NovelToon NovelToon
Bittersweet Villain

Bittersweet Villain

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta Terlarang / Identitas Tersembunyi / Keluarga / Angst / Trauma masa lalu
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Fhadillah

Aizha Adreena Hayva harus bertarung dengan hidupnya bahkan sebelum ia cukup dewasa, berhenti sekolah, mencari pekerjaan dan merawat adiknya karena orantuanya meninggal di malam yang sunyi dan tenang, bahkan ia tak menyadari apapun. bertahun-tahun sejak kejadian itu, tak ada hal apapun yang bisa dia jadikan jawaban atas meninggalnya mereka. ditengah hidupnya yang melelahkan dan patah hatinya karena sang pacar selingkuh, ia terlibat dalam one night stand. pertemuan dengan pria asing itu membawanya pada jawaban yang ia cari-cari namun tidak menjadi akhir yang ia inginkan.

selamat menikmati kehidupan berat Aizha!!
(karya comeback setelah sekian lama, please dont copy my story!)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Fhadillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24

Beberapa orang yang sepertinya orang-orang yang bekerja dibawah Eliya memasuki ruangan itu dengan sentaja laras panjang, mereka kini berhadapan dengan Caiden. Apa ini saatnya untuk menghubungi asistennya dan meminta bantuan?, namun ia tidak melakukannya. Dirinya sudah sejak lama terlatih dan sudah menghadapi banyak jenis bahaya, berhadapan dengan beberapa preman jalanan yang dipungut oleh adik kecilnya yang manis, dia pasti bisa menghadapi ini.

​Eliya masih merintih kesakitan terduduk di tempatnya semula tanpa bergeser barang seinci pun, dia hanya bertingkah hebat, pada kenyataannya dia hanya gadis manja yang cenggeng, sama seperti Eliya yang dulu. Semua orang-orang *jalanan* itu mengarahkan senjata mereka kearah Caiden dan mengelilingi dirinya, tak ada jalan untuk kabur pikir mereka. Itu hanya luka kecil, satu tembakan di paha bukan hal yang besar bagi Caiden, bahkan jika satu kakinya dipotong pun dia masih mampu menghadapi mereka semua.

​Seseorang memerintahkannya untuk menurunkan pistol yang ia pegang dan mengangkat tangan keatas, Caiden menunjukan pistolnya pada orang-orang itu dan secara perlahan mulai membungkukkan tubuhnya, bersikap seolah-olah dia hendak meletakan senjata itu dengan satu tangan lainnya diangkat tinggi-tinggi diatas kepalanya. Namun saat dia sudah begitu membungkuk kebawah, pistol itu diselipkan di ketiaknya dengan ujung mengarah kesalah satu dari mereka yang terdekat dengan dirinya, dengan cepat sebelum mereka memproses yang tengah ia lakukan, Caiden langsung menembaknya, tepat kena di dagu yang tembus ke kepalanya dan pria itu langsung tumbang mati. Rekan-rekannya yang lain dengan berantakan mencoba menembak Caiden, namun pria itu bergerak dengan gesit. Kecepatan adalah keahlian Caiden dan dirinya diuntungkan dengan hal itu.

​Dengan beberapa keahlian bela diri dan pistol favoritnya di genggaman, sangat mudah untuk melumpuhkan satu persatu dari mereka, Caiden, menendang, mengunci, mematahkan leher, menembak, dan sebagainya. Ia tak pernah berpikir serangan yang pria-pria *jalanan* itu berikan dengan brutal dapat menyasar ke wanita-wanita yang diikat diatas ranjang tempat tidur atau bahkan pada Aizha, namun sampai ia menjatuhkan orang terakhir, hal itu tidak terjadi, syukurlah. Peluru-peluru mereka hanya mengenai lantai dan langit-langit ruangan dengan acak-acakan.

​Kini Caiden kembali berdiri di depan Eliya, darah dari luka tembakan di pahanya keluar dengan deras dan Caiden bahkan tak begitu peduli, jika dia menghabiskan waktu lebih lama lagi mungkin dia bisa mati kehabisan darah.

“tak ada lagi siapapun yang akan menjagamu, hftt kau bahkan memperkerjakan seorang wanita untuk menjadi bodyguardmu adik kecil” kata Caiden dengan nada bercanda menunjuk dengan pistolnya kearah wanita kekar yang terbaring di genangan darahnya sendiri. Eliya mendongak menatap Caiden tanpa mengatakan apapun, tatapannya tentu saja penuh amarah dan kebencian namun wajahnya terlihat berantakan dengan air mata dan lunturan eyeliner atau maskaranya, entahlah Caiden tak peduli.

“bagaimana kau akan membayar semua kekacauan ini?” Caiden kini berjongkok tapi kakinya terasa kebas, dia juga tak ingin menekan lukanya lebih parah lagi jadi dia tetap berdiri disana.

“bunuh saja sialan apa yang kau tunggu, bukankah ini kesenanganmu?! Membunuh orang-orang” kata Eliya dengan geram, tangannya masih memegang lengan yang tertembak, darah menetes dari sela-sela jarinya, cat kuku yang awalnya biru kini berubah menjadi merah dengan darahnya sendiri.

​“kau selalu saja mengatakan hal-hal yang menyebalkan, aku akan membiarkanmu kali ini, lepaskan semua orang yang ada disini dan pergilah ke rumah sakit” kata Caiden dengan suara yang melemah, bagaimanapun mereka telah hidup selama bertahun-tahun sebagai saudara dan Caiden tetap menganggapnya adik. Dia tak ingin menghakimi perbuatan Eliya karena dia juga bukan orang yang suci, Eliya memang berlebihan dan terlalu gila, namun tangan Caiden juga berlumuran darah dengan sangat banyak, intinya mereka sama buruknya.

“kau kira kau siapa” kata Eliya dengan suara parau

“aku selalu benci berada di rumah, aku tau aku tak seharusnya ada disana, mama tak pernah mengharapkanku disana karena ia tak pernah melahirkanku, terlebih… aku hasil dari hubungan gelap suaminya dengan wanita murahan. Lucu sekali kau mengurusku… kau terlihat sangat tidak tulus, seperti ingin terus menendangku menjauh. Untung nenek, mungkin karena dia sudah tua dan pesakitan, tak memandangku seperti itu, tak ada tatapan jijik darinya hanya karena aku terlahir dari kesalahan. Namun…” air mata menetes dari kedua mata hitam gadis itu, napasnya menjadi sedikit sesak.

“dia selalu menyayangi gadis itu, memfavoritkannya, perhatiannya, semuanya… cucunya aku bukan dia, sampai mati pun wanita tua itu… hiks… terus mencari keberadaannya padahal dia telah pergi jauh… siapa yang menginginkanku? Siapa yang mencariku? Siapa yang mau bersamaku kalau begitu?”

“itu kenapa kau ingin membunuhnya? Kau berasa disaingi dan tak diperhatikan?” suara Caiden sama kecilnya dengan suara Eliya seolah mereka tengah berbincang dalam bisikan angin, seolah mereka menyalurkan kata per kata lewat pikiran tanpa mengucapkannya.

“IYA AKU MERASA PALING TIDAK DIINGINKAN!! Selama hidupku akhirnya aku bertemu dengan teman, dengan seseorang yang ingin menjadi temanku, yang kupikir akan menjadi temanku selamanya lalu dia pergi, pergi begitu saja seperti hantu… seolah keberadaannya sejak awal tak pernah ada, seolah aku hanya berhalusinasi, seolah semua itu timbul dari kegilaanku, bahkan setelah dia pergi dengan sialannya nenekku masih mencari-cari keberadaannya, seolah aku tak penting disana, aku tak diinginkan yang diinginkan hanya Aizha, Aizha ini Aizha itu, kasihan sekali dia, aku tak pernah… ah sialan” Eliya berhenti karena kehabisan napas, entah kenapa hari ini berbicara terasa lebih berat dari biasanya.

“tak ada yang berpikir seperti itu, semua orang menyayangimu dan kau hanya belum bisa melihatnya, bahkan aku tak seperti yang kau pikirkan, aku tak pernah ingin mendorongmu, aku selalu ingin menjagamu dan tumbuh bersamamu” Caiden berjalan lebih dekat kearah Eliya dan mengusap puncak kepala gadis itu.

“lagi… lagi… semua kebohongan itu, kau terus mengatakan omong kosong itu, aku muak, AKU MUAK DENGANMU dan ayah hiks… hiks” Eliya menepis tangan Caiden dari kepalanya, dia memungut kembali pistonya dari lantai.

“seharusnya kulakukan ini sejak lama karena semua orang sangat menginginkannya, seharusnya kutemui ibuku dari dulu”

​Caiden mencoba meraih pistol dan mencegah apapun yang akan terjadi namun dia terlambat, suara pistol itu bergema dengan keras, sepertinya lebih keras dari sebelumnya sampai-sampai telinga Caiden berdengung, aroma amis langsung menguar menusuk hidung Caiden, darah sang adik mengotori wajah dan pakaiannya, dia terlambat, hanya terlambat beberapa detik dan gadis itu telah pergi, seharusnya dia menjauhkan pistol itu dari Eliya. Namun semua penyesalan Caiden tak ada artinya lagi, gadis itu telah pergi. Caiden merobohkan tubuhnya di samping tubuh Eliya yang terus mengeluarkan darah dari kepalanya, Caiden mengangkat tubuh gadis itu dengan hati-hati tak ingin menyakitinya walaupun ia tau Eliya tak akan bisa merasakan apapun lagi.

​Dia memang sudah mengikhlaskan gadis itu bertahun-tahun yang lalu, sudah menganggapnya mati dan terbiasa dengan ketidakberadaannya, namun bahkan dalam mimpi sekalipun Caiden tak pernah membayangkan hal ini akan terjadi. Dia tak menyangka ini akan mengoyak hatinya dengan keras, betapa sakitnya melihat Eliya pergi dengan cara seperti itu, betapa tak bahagianya Eliya selama ini, semua kejahatan, kedengkian menumpuk dalam hati kecilnya, amarahnya pada dunia yang membuatnya bertindak sejauh ini.

​30 menit kemudian, beberapa ambulan sampai ke tempat itu bersama dengan polisi dan ahli forensik. Eliya telah dibawa kerumah sakit bersama dengan jasad-jasad yang lainnya, Caiden mengutus asistennya untuk mengurus pemakaman adiknya. Wanita-wanita yang disekap ditempat itu juga sudah di pindahkan ke rumah sakit termasuk dengan Aizha dan Caiden tetap berada di TKP untuk dimintai keterangan.

​Beberapa hari setelahnya kasus itu ditutup karena pelaku telah meninggal bunuh diri sedangkan Caiden setelah disidang tidak ditahan karena dianggap melindungi diri dengan beberapa saksi lainnya yang mencegah Caiden jadi tersangka dan masuk penjara. Sejujurnya Caiden paling tak ingin berhadapan dengan penegak hukum mengingat pekerjaan yang ia lakukan, namun yang satu ini tak bisa dihindari.

​Dia sendirian menghadiri pemakaman adiknya yang di makamkan tepat disamping sang mama karena dia tidak tau dimana letak makam ibu kandung Eliya, dia bahkan tak tau apa-apa mengenai perempuan itu. dia hanya berharap kini mereka bisa akur dan berbahagia disana, semoga tak ada dendam dihati mereka.

...☠️☠️☠️ ...

​Nuka terkadang mengunjungi Aizha di rumah sakit, keadaan gadis itu sangat buruk, mengalami gizi buruk, kecanduan nikotin hingga hambir overdosis, tubuhnya sangat kurus dan rambut cokelatnya tak lagi bersinar. Matanya yang dulu selalu bersinar kini hanya menatap kosong entah kemana dan sinarnya telah redup. Kadang Aizha mengamuk dengan parah meminta diberikan obat-obatan dan dia akan mengigit dirinya sendiri hingga terluka. Dia juga berbicara melantur dan tak dipahami. Untungnya Nuka tak melihat kakaknya yang seperti itu, saat dia berkunjung Aizha lebih sering tertidur.

1
Nur Yuliastuti
terimakasih dobel up nya 🤗😍
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗😍
Nur Yuliastuti
Aizha 😢😢
neen
soo sweet.. jng biarkan kenyataan menghncurkan hal manis ini.
Nur Yuliastuti
segera pulih ya Izha,, semoga tinggal bahagia nya
Nur Yuliastuti
Aamiin
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗❤️
Nur Yuliastuti
😔😔
Nur Yuliastuti
banyak belajar dr sini,, pikir kan baik buruknya sebelum melakukan sesuatu
Nur Yuliastuti
kalau sakit hati sdh tertanam ya 😔
Nur Yuliastuti
br ini baca yg ber genre seperti ini,,, keren Thor,, terimakasih up nya,, sukses sll untuk semua karyanya 🤗❤️
Nurul Fhadillah: Terimakasih🤗
total 1 replies
Nur Yuliastuti
bennnar 🙊
Nur Yuliastuti
diakan teman SMP Aizha yg tinggal bersama nenek baik hati itu?
Nurul Fhadillah: Iya dia😭😭
Nur Yuliastuti: diakah
total 2 replies
Nur Yuliastuti
akhirnya
Nur Yuliastuti
barangkali jawaban dr clue nya Den
Nur Yuliastuti
keluar dr kandang macan masuk ke kandang singa 🙈
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗❤️
Nur Yuliastuti
big hug Aizha
Nur Yuliastuti
namanya adiknya Aizha bagus banget
neen
ouhh.. so sad..knp sprti ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!