LANJUTAN OH MY JASSON. HARAP BACA OH MY JASSON TERLEBIH DULU
Kimmy mencoba berusaha melupakan Jasson, laki-laki yang sudah ia sukai sejak dari kecil. Ia memilih fokus dengan pendidikannya untuk menjadi calon dokter.
Setelah tiga tahun, Kimmy kembali menjadi wanita dewasa dan mendapat gelar sebagai seorang dokter muda. Namun pertemuannya kembali dengan Jasson, pria yang memiliki sikap dingin itu justru malah membuat usahanya selama ini menjadi sia-sia.
Sebuah jebakan memerangkap mereka berdua dalam sebuah ikatan pernikahan. Namun pernikahan mereka berdua semata hanya tertulis di atas kertas dan di depan keluarga saja. Perjanjian demi perjanjian mereka sepakati bersama. Meskipun dalam hubungan ini Kimmy yang paling banyak menderita karna memendam perasaannya.
Banyak sekali wanita yang ingin mendapatkan hati Jasson, tak terkecuali teman sekaligus sekretaris pribadinya. Lantas, akankah Kimmy mampu meluluhkan hati laki-laki yang ia sukai sejak kecil itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona lancaster, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senyuman yang menyakitkan
Jasson menggenggam erat jemari tangan Kimmy yang nyaris membeku. Ingin sekali laki-laki itu membangunkan wanitanya yang masih terbaring di atas sana. Bibirnya yang kering tak henti menciumi kelopak mata dan dahi Kimmy. Mengusap-usap rambut ikal berwarna madu yang nampak sedikit kusut, namun tak mengubah warna cantiknya. Kekhawatiran dan kecemasannya perlahan menyurut saat mengetahui Kimmy baik-baik saja. Jasson benar-benar merasa lega. Tetapi, senyuman yang sempat ia sematkan baru saja, perlahan memudar tatkala dirinya mengingat kembali penolakan Kimmy saat beberapa jam yang lalu akibat mengetahui bahwa dirinya berbohong tentang Alea.
“Aku tidak bermaksud membohongimu atupun menyakitimu.” Manik mata yang berwarna perak yang selalu lantang melihat siapa saja, kini terlihat melemah. Jasson berharap setelah Kimmy bangun, ia dapat menjelaskan semuanya.
Jasson menoleh saat pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Terlihat Mama Kelly dan Papa Louis datang. Wajah mereka tampak panik. Disusul dengan Harry yang ikut masuk ke dalam sana karena penasaran ingin melihat kondisi wanita yang telah menjadi istri dari sahabatnya tersebut.
“Mama … Papa ….” Jasson menjauhkan tubuhnya yang semula mencondong ke arah Kimmy. Namun, ia tak ingin melepaskan tangan wanita itu. Tidak ada balasan atau sapaan dari Kelly mapupun Louis. Mereka berjalan tergesa-gesa mendekati putrinya hingga Jasson terpaksa melepaskan tangan Kimmy dari genggamannya.
“Kimmy sayang.” Air mata Kelly berhamburan saat melihat putrinya terbaring dengan lengan tangan yang dililit kain kasa. Untuk pertama kalinya, Kelly dan Louis melihat putrinya terluka seperti ini. Sebab, sejak dari kecil, Kelly dan Louis sangat menjaga putri semata wayang mereka.
“Kenapa dia bisa terluka seperti ini?” Kelly mengusap air matanya. Seakan ikut merasakan sakit seperti apa yang dirasakan putrinya saat ini.
“Kimmy baik-baik saja, Ma.” Jasson mencoba menenangkan.
“Jika baik-baik saja, putriku tidak akan terluka seperti ini!” Kelly tak menyadari bahwa suaranya terdengar membentak. Jasson pun sadar, ini semua karena kesalahannya yang lalai menjaga Kimmy. Ya, sedaritadi Jasson mengutuki dirinya sendiri.
“Bagaimana Kimmy bisa terluka?” tanya Louis dengan suara yang tegas, namun tidak menunjukan bahwa dirinya tengah marah melihat putrinya terluka seperti ini. Bisa dikatakan, wajah Louis terlihat lembut, dan … penuh kesabaran.
“Papa, maafkan Jasson karena tidak bisa menjaga Kimmy.”
Louis menghela napasnya. Mencoba mengendalikan emosinya saat ini. Ia tidak bermaksud menyalahkan Jasson. Namun, yang ia tangkap dari kedua manik mata menantunya, laki-laki itu terlihat merasa sangat bersalah. Louis tidak bisa menghakimi siapapun sebelum mengetahui pasti kenapa putrinya bisa terluka.
“Apa yang terjadi sampai Kimmy bisa terluka seperti ini, Nak?” tanya Louis seraya membenahkan posisi kacamata berbingkai panjang yang ia kenakan. Air mata yang sempat lolos di kedua sudut matanya, kini tampak mengering hingga laki-laki yang memiliki satu orang putri itu memberanikan diri untuk menatap tegas menantu yang ada di hadapannya.
Jasson sejenak diam. Mungkin hal ini akan sedikit mengguncang mertuanya. Karena, orang yang sejak dari dulu dipercaya justru menjadi seorang pengkhianat yang tega menyakiti putrinya. “Paman Alert,” Jasson menjawab dengan suara ragu. Namun, tatapannya tak kalah tegas dari Louis.
“Paman Alert?” Kening Louis berkerut dalam.
“Paman Alert yang melukai Kimmy.”
“Jangan berbicara hal yang konyol! Apa kau sadar dengan apa yang sedang kautuduhkan saat ini?!” sela Kelly secara tiba-tiba. Merasa tidak terima dengan tduduhan menantunya terhadap Alert yang sudah ia kenal dengan baik.
“Jangan berbicara sembarangan, Jasson!” seru Louis. Laki-laki itu sama halnya dengan istrinya, yang merasa tidak terima saat siapapun menuduh sopir yang sudah bekerja puluhan tahun bersamanya.
“Tentu saja Jasson sadar, Ma … Pa …,” jawab Jasson. “Memang Paman Alert yang melukai Kimmy! Laki-laki itu yang membuat istriku seperti ini!” tegas Jasson. Amarahnya kembali membuncah. Manik mata yang berkilat-kilat akan sorotan cahaya lampu menunjukan bahwa laki-laki itu tidak berbohong.
“Alert tidak mungkin melukai putriku. Dia sudah menganggap Kimmy seperti putrinya sendiri. Jadi dia tidak mungkin melakukan hal seperti itu!” seru Louis. Sama halnya dengan Kelly yang ikut menyahut dengan perkataan yang sama seperti suaminya. Jasson sudah bisa menebak bahwa Papa Louis dan Mama Kelly tidak akan mempercayai ini semua.
“Tapi ini memang perbuatan Paman Alert, Pa. Jasson sendiri yang menghajarnya. Dia tadi nyaris membunuh Kimmy!” Jasson bergidik ngilu saat mengingat hal tersebut. Tubuhnya serasa melemas, jika membayangkan jika hal buruk terjadi kepada Kimmy.
“Iya, Paman.” Harry yang sedaritadi mendengar pembicaraan antar mertua dan menantu itu, kini ikut berbicara menimpalinya. “Memang Paman Alert yang melukai Kimmy. Dan sekarang, polisi sudah meringkusnya.” Louis begitu terkesiap. Kali ini dirinya benar-benar percaya saat Harry juga ikut bersuara.
“Bagaimana bisa dia melukai putriku?” Tenggorokan Louis seketika terguncang kuat. “Apa alasan dia melukai putriku?” Wajah Louis memucat. Ia benar-benar tidak menyangka orang kepercayaannya melukai putri kesayangannya. Begitu pun dengan Kelly.
Jasson dan Harry pun menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Louis. Tentang Wynie—Mark. Dan juga terror yang ternyata memang dilakukan oleh Alert sendiri. Louis semakin terkesiap saat mendengarnya.
“Tapi Jasson tidak tau, kenapa Alert bisa melukai Kimmy hanya karena putrinya.”
“Butuh waktu bertahun-tahun Papa dan Mama bisa mendapatkan Kimmy dengan susah payah.” Louis mengalihkan pandangannya ke arah putrinya yang masih belum sdarkan diri juga. Air matanya nyaris menggenang di kedua sudut matanya. Namun, sebisa mungkin Louis menahannya.
“Dia sangat berharga untuk kami. Dan Alert ….” Louis mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Guratan di dahinya bermunculan satu persatu, saat amarah laki-laki itu perlahan meluap seperti ledakan-ledakan kecil.
“Jasson, Papa akan ke Bow Street untuk bertemu dengan Alert. Papa tidak akan membiarkannya begitu saja.”
“Jasson akan menemani Papa.”
“Tidak usah, kau di sini saja. Temani Kimmy dan Mama Kelly.”
“Kalau begitu, Harry saja yang menemani Paman ke Bow Street,” sahut Harry. Kali ini Louis tidak bisa menolak permintaan laki-laki mud aitu.
“Baiklah, Harry. Ayo kita ke sana.”
Jasson pun berpamitan kepada Mama Kelly untuk mengantarkan Louis dan juga Harry hingga ke mobil yang terparkir di pelataran klinik yang cukup luas itu.
**
Kedua mata Kimmy mengerjap. Kepalanya masih terasa berat. Bibirnya mengeluh akan rasa sakit saat mencoba menggerakan lengan tangannya yang terluka. Mencoba menyesuaikan pandangannya dari lampu-lampu yang menyorotinya dari atas. Ia menalan salivanya saat tenggorokannya terasa mengering.
“Kimmy … kau sudah sadar, Nak?” Kelly mengusap air matanya yang sedaritadi tak henti mengalir. Kimmy hanya diam. Pandangannya kini mengitar ke seluruh ruangan.
“Kimmy di mana, Ma?” tanyanya parau.
“Di klinik, Sayang. Kau habis terluka.” Kimmy kembali mengingat-ingat kejadian beberapa jam yang lalu menimpa dirinya.
Kimmy kembali mengedarkan pandangannya. Matanya yang masih sembab seperti tengah menantikan seseorang.
“Ke mana dia, Ma?” tanyanya dengan suara yang malas. Namun, jiwanya yang haus tengah menantikan sosok itu.
“Dia siapa, Nak? Jasson?” Kimmy mengangguk singkat.
“Jasson, dia sekarang—" Suara Kelly tiba-tiba terputus tatkala perhatiannya dan juga Kimmy teralihkan ke arah pintu ruangan yang baru saja terbuka. Jasson terlihat berdiri di ambang pintu. Tatapan matanya kini saling terkunci dengan kedua bola mata Kimmy yang kelopaknya nyaris meredup. Sepasang mata sendu yang merindukan satu sama lain.
“Kimmy?” Seulas senyuman tersemat di kedua sudut bibir Jasson. Langkahnya berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri Kimmy dan segera ingin membenamkan tubuh wanita itu ke dalam pelukannya. Namun, ia tak mendapat balasan yang sama. Kimmy justru malah menghindar dari pandangannya. Pun tubuhnya yang seakan tidak ingin disentuh. Wanita itu kini menenggalamkan wajahnya di perut ibu yang telah melahirkannya tersebut.
“Mama, Kimmy tidak mau bertemu dengan siapapun.” Perkataan itu memudarkan senyuman Jasson, dan mengurungkan niatnya untuk menyentuh istrinya yang baru sadarkan diri.
“Sayang, ini yang ingin bertemu denganmu adalah suamimu—Jasson.”
“Kimmy tidak mau bertemu dengan siapapun, termasuk dia.” Perkataan itu semakin diperkuat oleh Kimmy.
“Kimmy ….” Suara Jasson terdengar melemas. Hatinya terasa sakit saat mendengar penolakan Kimmy untuk bertemu dengannya.
“Mama, Kimmy tidak mau bertemu dengan siapapun!”
“Jasson, tolong keluarlah dulu, Nak.” Mama Kelly memerintah dengan tidak enak hati. Namun, Jasson bergeming. Mata peraknya yang berkilat-kilat masih tak berpindah menatap Kimmy yang sama sekali tidak mau memandang ke arahnya. Kenapa rasanya begitu menyakitkan. Mata Jasson mengerjap-ngerjap berusaha menahan cairan bening yang nyaris keluar dari tempatnya.
“Baiklah kalau kau tidak mau bertemu denganku. Aku akan keluar.” Jasson mengusap perlahan kepala Kimmy. Namun, tidak ada respon sama sekali dari wanita itu. Ia masih berusaha menyembunyikan wajahnya dari Jasson.
“Kau tidak ingin melihatku sebentar?” tanya Jasson. Suaranya parau. Hatinya merasa sakit saat Kimmy sama sekali tidak mau melihatnya. Wanita itu hanya diam tanpa menjawab perkataannya.
“Baiklah, tidak apa-apa.” Jasson tersenyum. Namun, senyuman itu bentuk dari rasa sakitnya yang berusaha ia sembunyikan. “Aku akan menunggu di luar,” bisik Jasson seraya memberikan ciuman cukup lama di puncak kepala Kimmy yang hanya diam tanpa perlawanan. Sebelum kemudian, laki-laki itu menjauhkan tubuhnya. Ia berjalan meninggalkan Kimmy dan berusaha menyembunyikan air matanya yang sedaritadi ingin terlepas dari tempatnya.
.
.
.
.
Jangan lupa follow IG Nona, ya, biar makin akrab. hehe @Nona.lancaster.