Tang Qiyue adalah seorang pembunuh bayaran nomer satu, dijuluki "Bayangan Merah" di dunia gelap. Di puncak kariernya, dia dikhianati oleh orang yang paling dia percayai dan tewas dalam sebuah misi. Saat membuka mata, dia terbangun dalam tubuh seorang gadis desa lemah bernama Lin Yue di Tiongkok tahun 1980.
Lin Yue dikenal sebagai gadis bodoh dan lemah yang sering menjadi bulan-bulanan penduduk desa. Namun setelah arwah Tang Qiyue masuk ke tubuhnya, semuanya berubah. Dengan kecerdasannya,kemampuan bertarungnya, dan insting tajamnya, dia mulai membalikkan hidup Lin Yue.
Namun, desa tempat Lin Yue tinggal tidak sesederhana yang dia bayangkan. Di balik kehidupan sederhana dan era yang tertinggal, ada rahasia besar yang melibatkan keluarga militer, penyelundundupan barang, hingga identitas Lin Yue yang ternyata bukan gadis biasa.
Saat Tang Qiyue mulai membuka tabir masalalu Lin Yue, dia tanpa sadar menarik perhatian seorang pria dingin seorang komandan militer muda, Shen Liuhan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayucanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24: Riak Tenang di Permukaan
Musim panas datang dengan angin lembut dan langit cerah. Desa Qinghe semakin hidup, penuh dengan canda anak-anak dan aktivitas para petani yang sibuk di ladang. Kehidupan yang damai seperti ini adalah impian banyak orang, dan bagi Lin Yue, itu adalah hadiah terbesar yang tak pernah ia bayangkan.
Namun, di balik permukaan yang tenang, riak kecil mulai muncul.
Suatu sore, ketika Lin Yue dan Yuhan berjalan pulang dari ladang, mereka bertemu dengan seorang pria muda yang baru saja pindah ke desa. Namanya Qi Liang, sosok yang ramah dengan senyum mudah terbit di wajahnya. Ia memperkenalkan diri sebagai perantau yang mencari ketenangan hidup, dan para tetua desa menyambutnya dengan tangan terbuka.
Qi Liang dengan cepat akrab dengan penduduk desa, membantu pekerjaan berat dan menjadi teman bermain baru bagi anak-anak, termasuk Yuhan. Ia membuat mainan kayu, memperbaiki jalan ikan tua, dan bahkan ikut serta dalam festival panen. Semua orang menyukainya.
Namun, naluri Lin Yue yang sudah terasah tajam dari kehidupan lamanya mengatakan ada sesuatu yang janggal pada pria itu. Senyumnya terlalu sempurna. Gerak tubuhnya terlatih. Dan sesekali, Lin Yue menangkap sorot mata yang dingin, bertolak belakang dengan keramahan yang ditunjukkannya.
Beberapa Minggu berlalu, Qi Liang semakin dekat dengan Yuhan. Ia sering mengajaknya bermain, mengajarkan lempar pisau dari batang kayu yang disusun. Ia berkata itu hanya permainan, tapi tekniknya terlalu bersih, dan terlalu presisi.
Lin Yue diam-diam mengamati mereka, rasa gelisah mengendap di hatinya. Sekilas, ia melihat cara Qi Liang memegang pisau bukan seperti petani, melainkan seperti prajurit terlatih. Caranya melangkah di Medan licin pun seperti orang yang terbiasa bergerak tanpa suara.
Suatu malam, Lin Yue membicarakan kekhawatirannya pada Shen Liuhan di kamar mereka.
"Menurutmu aku terlalu curiga?" tanyanya, menatap suaminya dengan cemas.
Shen Liuhan menggeleng, "Naluri bertahan hidupmu jarang salah. Kalau kau merasa dia mencurigakan, aku percaya padamu."
Lin Yue menghela nafas panjang."Aku tak ingin Yuhan terlibat. Aku ingin dia tetap bersih, jauh dari masa laluku yang kotor."
Shen Liuhan memegang tangannya erat. "Kalau dia benar-benar berbahaya, kita akan hadapi bersama. Tapi jangan terburu-buru menilai kita awasi dia dulu."
Lin Yue mengangguk. Ia tahu apa yang dikatakan oleh suaminya benar, tapi hatinya tetap tidak merasa tenang.
Keesokan harinya, Lin Yue mendapati sebuah pisau kecil dengan ukiran asing di meja belakang rumahnya. Pisau itu tidak seperti milik siapa pun di desa. Bentuknya mengingatkannya pada pisau milik kelompok pemburu dari organisasi lamanya. Gagangnya berwarna hitam kusam, dengan simbol berbentuk lingkaran dan tiga garis menyilang.
Jantung Lin Yue berdegup kencang. Ia memeriksa sekeliling rumah. Qi Liang tampak bermain seperti biasa bersama anak-anak, seolah tidak terjadi apa-apa. Tapi Lin Yue tahu ini bukan kebetulan.
Pada malam harinya, Lin Yue menyusup keluar rumah, membawa pisau itu dan menyusuri jejak kaki samar di hutan kecil di belakang desa. Ia menemukan bekas perkemahan kecil yang baru dibongkar. Jejaknya bersih, tapi tidak cukup bersih untuk menipu mata Lin Yue.
Seseorang dari masa lalunya sudah menjejakkan kaki di dunia barunya.
Keesokan harinya, saat makan malam Lin Yue menatap anaknya yang tertawa sambil bercerita tentang permainan lempar pisau bersama Qi Liang. Senyum Yuhan seperti matahari kecil yang menerangi hidupnya.
Lin Yue mengepalkan tangan, matanya mengeras ia memutuskan. Malam itu, ia menemui Qi Liang di belakang gudang beras desa.
"Kau bukan hanya seorang perantau," katanya dengan suara tajam.
Qi Liang tidak terkejut, ia tersenyum tenang. "Kupikir kau akan menyadarinya lebih cepat."
"Siapa yang mengirim mu kesini?" tanya Lin Yue, kini berdiri tegak dengan tatapan siaga.
"Tak seorang pun. Aku datang karena penasaran kisahmu tersebar di antara sisa-sisa organisasi lama. Mereka tidak lagi mengejar mu, tapi bagi sebagian orang, kau tetap legenda."
"Legenda yang sudah mati," tegas Lin Yue.
Qi Liang menatapnya dengan ekspresi lembut. "Aku tidak datang untuk membunuhmu. Aku ingin belajar darimu."
Lin Yue mengernyit. "Belajar?"
"Bagaimana seorang pembunuh bisa berubah menjadi seorang ibu. Bagaimana kau bisa lepas dari bayangan dan memilih cahaya, aku ingin tahu jawabannya."
Kebisuan menggantung di antara mereka. Lin Yue perlahan menurunkan bahunya, tapi dia masih waspada.
"Kalau itu benar, maka jaga jarakmu dari anakku," ucapnya tenang."Aku tidak akan membiarkan satu pun bayangan masa laluku yang menyentuhnya."
Qi Liang mengangguk hormat."Aku mengerti. Aku hanya ingin mengerti.... bagaimana kau bertahan."
Keesokan paginya. Qi Liang meninggalkan desa tanpa sepatah kata pun, tak ada perpisahan, tak ada penjelasan.
Lin Yue berdiri di depan rumahnya, memandangi jalan setapak yang perlahan kosong.
Ia tahu, bayangan lamanya belum sepenuhnya padam. Akan selalu ada mereka yang datang, entah dengan niat jahat, atau hanya ingin melihat sisa legenda yang pernah hidup.
Tapi kali ini. ia tidak akan lari, ia akan melindungi keluarganya, dengan segala cara.
Dan meski riak itu kembali hadir di permukaan hidupnya, hatinya akan tetap tenang. Karena ia tahu, apa pun yang terjadi, ia telah menanam akarnya kuat-kuat di tanah ini. Dan tak akan ada angin dari masa lalu yang bisa mencabutnya.