan?"

"Pintaran Ayah 'kan?"

"Kaya'an juga Ayah."

"Maura maukan bantu Ayah untuk mendapatkan Bunda Freya?"

"Kita nanti akan hidup bersama dan Maura akan mendapatkan yang Maura inginkan, yaitu seorang adik."

"Jadi Maura cepat bangun dan sembuh."

"Setelah itu bantu Ayah untuk mendapatkan Bunda."

"Oke cantik."

"Jangan biarkan Bunda Freya didekati laki-laki kecuali Ayah Bryan yang paling tampan dan paling kaya ini."

"Yang pastinya sayang banget sama Maura cantik."

Bryan menghembuskan nafas perlahan setelah berbicara sendiri dengan Maura yang pasti tidak mendengarnya dan juga tidak menjawabnya. Dia menatap putrinya yang terlihat menyedikan ini.

"Cepat sadar dan sembuh cantiknya Ayah, sayangnya Bunda." cup. Bryan mengecup kening Maura dan mengelus lembut pipi Maura.

"Ayah mau kedepan dulu, mau melihat Bunda kamu. Siapa tahu Bunda kamu nanti lupa jalan pulang." kata Bryan pada Maura lantas dia membenarkan selimut Maura dan berjalan keluar.

"Ck. Kenapa juga dia diajak kesini." Bryan berdecak sebal melihat Freya yang berjalan menuju arahnya bersama Evan.

"Ya, anda benar. Saya harus menjaga proyek saya dari kucing liar yang terus berusaha untuk mendapatkannya." Bryan terlihat berpura-pura sedang menerima telephone dengan nada suara sedikit lantang sambil melirik Freya yang semakin mendekat kearahnya.

"Ya, saya akan basmi kucing-kucing itu yang ingin mengambil proyek saya. Tidak tahu saja dia sedang berhadapan dengan siapa." kata Bryan tegas dengan mengepalkan tangannya dan menggenggam erat handphone yang ada ditangannya saat melihat Evan mengusap kepala Freya.

"Sial!!! Berani sekali dia melakukan itu pada gadis kecilku." batin Bryan kesal bercampur amarah karena cemburu yang sudah membakar hatinya.

Tanpa menyapa Bryan, Freya mengajak Evan masuk ke kamar rawat Maura.

"Kurang ajar!!" umpat Bryan meninju udara saat melihat pintu sudah tertutup rapat.

"Tuan Muda kenapa?"

Bryan tersentak saat mendengar suara Rendy. Dia berdehem seolah tidak terjadi apa-apa, padahal Rendy tadi sudah melihat tingkah Tuan Muda nya yang menurutnya kekanakan seperti remaja yang baru saja merasakan yang namanya cemburu.

"Tuan Muda cemburu dengan Nona Freya." tebak Rendy yang langsung mendapat tatapan tajam dari Bryan.

"Maaf Tuan, saya sudah lancang." Rendy menunduk, dia menyesal telah berbicara seperti itu. Padahal Rendy tahu kalau Tuannya itu memang cemburu dengan Freya.

"Tuan Bryan sudah tak ingat umur." gumam Rendy lirih yang samar masih terdengar Bryan.

"Apa kamu bilang?" sentak Bryan pada Rendy walau dia tidak begitu jelas mendengar gumaman Rendy.

"Tidak ada Tuan. Ini saya bawakan makan siang untuk anda juga Nona Freya." Rendy menunjuk paper bag yang dia bawa.

"Apa kamu membawa apa yang aku minta?" tanya Bryan berubah serius.

"Iya, Tuan. Tadi saya sudah mengecek di kediaman Tuan Besar." jawab Rendy cepat.

Bryan masuk ke ruang rawat Maura dan duduk di sofa tanpa memperdulikan Freya juga Evan yang terlihat berbicara mengenai kondisi Maura.

Bryan membuka laptopnya dan memasang flashdisk yang baru saja Rendy berikan. Dia mencari folder yang berisi rekaman CCTV di rumah orang tuanya.

"Freya, aku balik dulu ya. Gak enak sudah ninggalin kerjaan begitu lama." pamit Evan yang sebenarnya merasa tidak nyaman karena di tatap Rendy dengan tampang dingin dan datar. Sedangkan Bryan nampak cuek seolah tak ada orang disana.

"Iya, Kak. Makasih sudah mau meluangkan waktunya untuk menjenguk Maura." kata Freya dengan senyum.

"Baiklah, aku pulang dulu. Kamu jangan sampai lelah dan kurang istirahat saat menjaga Maura." ujar Evan sambil mengusap lengan Freya sebelum dia pergi.

"Makasih, Kak." Freya tersenyum melihat Evan yang selalu perhatian kepadanya.

"Sudah puas pacarannya?" tanya Bryan menatap Freya dengan kesal.

Senyum Freya lenyap dalam beberapa detik, kemudian kembali tersenyum lebar saat dia mendapatkan ide untuk mengerjai Bryan.

"Belum puas sih, tapi mungkin akan kami lanjut lewat chat atau mungkin panggilan video." kata Freya dan kembali duduk di samping Maura.

"Ck. Selera anda benar-benar rendah. Lelaki dengan tampang perempuan di jadikan pacar. Gak banget." cibir Bryan tentang Evan yang memang memiliki tampang seperti oppa-oppa korea.

"Kenapa memangnya?" Freya menatap Bryan, "suka-suka saya lah, yang suka saya bukan anda." Freya kembali membelakangi Bryan.

"Terserah, yang pasti saya tetap Ayah kandung dari Maura Hanin Azzahra." ucap Bryan tegas menyatakan kepemilikannya.

Freya diam saja tidak menyahuti, dia sudah lelah bercampur lapar karena dari pagi belum makan.

Freya melirik paper bag yang ada di meja sofa yang dia yakini isinya makanan, karena hidung Freya sedari tadi sudah mencium aroma nasi kari yang membuat cacing diperutnya meronta ingin diisi ulang.

Freya meneguk salivanya susah payah membayangkan betapa nikmatnya nasi kari jika dimakan dalam kondisi masih hangat, pasti sangat lezat.

"Kenapa?" tanya Bryan saat mendapati Freya melirik paper bag yang berisi makanan. Dia tahu pasti Freya lapar saat ini, apalagi mereka tadi belum sempat sarapan pagi.

"Mau?" tawar Bryan yang tanpa sadar Freya mengangguk polos membuat Bryan mengulum senyumnya.

"Sini!" Bryan menepuk sofa disebelahnya.

"Boleh?" Bryan memejamkan matanya kemudian mengangguk.

Dengan cepat Freya berdiri dan berjalan menuju sofa dimana Bryan berada. Dia terpaksa duduk di sebelah Bryan karena Rendy duduk di sofa single.

"Makanlah dulu, saya tahu perut anda dari tadi berdendang terus." kata Bryan yang kembali fokus pada laptopnya.

"Makanya kalau punya pacar cari yang kaya, banyak duitnya yang pasti ganteng dan tampan seperti Ayahnya Maura Hanin Azzahra."

Uhukkk...uhukkk....Rendy kesedak minuman yang baru saja dia teguk saat mendengar perkataan Tuan Mudanya yang begitu percaya diri itu.

Freya mencibir tak suka pada Bryan, dia melirik sebentar pada Bryan yang fokus pada laptopnya.

"It-tuh..!!"

🍁🍁🍁

have a nice day

Jangan lupa berikan like dan vote kalian ya kakak-kakak readers

Biar lebih semangat lagi menghalunya

Makasih🤗🤗

dewi widya

1
fiyol jelek
bagus
Wanita Aries
Suka ceritanya ada komedinya jg
Yuni Astutik
aahhhhhhh.................. akhirnya............
Yuni Astutik
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 freya bik maura cek drieneh
Yuni Astutik
😭😭😭😭😭
Yuni Astutik
👍👍👍
Yuni Astutik
👍👍
Yuni Astutik
👍
Yuni Astutik
❤❤❤❤
Kecombrang
kelakuan emak sama anak sama aja 🤣🤣🤣
Nur Aini
Luar biasa
pipin bagendra
tunggu Thor indomoyet itu apa ya hehehe
Mega Girl
mampir thor
Yant08
Luar biasa
Oi Min
happy ending.....
Oi Min
wkwkwkwwkkwk...... Mora bner 2 Bryan versi cewek..... huft....
Oi Min
otor..... iihhhh..... nyebelin.... tadi papa Abri..... sekarang Mutia dan salah satu bayi nya di matiin... 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😡😡😡😡😡
Oi Min
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭..... g kuat tor...... aq paling sensitif klo soal bapak..... krna aq dri kecil jga hnya sama bapak. apa2 bapak..
Amaliah 🌹
Luar biasa
Oi Min
dah hamil ini Mutia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!