NovelToon NovelToon
Jangan Main HP!!!

Jangan Main HP!!!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Dendam Kesumat / Hantu / Tumbal
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Jangan main HP malam hari!!!

Itu adalah satu larangan yang harus dipatuhi di kota Ravenswood.

Rahasia apa yang disembunyikan dibalik larangan itu? Apakah ada bahaya yang mengintai atau larangan itu untuk sesuatu yang lain?

Varania secara tidak sengaja mengaktifkan ponselnya, lalu teror aneh mulai mendatanginya.

*

Cerita ini murni ide penulis dan fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, dan latar itu hanyalah karangan penulis, tidak ada hubungannya dengan dunia nyata.

follow dulu Ig : @aca_0325

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 : Pemakaman tengah malam

Selesai upacara penghormatan di rumah duka, jenazah pun di bawa ke rumah panjang untuk di makamkan. Varania berjalan di barisan paling belakang.

Saparoh jalan Varania mendongak, dahinya mengerut kala bulan tidak lagi menampakkan diri. Langit begitu gelap tanpa keberadaan bulan dan bintang. Secepat itu perubahan yang terjadi di Ravenswood, beberapa waktu lalu masih sangat cerah, namun tak lama kemudian sudah berubah kembali.

Varania baru sadar, saat ada yang meninggal bayangan itu tidak menampakkan diri. Dia seolah sedang bersembunyi.

“Hai, Ra, kamu datang?” Tiba-tiba saja Celine dan Fardan sudah berjalan beriringan dengannya.

“Tentu saja. Bukannya tadi kamu jalan di barisan tengah?” Tanya Varania, hanya bertanya pada Celina dan mengabaikan keberadaan Fardan. Lagipula, pria itu sebentar lagi tidak lagi menjadi bosnya.

Varania sudah memiliki rencana untuk mengajukan resign. Ia harus memfokuskan diri untuk mencari makam leluhur kota, dan secepatnya mematahkan teror yang menimpa nya.

Uang tabungan yang ia kumpulkan untuk kuliah bisa digunakan untuk biaya hidupnya sementara waktu, setidaknya selama enam bulan uang tersebut akan cukup. Lagipula untuk makan masih di tanggung ibunya, ia hanya perlu uang untuk pergi kesana-kemari.

“Biasanya kita selalu bersama. Kamu kenapa? Kok seperti menghindari aku?” Tanya Celine cemberut.

Varania menggeleng cepat, “ nggak kok. Aku sedang mengurus beberapa hal penting, datang kesini pun karena di desak ibu.”

Celine menganggukkan kepala tanda mengerti.

Setelah percakapan singkat itu, perjalanan ke rumah panjang diisi dengan keheningan.

Para pelayat mulai memasuki halaman rumah panjang, Birsha yang berjalan paling depan membawa jenazah ke dalam rumah panjang.

Saat pintu tertutup, semua pelayat pergi ke halaman belakang untuk mandi di kolam penyucian.

“Kamu nggak mandi?” Celine menatap heran Varania yang masih belum beranjak.

“Ayok!” Varania mendorong lembut bahu Celine, memintanya untuk berjalan lebih dulu.

Celine berjalan paling depan bersama Fardan, sementara Varania mengikuti dari belakang. Ia sengaja berjalan pelan, sehingga dalam waktu singkat Celine sudah sampai di tepi kolam.

Setelah memastikan Celine mengobrol bersama Fardan dan melompat ke dalam kolam penyucian, Varania dengan cepat kembali ke depan.

Ia membuka pintu rumah panjang dengan hati-hati, Birsha pasti belum terlalu jauh, ia harus tahu kemana jenazah itu dibawa.

Di dalam rumah panjang sangat gelap membuat siapapun orang yang masuk akan kesulitan berjalan. Varania memejamkan mata dan menajamkan telinga.

Sayup-sayup ia mendengar suara pintu terbuka. Suara itu berasal dari lorong panjang yang tidak kelihatan ujungnya. Varania berjalan pelan, menimalisir suara langkah kaki agar tidak ketahuan.

Varania berhenti di depan sebuah pintu, ia memiliki keyakinan tersendiri kalau suara yang ia dengar berasal dari pintu ini.

Haruskah ia masuk ke dalam?

Atau sebaiknya tunggu saja disini untuk memastikan dari pintu mana Birsha keluar.

“Aku bisa saja masuk sekarang dan bertemu Birsha lalu dia memergokiku mengikutinya. Aku mungkin harus menerima hukuman karena masuk ke rumah ini, jadi lebih baik tunggu disini dan lihat dari pintu mana dia keluar. Aku bisa menyelidiki pintu yang dia masuki besok pagi.” Gumam Varania mempertimbangkan pro dan kontra. Ia tidak boleh gegabah, harus bergerak hati-hati dan menyembunyikan masalahnya dari semua orang.

Varania berdiri diam, hampir menempel di dinding. Hanya matanya saja yang bergerak-gerak, mencari tahu sesuatu yang mencurigakan atau sesuatu yang bisa di jadikan petunjuk.

Lima menit berlalu, belum ada tanda-tanda Birsha akan muncul.

Sepuluh menit,

Dua puluh menit,

Tiga puluh menit, dan rumah panjang ini masih sangat sunyi. Tidak ada suara yang terdengar, kecuali suara napas Varania.

Birsha masih belum muncul bahkan setelah empat puluh lima menit berlalu. Varania sesekali menyalakan jam tangan digitalnya, memeriksa berapa banyak waktu yang sudah ia habiskan untuk berdiri diam disini.

Varania menahan ringisan saat kakinya mulai pegal. Ia tidak mendengar apapun. Jangankan suara pintu terbuka, suara cicak di dinding tidak terdengar dalam rumah ini.

Sementara itu Celine di perjalanan pulang bersama Fardan.

"Vara kemana sih? kenapa dia tiba-tiba menghilang?" itu adalah pertanyaan yang kesekian kalinya di ajukan oleh Celine sejak keluar dari kolam penyucian. Saat itulah dia baru sadar kalau Varania sudah tidak bersama mereka.

"mungkin sudah pulang sama ibunya," sahut Fardan.

"kayaknya nggak deh, ibunya kan..." Celine menahan diri untuk tidak marah, ia melanjutkannya, "ibunya kan pulang bersama ayahku."

"ngomong-ngomong soal ibunya, kamu yakin mengenai rencana kita tempo hari?" tanya Fardan.

"Ya, wanita tua murahan itu harus di beri pelajaran. kamu harus membantuku, kamu sudah berjanji akan mengabulkan satu permintaanku." kata Celine dengan tangan terkepal kuat.

"tenang saja. Aku orang yang menepati janji kok."

Tepat setelah mengatakan itu, mereka tiba di rumah Celine.

"Aku masuk sekarang, terima kasih sudah menganggap." ucap Celine tulus.

Fardan mengangguk.

Celine melambaikan tangannya lalu masuk ke dalam rumahnya hanya untuk melihat pemandangan yang mengejutkan.

...***...

1
gaby
Baru gabung, seperti bagus dr judul critanya.
Dini Anggraini
apakah yang mengutuk kota Ravenswood itu ibu kandungnya celine yang mati karena bunuh diri setelah tahu suaminya selingkuh dengan Mathilda ya bunda author sehingga dia mau siapapun yang menggunakan HP di malam hari akan mati seperti yang terjadi pada Samuel dan orang lainnya lagi. 🙏🙏🙏🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!