Kevin Xander AdiJaya adalah cowok yang sangat susah mendapatkan kebahagiaan yang tulus dalam hidupnya. Kevin selalu di setir oleh papah angkatnya sehingga membuatnya menjadi sangat muak dan memutuskan untuk pergi dari rumah.
Namun Kevin masih bertahan sejauh ini karena ada satu wanita di hidupnya, yaitu Adara Syila Alterina. Namun Kevin selalu gengsi menunjukan perasaannya kepada Dara, jadi ia selalu mencari cara agar bisa ribut dengan Dara.
Sampai suatu hari ada sepasang suami istri yang mengaku sebagai orang tua kandung Kevin, siapakah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red sage, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelukan Hangat di Pagi yang Sejuk
“Dara...” suara itu lirih, nyaris tak terdengar.
Dara menunduk perlahan, menatap Kevin yang memanggil namanya dengan suara serak dan pelan. Ia sedang duduk di pangkuan kevin, sementara Kevin bersandar di pelukannya, kepalanya bertumpu di dada Dara, seolah tak ingin berpindah ke mana pun.
Tangan Dara tak berhenti mengelus lembut rambut Kevin, seperti ingin menenangkan hati yang sedang rapuh.
Kevin mengangkat wajahnya perlahan. Mata mereka bertemu. Tatapan Kevin redup, namun teduh. Pandangannya mengunci milik Dara dalam diam yang terasa lebih dalam daripada seribu kata.
Dara membalas tatapannya, lalu mencondongkan wajahnya sedikit, menyisakan jarak tak lebih dari beberapa senti. “Kamu...” bisiknya lembut. “Belum mau lepas pelukannya?”
Kevin tidak menjawab. Ia hanya kembali menyandarkan kepalanya di dada Dara, menutup matanya, dan menggeleng pelan. Sebuah isyarat sederhana yang bermakna: belum... jangan sekarang... biarkan aku seperti ini sebentar lagi.
Dara menghela napas perlahan. Tangannya tetap membelai lembut rambut Kevin. Ia tahu, kadang diam dan pelukan adalah obat paling manjur. Dan sekarang, Kevin sedang butuh itu lebih dari apa pun.
Sementara itu, di rumah keluarga Vellos, suasana pagi mulai hidup kembali.
Pintu depan terbuka dengan suara berderit pelan. Bu Indah masuk sambil menenteng dua kantong besar berisi sayuran dan buah-buahan. Keringat membasahi pelipisnya, namun senyum tetap mengembang di wajahnya yang ramah.
“Vellos!” panggilnya sambil meletakkan salah satu kantong di meja dekat pintu. “Bantu Ibu, nak.”
Dari arah ruang tengah, Vellos langsung berlari kecil menghampiri. “Iya, Bu. Sini, aku bawakan.” Ia mengambil kantong belanjaan dari tangan ibunya dan membawanya ke dapur.
Sambil melepas kerudung dan mengipasi wajahnya dengan tangan, Bu Indah bertanya, “Lho, Kevin ke mana? Biasanya dia ikut sigap bantu Ibu.”
Vellos berhenti sejenak. Wajahnya terlihat agak ragu sebelum menjawab. “Tadi pagi Kevin demam, Bu. Badannya panas banget pas bangun tidur.”
Mata Bu Indah membulat. “Ya Allah, demam? Kok kamu nggak bilang dari tadi?”
“Tenang dulu, Bu.” Vellos mencoba menenangkan sambil menuangkan air ke dalam gelas. “Sekarang dia udah agak mendingan. Untungnya tadi pagi ada Dara. Dia yang bantu jaga Kevin.”
“Dara?” alis Bu Indah terangkat.
“Iya. Tadi Kevin ngebujuk Dara buat jalan-jalan ke taman, katanya biar dapat udara segar. Dan..ya ,mau gak mau Dara ikutin maunya kevin,” jelas Vellos sambil tersenyum kecil.
Bu Indah masih terlihat cemas. “Tapi kenapa Kevin bisa demam tiba-tiba? Dia kemarin sehat-sehat aja, kan?”
“Kayaknya karena kecapekan, Bu. Belakangan ini dia banyak pikiran juga. Tapi Dara tahu gimana cara nenangin dia. Makanya, sekarang Kevin kelihatan lebih baik.”
Bu Indah mengangguk pelan, walau masih menyisakan kekhawatiran di matanya. “Syukurlah kalau ada Dara.”
“Iya, Bu,” ujar Vellos sambil menyerahkan segelas air. “Selama ada Dara, kayaknya Kevin bisa lebih kuat, tapi jujur aku nggak nyangka alurnya gini, padahal dulu tuh ya nggak ada sehari pun Kevin dan Dara nggak bertengkar, pasti adaaaa aja debaran mereka berdua tuh.”
Bu Indah tersenyum tipis, lalu menatap keluar jendela, ke arah langit yang cerah. “Ya Allah, jaga anak itu... jaga juga agar Dara bisa selalu di dekat kevin.”
Cukup lama mereka duduk berdua di bangku taman itu. Udara pagi yang lembut dan sejuk menyentuh kulit mereka. Kevin masih berada di dalam dekapan Dara.
Namun akhirnya Dara menghela napas pelan dan berkata dengan lembut, "Kev... Gue turun dulu, ya?"
Kevin mengerutkan kening. "Kenapa? lo udah nggak nyaman?"
Dara menggeleng sambil tersenyum kecil, meskipun dari raut wajahnya terlihat sedikit berat hati. "Bukan gitu... pegel juga tau lama-lama di posisi kayak gitu, nanti lagi ya."
"oke, nanti lanjut lagi."
Dara sempat terdiam, lalu akhirnya tersenyum dan perlahan-lahan turun dari pangkuannya. Ia duduk di samping Kevin, tapi sebelum sempat berkata apa-apa, tangan Kevin sudah menggenggam erat tangannya. Hangat, Teguh, Seolah tak ingin membiarkannya pergi sedetik pun.