NovelToon NovelToon
TANGAN IBLIS HATI MALAIKAT

TANGAN IBLIS HATI MALAIKAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Balas Dendam / Raja Tentara/Dewa Perang / Ahli Bela Diri Kuno
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dhamar Sewu

Jiang Hao adalah pendekar jenius yang memiliki tangan kanan beracun yang bisa menghancurkan lawan hanya dengan satu sentuhan. Setelah dihianati oleh sektenya sendiri, ia kehilangan segalanya dan dianggap sebagai iblis oleh dunia persilatan. Dalam kejatuhannya, ia bertemu seorang gadis buta yang melihat kebaikan dalam dirinya dan mengajarkan arti belas kasih. Namun, musuh-musuh lamanya tidak akan membiarkannya hidup damai. Jiang Hao pun harus memilih: apakah ia akan menjadi iblis yang menghancurkan dunia persilatan atau pahlawan yang menyelamatkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhamar Sewu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24 Tangan Iblis, Cahaya Malaikat

Langit mendadak berubah merah darah.

Guntur membelah awan, dan dari celah retakan langit, sosok tinggi berjubah hitam perlahan turun, dikelilingi oleh kabut ungu dan suara rintihan dari jiwa-jiwa yang terpenjara.

Pangeran Malam.

Wajahnya tenang, bahkan nyaris indah. Tapi mata hitamnya menyimpan kehampaan abadi — seperti lubang tak berdasar yang siap menelan dunia.

"Sudah lama, Jiang Hao," ucapnya pelan, namun menggema di seluruh lembah.

Jiang Hao berdiri tegak di depan altar, kitab Cahaya Murni masih bersinar di tangannya. Ying’er dan Mu Zhen bersiap di sampingnya, wajah mereka tegang.

“Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh kitab ini,” kata Jiang Hao mantap.

Pangeran Malam tersenyum kecil.

“Bukan kitab itu yang kuinginkan... tapi kau.”

Ying’er terkejut. “Apa maksudnya?”

Pangeran Malam melangkah maju, setiap langkahnya menggetarkan tanah.

“Kau adalah perwujudan sempurna dari dualitas, Jiang Hao. Tangan iblis, hati malaikat. Darah gelap, namun jiwa terang. Jika kau berdiri di sisiku... dunia akan tunduk, dan cahaya serta kegelapan akan bersatu.”

Ia mengangkat tangannya, dan dari balik jubahnya, muncullah pusaran kekuatan hitam pekat, menggoda, menjanjikan kekuatan tak terbatas.

“Bayangkan, Jiang Hao,” bisiknya. “Tak ada lagi yang akan meremehkanmu. Tak ada lagi rasa sakit, tak ada air mata. Ying’er... bisa kau lindungi. Mu Zhen... bisa hidup damai. Semua akan aman... jika kau menerimaku.”

Jiang Hao menatap pusaran itu. Di dalamnya, ia melihat mimpinya — ibunya hidup kembali, Ying’er tersenyum bahagia, dan dia... bebas dari rasa takut.

Tangan kanannya gemetar.

Kitab Cahaya Murni bersinar terang, seolah menolak kekuatan itu. Tapi tangan kirinya — tangan iblis itu — mulai berdenyut, seakan menyambut tawaran tersebut.

“Jiang Hao, jangan!” teriak Ying’er.

Mu Zhen menggenggam pedangnya erat.

“Itu bukan masa depan... itu jebakan!”

Jiang Hao menutup mata.

Suara-suara memenuhi kepalanya. Suara ibunya, suara gurunya, suara tangisan rakyat yang tersiksa... dan suara hatinya sendiri.

“Aku... memang iblis. Aku berdarah gelap. Aku punya kekuatan untuk menghancurkan segalanya...”

Ia membuka mata perlahan.

“Tapi karena itu pula... aku memilih untuk melindungi.”

Seketika, tangan iblisnya menyala keemasan. Cahaya dari Kitab Cahaya Murni melonjak, menutupi tubuh Jiang Hao sepenuhnya. Jubahnya berubah — hitam di satu sisi, putih di sisi lainnya. Rambutnya terurai, dan tanda iblis di dahinya berpadu dengan simbol cahaya.

Wujud baru: Jiang Hao, Pelindung Dua Dunia.

Pangeran Malam tersentak.

“Mustahil...”

Jiang Hao mengangkat tangannya, dan badai energi meledak dari tubuhnya. Ying’er dan Mu Zhen terpaksa mundur karena kekuatannya kini begitu luar biasa.

“Kalau aku ditakdirkan jadi jembatan antara dua dunia... maka aku akan memilih sisi manusia!” teriaknya.

Serangan pertama dimulai.

Cahaya dan kegelapan bentrok di udara, menciptakan kilatan dan ledakan yang menghancurkan sekeliling mereka. Pangeran Malam bergerak cepat, menyerang dengan bayangan hidup, tapi Jiang Hao mengimbanginya — bahkan melampauinya.

Satu serangan dari Jiang Hao menghancurkan tebing. Pangeran Malam terpental, tapi berdiri kembali, tertawa kecil.

“Kalau begitu... kita lihat seberapa kuat cahaya yang kau pegang itu, Jiang Hao.”

------

Langit yang memerah kini berubah gelap total. Hujan deras turun bersama gelegar petir yang terus-menerus membelah langit. Di tengah kehancuran lembah, dua sosok berdiri saling berhadapan: Jiang Hao, Sang Pelindung Dua Dunia, dan Pangeran Malam, perwujudan kegelapan purba.

Tubuh mereka terluka, tapi semangat belum padam. Setiap napas membawa percikan kekuatan. Di kejauhan, Ying’er dan Mu Zhen berlindung di balik batu besar, tubuh mereka menggigil bukan karena dingin, tapi karena intensitas pertempuran yang belum pernah mereka saksikan.

Tiba-tiba, Pangeran Malam tersenyum. Tapi bukan senyum kemenangan… melainkan senyum tipu daya.

“Kau pikir ini soal menang atau kalah, Jiang Hao?” bisiknya pelan. “Ini… soal perjanjian.”

Jiang Hao mengerutkan kening.

“Perjanjian…?”

Pangeran Malam mengangkat tangan kirinya. Sebuah cermin tua muncul di udara, melayang dengan cahaya merah redup. Ying’er langsung menggigil melihatnya.

“Itu… Cermin Langit Jiwa!”

Mu Zhen tersentak. “Itu artefak kuno yang bisa… memperlihatkan masa lalu sejati seseorang!”

Cermin itu berkilau. Dan di dalamnya, Jiang Hao melihat dirinya — masih kecil, menangis di pelukan ibunya yang sekarat. Tapi ada sosok lain… seorang pria tua berjubah putih, tetua dari Sekte Cahaya Langit, berdiri tanpa perasaan, memerintahkan pemusnahan satu desa demi menutup “kutukan” yang diturunkan padanya.

“Mereka…” Jiang Hao berbisik. “…merekalah yang memusnahkan desaku…”

Pangeran Malam menatapnya penuh kemenangan.

“Benar. Sekte Cahaya Langit. Orang-orang yang kini memujamu… adalah mereka yang membuangmu, menganggapmu najis. Tapi aku... aku melihat nilaimu sejak awal.”

Jiang Hao memejamkan mata, tubuhnya gemetar. Emosi, dendam, luka lama… semuanya menyerbu sekaligus. Tapi sebelum amarah membakar kendalinya, suara lembut memecah kekacauan.

“Jiang Hao…”

Ying’er mendekat, meski tubuhnya gemetar. “Kau boleh membenci masa lalumu. Tapi jangan biarkan kebencian itu mengambil masa depanmu.”

Jiang Hao menatapnya. Dalam tatapan kosong gadis buta itu, ia melihat cahaya.

Tangannya yang berdenyut mulai mereda. Aura hitam dan putih di tubuhnya kembali seimbang.

“Aku memang dikhianati. Tapi aku juga diselamatkan. Aku dicaci… tapi juga dicintai.”

Ia memandang Pangeran Malam.

“Perjanjianmu batal. Aku tidak akan memilih jalan gelap. Dan aku… tidak akan jadi bidak dalam permainanmu.”

Jiang Hao mengangkat tangan iblisnya. Tapi kali ini, bukan untuk menyerang — melainkan untuk mengunci cermin itu kembali ke dimensi asalnya.

Dengan satu teriakan keras, cahaya dari Kitab Cahaya Murni dan energi kegelapan dari tangannya bersatu, membentuk segel abadi. Cermin meledak, serpihannya lenyap bersama gema ribuan jiwa yang pernah dipantulkannya.

Pangeran Malam terpaku. Tubuhnya mulai retak.

“Tidak… kau bukan seharusnya… begini…”

Jiang Hao melangkah maju, dan dengan satu pukulan — bukan membunuh, tapi menyegel, Pangeran Malam terhisap ke dalam jurang dimensi gelap, tubuhnya lenyap dalam cahaya dan bayangan.

---

Hening.

Hujan berhenti. Langit kembali jernih. Lembah yang porak-poranda menyisakan bekas pertempuran, tapi juga lahirnya harapan baru.

Ying’er mendekat, meraba tangan kanan Jiang Hao.

“Masih berdenyut?” tanyanya pelan.

“Masih,” jawab Jiang Hao, tersenyum. “Tapi kini… bukan untuk membunuh, melainkan untuk melindungi.”

Mu Zhen datang membawa kain untuk membalut lukanya.

“Kau membuat sejarah, anak muda. Tapi ini baru permulaan.”

Jiang Hao menatap ke arah langit. Ia tahu… jalan damai belum usai. Sekte Cahaya Langit, para tetua, masa lalu… semuanya masih menanti untuk dihadapi.

1
Daryus Effendi
pegunungan menjulang tinggi dan di tutupi kabut yg tebal
nyala lampu sedikit mmenerangi di dalam gua gunung berkabut.novel apa puisi.hhhhh
Dhamar Sewu: wkwk, 🙈. Maaf, bos. Untuk tambahan jumlah kata, masukan diterima 😁
total 1 replies
spooky836
sampai bila2 pun penulis dari cerita plagiat ni,tak mampu nak teruskan. cerita ini tamat di sini. kerana mc otak kosong. cerita hasil plagiat. benar2 bodoh dn sampah.
spooky836: baguslah. jangan sampai mampus di bab 26 tu. banyak dh karya lain terbengkalai macam tu je.
Dhamar Sewu: Plagiat di mana, kak? Karya siapa?
Cerita ini masih bersambung 😁oke.
total 2 replies
Abah'e Rama
lanjut 💪💪
Dhamar Sewu: Semoga suka, kak. Siap 💪🔥
total 1 replies
Zainal Tyre
coba simak dulu ya
Dhamar Sewu: Semoga suka, bos!
total 1 replies
Suki
Terinspirasi
Dhamar Sewu: Semangat, Kak 💪 hehe 😊
total 1 replies
PanGod
mantap bang. jangan lupa mampir juga ya bang🙏🏻
Dhamar Sewu: Siap, Kak. Terimakasih sudah berkunjung. Nanti setelah download aplikasinya, masih bingung ini 😁.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!