NovelToon NovelToon
Close The World Of Madness

Close The World Of Madness

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Perperangan / Cinta Murni / Robot AI / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Khoerun Nisa14

seorang wanita misterius yang penuh ambisi dan kegilaan akan teknologi demi mencari jejak orang tercintanya hingga hal terduga terjadi menghidupkan jiwanya yang hilang ditelan kegelapan.

Pelatihan hidup dengan penuh tekanan dan kejamnya dunia, dia menjadi wanita yang kejam dan hidup penuh sandiwara dalam menghadapi orang-orang yang penuh topeng permainan.


Yuk baca karyaku, mohon dukungannya yah 🤗🥰
Terimakasih🤗☺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khoerun Nisa14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menziarahi Pusara Ibu

     Di bukit yang sunyi angin berhembus menenangkan, daun-daun berjatuhan dengan lembut di sekitar sisi barisan makam tua, tanah pemilik insan yang tak bernyawa telah menjadi leburan untuk santapan sang penunggu tanah sesungguhnya. Abella melangkah pelan dengan diam terpaku tanpa bunyi sambil membawa sekuntum bunga mawar putih yang indah nan segar.

“Bu ini Aku Abella, maafkan aku baru menyempatkan untuk berkunjung setelah 5 tahun telah berlalu... maafkan aku seharusnya diriku tidak masuk dalam keluargamu yang menjadi penyebab kematianmu! Sekarang aku sudah besar bu, aku sudah memiliki perusahaan ku dan memegang kekayaan dari warisan ayahku, kini aku sudah menikah dan suamiku sudah tiada sepertimu! Ucap lembut Abella sambil duduk bertinggung menaruh bunga mawar putih di depan batu nisan hitam yang terbuat dari batu granit berkualitas super serta ukiran emas atas nama sang ibu angkatnya Vey Bitrise Paulus dengan gambar foto almarhum.

“Sungguh menyedihkan kan bu? Tetapi aku bersyukur anakmu selalu di sisi untuk menghiburku bu., Sekarang aku sudah tidak bertengkar lagi dengan Anakmu, Apa kau senang bu? Ucap Abella sambil membelai-belai foto ibu angkatnya di batu nisan dengan pandangan yang dalam atas kerinduan.

“Maafkan aku juga bu, aku tak bisa memegang janji untuk menikahi anakmu aku hanya menganggap dia sebagai kakakku, tetapi sebagai gantinya anakmu memegang dan mengendalikan sebagian perusahaan ku, anakmu sekarang menjadi pemimpin perusahaan bu, jika kau masih hidup, melihat Xmey-mey, betapa tampannya anakmu menggunakan jas hitam yang rapi, betapa cerdas dan tanggung jawabnya anakmu, kau pasti bangga melihatnya dan aku pun sangat mengagumi anakmu bu. Ucap Abella memuji anaknya dengan tersenyum kagum.

“Sekarang dia juga sedang di sibukkan membangkitkan perusahaan dari krisis keuangan, anakmu sungguh bekerja keras tanpa mengenal waktu bu, Untuk itu Aku tak dapat mengunjungimu secara bersama.

“Terima kasih telah merawatku, aku tak akan melupakan jasa kebaikanmu, mungkin kini kunjungan terakhirku bu karena aku harus kembali ke negara asalku, jika aku kembali dengan di beri kesempatan maka aku akan datang kembali mengunjungimu bu. Ucap Abella sambil mencium batu nisan sebagai penghormatan atas kebaikannya yang telah menolong dan merawat Abella selama 1 tahun di masa kecil yang terlantar di negara asing.

Abella berdiri diam sejenak menatap pemakaman sang ibu angkatnya sambil mengenang masa lalu di usia 15 tahunnya di perjalanan malam, gedung-gedung tinggi mengelilingi perkotaan, pernak-pernik lampu berkelap-kelip menghiasi menambah suasana pemandangan yang indah dalam pandangan mata tetapi keindahan itu hanya milik sebuah tempat, orang-orang berjalan berlalu lalang dengan kesibukannya sendiri tiada kepedulian dalam hatinya terlihat mengabaikan orang-orang miskin dan terlantarkan seperti Abella. Abella terus melangkah jalan tanpa arah melewati kemegahan gedung hingga gelap gulita mulai membawa udara dingin, melepaskan suara petirnya. Abella yang berada di atas jembatan menengadah di langit-langit bergegas berlari menuruni tangga untuk berlindung di atas lorong-lorong. Abella langsung terhenti dari larinya merasa terkejut dan terperangah melihat banyak orang-orang yang begitu sengsara lebih darinya.

Abella berjalan pelan dengan canggung, takut dan tak nyaman harus bagaimana, ia hanya diam melihat sekitar lorong-lorong memperhatikan orang-orang yang berkemas-kemas dan orang yang telah tidur dengan lempengan kertas. Seorang anak laki-laki menghampirinya memberikan sebuah kardus sambil membawa senyuman yang tulus kemudian pergi meninggalkan untuk kembali ke ibunya. Melihat itu aku hanya tersenyum kaku melihat ibu itu juga ikut tersenyum kepada Abella dengan senyuman hangat.

"Ayah ibu kakak,... kemewahan yang telah aku dapati, kenikmatan indah bagaikan surga bersamamu, rumah bagaikan istana yang kita tinggali. Kini, apakah aku pantas berada di lapisan kardus bersama mereka yang tak aku kenali? Udara dingin menusuk tulangku, melihat mereka tidur nyenyak, apakah aku bisa seperti mereka yang tersenyum memandangku bu? Apa aku bisa bertahan dengan gaya hidup seperti ini bu? Bisik Abella meneteskan air mata sambil duduk kedinginan berlapis kardus hingga ia terlelap atas kelelahan dari kesedihan yang paling dalam.

Perlahan-lahan sinar datang menghampiri memberi cahaya kehangatan, Abella mengarahkan kepala ke depan dari kepalan tangan di atas siku kaki dengan wajah yang pucat menahan dingin di tengah malam yang hujan begitu deras. Tubuh beku bagaikan es batu kini mulai mencair atas sinarnya matahari hingga Abella dapat merenggangkan tubuhnya perlahan-lahan.

“Kenapa kau nak? Mengapa tak berpindah saat lorong itu bocor? Ucap ibu melihat Abella yang duduk menggigil dan basah kuyup atas hujan malam.

“Aku takut gelap bu... Ucap Abella terbata-terbata dengan wajah yang pucat.

“Ayo berpindah, ikut ibu,.. ucapnya lembut sambil memapah Abella ke tempatnya.

“Ini baju anak laki-laku bungsuku saat meninggal karena kedinginan sepertimu, ibu tak ingin kau seperti nasib anak ibu,..” Ucap ibu tua itu sambil tersenyum.

“Terima kasih bu, suatu saat nanti aku akan balas kebaikanmu., Ucap Abella tersenyum sambil mengambil pakaiannya.

"Haha takutnya ibu sudah tiada, cukup doakan ibu saja,.. seru ibu itu dengan tersenyum lebar

“Cepat gantilah bajumu,.. Ucap ibu itu yang merasa kasihan dan empati terhadap Abella di usia dininya.

Abella pun ragu-ragu langsung berganti baju di tempat itu juga dengan risih dan malu karena tiada piihan lagi.

“Siapa namamu? Mengapa tidur di tempat ini? Ucap ibu itu dengan tiba-tiba setelah Abella mengganti baju dan duduk kembali di samping ibu itu canggung.

“Ealin bu, kakakku telah membuang ku, dan kedua orang tua telah di bunuh juga. Ucap polos Abella

Mendengar hal itu ibu itu langsung memeluk Abella sambil berkaca-kaca dan berkata.

“Anggap saja ibu adalah ibumu, walaupun ibu seperti ini, ibu tahu bagaimana rasanya kehilangan... Ucapnya Abella hanya mengangguk-angguk dan melepaskan pelukan itu sambil tersenyum melihat pancaran mata yang penuh kehangatan kasih sayang dan kelembutan dalam pelukan terasa aku terlahir kembali untuk memulai kehidupan baru.

“Ibu... Ucap pelan Abella sambil tersadar dan mengulangi kata ibu dalam ingatannya.

Abella berdiri tersenyum tersadar akan masa lalunya saat pertama kali bertemu mereka dengan senyuman hangat, Abella yang masih memandang dengan tatapan dalam tersenyum kepada almarhum kemudian pergi meninggalkannya secara perlahan-lahan menuruni bukit yang sunyi menuju ke mobil pribadinya.

1
CantStopWontstop
Baper abis. 😢❤️
Khoerun Nisa
terima kasih banyak 🥰 mohon dukungannya yahh🙏🙏
°·`.Elliot.'·°
Ceritanya bikin seru, terus lah menulis, author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!