Sebuah tragedi penyekapan membuat Maharaya bertemu dengan seseorang yang berhasil merenggut kesuciannya.
Seorang pria dingin dan kejam, pimpinan mafia bawah tanah yang sangat ditakuti.
Dia juga dibawa masuk ke dalam kehidupan pria itu yang ternyata bukanlah orang biasa, laki-laki kejam itu adalah seorang putra mahkota dan calon raja masa depan.
Sejak itulah perjalanan hidup Maharaya berubah drastis. Dia dipaksa masuk ke dalam kehidupan yang diluar bayangannya, dipenuhi oleh kekerasan, ketakutan, kesedihan sekaligus kesakitan, sampai akhirnya dia mengenali dirinya sendiri.
Mampukah Maharaya bertahan dengan kehidupan kerasnya dan mendapatkan cinta sejati dari pria dingin itu yang nyata-nyatanya masih dibayangi oleh cinta masa lalunya?
Yuuk... kita ikuti saja kisah selengkapnya di sini..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Kapal Pesiar
❤️❤️❤️
Aaron dan Raya menoleh kearah sumber suara.
Di hadapan mereka telah berdiri Anzel dengan
tatapan tenang seraya menundukkan kepala.
Raya segera menjauhkan dirinya dari hadapan
Aaron dengan wajah kesalnya. Anzel menatap
Raya dengan sorot mata yang terlihat sangat
senang melihat wanita itu di sini.
"Selamat datang kakak ipar.."
Anzel kembali menyapa Raya yang langsung
terkejut, matanya bertemu dengan mata Anzel
yang tersenyum lembut kearahnya. Raya hanya
bisa balas menunduk dengan tatapan bingung
atas ucapan Anzel barusan, kakak ipar.? siapa
pria tampan ini sebenarnya.? Raya juga tidak
mengerti kenapa Aaron mengajaknya ke kapal
pesiar ini, dia tidak bermaksud mengajaknya
bulan madu kan ? itu akan terdengar sangat
konyol sekali.
"Tidak perlu basa-basi.!"
Aaron mendengus, dia segera menarik tangan
Raya dan menggengam nya kuat. Raya tampak bereaksi menolak, tapi Aaron tidak membiarkan
nya, dia mengekang tangannya dengan hentakan kasar seraya menatap tajam wajah Raya yang
hanya bisa memasang wajah kesal. Tidak lama
Aaron mulai melangkah, mau tidak mau Raya mengikuti tarikan tangan Aaron.
Dengan langkah tegap penuh wibawa dan
kharisma Aaron berjalan tenang menyusuri
jembatan sambil menggandeng Raya di ikuti
oleh Anzel, Alex dan Griz serta beberapa
pengawal pribadinya. Para penjaga berjajar
rapi sambil menundukan kepala di sepanjang
jembatan yang terhubung langsung ke dalam
kapal pesiar mewah dan megah tersebut. Dalam
hati mereka saat ini bergelayut pertanyaan dan keterkejutan melihat Tuan Berharga mereka
datang dengan menggandeng seorang wanita berparas sedikit berbeda dari mereka. Tapi
wanita ini benar-benar cantik luar biasa. Dan
ini adalah pertama kalinya mereka melihat
Sang Putra Mahkota menggandeng seorang
wanita, lalu siapakah wanita ini sebenarnya.??
Aaron masuk ke dalam kapal melalui jalur
khusus yang biasa di gunakan oleh orang-
orang tertentu saja yakni pemilik kapal besar
ini. Selama berjalan Raya tak henti berdecak
kagum melihat semua kemewahan yang ada
dalam kapal tersebut. Sungguh ini adalah
pertama kali bagi dirinya menginjakkan kaki
di dalam kapal pesiar sebesar dan semewah
ini, benar-benar seperti mimpi.
Tiba di dalam kapal mereka semua langsung
menaiki lift khusus yang akan membawanya
ke ruangan paling atas dalam kapal ini yang
terdiri dari 5 lantai dengan fasilitas dan fungsi
masing-masing yang berbeda-beda. Dan lantai
paling atas hanya berisi sebuah kamar super
mewah dan super besar milik Aaron. Selain
itu di sana juga ada fasilitas pelengkap lain
seperti taman buatan dan kolam renang
mewah yang tampak seperti kolam udara.
Lagi-lagi Raya hanya bisa terkagum-kagum
saat mereka tiba di lantai atas melihat apa
yang tersuguh di depan matanya. Sebuah
kemewahan yang tidak pernah terbayangkan
sebelumnya.
"Kalian tunggu aku di kantor.!"
Aaron memberi perintah pada Anzel dan Alex
yang langsung membungkuk hormat.
"Kakak ipar.. selamat beristirahat.."
Anzel berpaling sebentar menatap kearah
Raya yang menundukkan kepala sedikit.
"Anzel, pergi sekarang juga.!"
Aaron tampak tidak sabar, ada sedikit reaksi
kesal di wajah datarnya. Anzel tersenyum
tipis kemudian berlalu pergi bersama Alex.
Aaron kembali menarik tangan Raya di bawa
masuk ke dalam ruangan kamar pribadinya.
Mata Raya langsung melebar takjub melihat
semua kemewahan yang ada di dalam kamar
tersebut. Sebuah kamar yang di kelilingi oleh
kaca besar berbentuk cembung melengkung
keatas dengan pemandangan yang langsung
mengarah ke lautan lepas.
Dia berjalan ke satu sisi ruangan, kemudian
berdiri di sana menatap hamparan lautan
lepas yang berhias gemerlap cahaya lampu
yang terpantul dari kapal pesiar ini.
"Istirahatlah.. akan ada pelayan yang datang
membawakan semua keperluan mu.!"
Aaron berdiri di samping Raya yang langsung
melirik dan menatap sekilas kearah pria itu.
Aaron tampak santai, kedua tangan nya di
masukkan ke dalam saku celananya.
"Kenapa kamu membawaku kesini.?"
"Kenapa.? adakah tempat lain yang ingin kamu
datangi sebagai tempat bulan madu kita.?"
Raya sontak bereaksi terkejut. Mata mereka
saling menatap, sorot mata Raya jelas sekali
tidak terima ucapan Aaron barusan.
"Kau..kau tidak bermaksud mengajakku..."
"Katakan saja kalau ada tempat lain yang
ingin kamu datangi, kita akan pergi kesana.!"
"Tidak ! Aku tidak ingin pergi kemanapun.
Kau membawaku ke tempat ini bukan untuk.."
"Memang nya untuk apalagi aku mengajak
mu datang kesini kalau bukan untuk itu.!"
Aaron berkata dengan santai nya. Wajah Raya langsung memucat, tubuh nya juga kini mulai menegang. Aaron menatap lekat wajah Raya
dengan seringai tipis di bibirnya melihat reaksi kepanikan wanita itu. Kenapa dia rasanya suka
sekali melihat reaksi Raya yang seperti ini.
"Tidak, kau tidak boleh melakukan semua
kekonyolan ini..!"
Raya menggeleng sambil mundur saat Aaron
maju mendekat. Tatapan mereka semakin
terpaut saling mengantisipasi.
"Konyol.? kau pikir ini konyol.? ini adalah hal
yang sangat wajar Nona."
"Kau tidak bisa memaksaku melakukan
sesuatu yang tidak aku sukai.!"
"Sudah aku bilang..aku bebas melakukan
apapun yang aku mau.! Kau adalah milikku.!"
"Tidak ! aku bukan milikmu.! Kita menikah
hanya sebagai formalitas belaka.!"
"Ohh.. jadi menurut mu begitu ?"
Wajah Aaron tampak berubah keras, auranya
mulai membekukan. Dia semakin merangsek
maju membuat Raya semakin mundur dan kini tubuhnya terperangkap di dinding kaca. Kedua
Tangannya menyilang di dada berusaha untuk
mengirimkan sinyal penolakan keras atas
perlakuan Aaron.
"Baiklah kalau itu maumu. Aku memang lebih
suka melakukan pemaksaan.! itu akan terasa
lebih menantang dan memuaskan bagiku.!"
"Kau gila.! Kau laki-laki kejam.!"
"Kau tahu pasti hal itu ! Aku bahkan bisa
lebih kejam dari yang kau bayangkan.!"
Aaron memepetkan tubuhnya ke tubuh Raya
membuat Raya semakin menegang dan mulai
bergetar ketakutan. Dalam satu gerakan cepat
tak terlihat tangan Aaron sudah membelit kuat
pinggang kecil Raya dan menariknya hingga kini
tubuh Raya terangkat. Sontak saja Raya panik,
dia langsung mendorong kuat dada Aaron.
"A-Aaron.. kumohon jangan..!"
Raya memejamkan matanya saat wajah Aaron
kini semakin mendekat. Aaron tertegun, suara
Raya yang lembut bergetar saat menyebut
namanya membuat jiwanya bergejolak oleh
satu perasaan aneh yang tidak bisa di jabarkan. Wajahnya terlihat memerah, matanya menatap
lekat wajah sempurna Raya yang kini berada
tepat di depan nya, memejamkan mata di
kuasai ketakutan berlebih. Bibirnya yang
merah alami menggoda membuat aliran
darah di tubuh Aaron terbakar seketika.
Tubuh bagian bawahnya menerjang keluar
ingin segera memperoleh bagiannya. Aaron menggeram, dia memejamkan matanya,
sekuat tenaga menahan serbuan gairah
yang sudah menguasai seluruh tubuhnya.
"Bagaimanapun kamu berusaha menolak,
kenyataan nya kau adalah milikku.! "
Bisik Aaron dengan suara serak tepat di depan
wajah Raya yang bergetar hebat. Napas panas
Aaron menyelubungi wajah Raya membuat dia
semakin terpejam. Perlahan Aaron melepaskan cengkeraman tangannya dari pinggang Raya
yang langsung mundur dengan wajah sudah
sepucat kapas. Mata mereka kembali saling
menatap. Sorot mata penuh kebencian itu kini semakin kentara terpancar dari mata Raya
membuat hati Aaron terasa aneh. Dia segera
memalingkan wajahnya dan memutar badan
mulai melangkah.
"Cobalah untuk rileks..!"
Ucapnya sambil kemudian melangkah pergi
keluar dari kamar mewah tersebut. Raya
menarik napas lega sambil memegang
dadanya kuat. Kenapa ketakutan dan rasa
panik itu seolah tidak bisa di kontrol nya
saat laki-laki itu melakukan kontak fisik
yang bersifat intim pada dirinya. Raya
melangkah kearah tempat tidur, kemudian
mendudukkan dirinya di sana, mencoba
untuk menenangkan diri dan hatinya.
***
Begitu tiba di dalam ruang kerja pribadinya
Aaron langsung duduk merebahkan kepala
di kursi kebesarannya. Dia melempar mantel
ke tangan Anzel kemudian membuka kancing
kemeja yang di pakainya karena tubuh nya
saat ini sedang terbakar hawa panas yang
hampir saja meledak dan membuat dia
kehilangan kontrol. Sial.! wanita itu selalu
saja membuatnya tersiksa seperti ini saat
dia berusaha menyentuhnya. Aaron
memejamkan mata mencoba mengontrol
dan meredam segala hasrat yang kini
sudah menguasai seluruh tubuhnya.
Anzel menautkan alis melihat reaksi aneh
yang di pertontonkan oleh kakak sepupu nya
itu. Tidak biasanya pria itu kegerahan seperti
ini saat dekat dengan wanita.
"Apa kakak ipar telah membuatmu gerah.?
Dia menolak sentuhan mu.? Ini keajaiban,
ada wanita yang menolak sentuhan seorang
Prince Marvell.!"
"Bicara sekali lagi aku akan membuangmu
ke dasar samudra.!"
Aaron menggeram sambil melirik kesal ke
arah Anzel yang terlihat menahan tawanya.
"Jadi kakak sudah menikahi wanita itu ?
Terlihat sekali kalau dia sangat tertekan
dengan pernikahan ini.!"
"Itu bukan masalah.! Pernikahan ini juga
hanya sementara saja.!"
"Kalau begitu biarkan aku mendekatinya.
Aku janji tidak akan macam-macam.!"
"Anzel.!! Dia adalah kakak ipar mu.!"
Aaron menatap tajam wajah tampan Anzel
yang terlihat sedikit bereaksi kecewa. Aaron
beranjak dari duduknya, berjalan kearah sisi
ruangan, menatap hamparan lautan lepas
yang terbentang sepanjang penglihatan.
Saat ini kapal sudah mulai bergerak setelah
orang yang menjadi otak kapal ini datang
dan berada di dalamnya.
"Apa kakak tidak akan mengubah rencana.?
Walau bagaimanapun wanita itu adalah istri
sah mu, kau bahkan sudah mengubah haluan
hidupmu hanya untuk menikahi wanita itu.!
Yang Mulya Raja dan Ratu tidak akan bisa
menerima semua ini dengan mudah.!"
"Status wanita itu memang nyata tapi tidak
ada di mata dunia. Dia hanyalah sekretaris
pribadiku."
"Itu tidak cukup adil untuk nya.!"
"Itu yang terbaik untuk nya saat ini.!"
"Bagaimana kalau dia sudah mengandung.?"
Aaron terdiam, mata tajam mereka saling
bertemu, sampai akhirnya Aaron kembali
menatap datar lurus ke depan.
"Dia akan tetap berdiri dengan kondisinya.!"
Anzel tampak bereaksi tidak suka, dia maju
mendekat kearah Aaron.
"Apa kakak tidak berpikir kalau dia tidak
akan bisa menjalani hal itu dengan mudah.
Dia adalah wanita yang memegang teguh
prinsip hidup dan keyakinan nya.!"
Aaron kembali terdiam, mencoba berpikir.
"Biarkan aku yang mengambil alih tanggung
jawab itu, berikan wanita itu padaku !"
Anzel berkata dengan yakin. Aaron masih
terdiam dengan tatapan lurus ke depan.
"Jangan coba-coba bermain di belakang ku.!"
Desis Aaron kemudian sambil kembali duduk
di kursi kebesarannya. Dia membuka berkas-
berkas yang menumpuk di atas meja kerjanya.
Aaron harus segera memulai aktifitas padatnya
yang beberapa hari ini terbengkalai karena
kesibukan nya mengurus semua hal yang
terjadi di luar kendali.
Sebagai seorang pewaris tunggal perusahaan
otomotif terbesar di dunia yang bergerak di
bidang pembuatan kendaraan dan kapal pesiar
mewah, waktu Aaron sekarang memang hanya
di habiskan untuk semua urusan pekerjaannya.
Perusahaan raksasa ini adalah warisan leluhur keluarga De Enzo, dari garis keturunan ayahnya.
Belum lagi perusahaan lain yang di miliki oleh
keluarga ibunya yang kini di kelola oleh ayah
Ansel sebagai paman Aaron.
"Berikan aku jadwal hari ini.!"
"Pagi ini kakak ada jadwal sarapan pagi dengan
Raja dan Ratu.Pukul 10 ada pertemuan dengan
para pengusaha dari Asia Tengah. Makan siang
bersama dengan klien penting dari Afrika. Jam
2 ada pertemuan dengan para petinggi istana,
jam 4 bertemu dan menemani Lady Catharina.
Nanti malam barulah hadir di acara utama.!"
Aaron tampak terdiam, jemarinya bertautan
di bawah dagu. Jadwalnya benar-benar padat.
"Apakah Miss Raya akan mulai bekerja hari
ini juga.?"
Raut wajah Aaron tampak bereaksi sedikit.
Dia kembali pada aktifitas nya semula.
"Untuk hari ini biarkan dia istirahat.!"
***
Sementara itu...
Raya keluar dari kamar setelah membersihkan
diri dan berganti pakaian dengan yang telah di
siapkan oleh para pelayan yang datang begitu
Aaron keluar dari kamar. Dia hanya bisa terdiam
menatap barang bawaan para pelayan tersebut
yang terlihat begitu hormat dan segan padanya.
Ada sorot mata penasaran dan tanda tanya
dalam raut wajah mereka begitu melihat Raya.
Namun tentu saja, mereka tidak punya hak
untuk bertanya ataupun mencari tahu siapa
wanita cantik yang ada di dalam kamar
pribadi Tuan Berharga mereka.
Pagi ini Raya mengenakkan dress cantik
warna putih di bawah lutut berlengan pendek
yang menampilkan lekuk pinggang kecil nya
dengan bagian bawah yang sedikit melebar.
Rambut indahnya tergerai bebas. Wajahnya
di biarkan polos hanya memoles bibir nya
dengan lipstik tipis warna pink natural.
"Tolong.. biarkan aku sendiri dulu. Aku tidak
akan kemana-mana.!"
Raya menatap Griz dan para pengawal yang
tampak bergerak bersiaga begitu melihat dia
keluar dari kamar. Mereka menundukkan
kepala tanpa berani berucap.
Raya mulai berjalan mengelilingi seluruh
tempat yang ada di lantai teratas itu. Semuanya membuat dia terpukau dan terpesona. Cukup
lama dia menikmati sunrise di ujung geladak
yang memang di siapkan untuk itu. Dalam
diamnya Raya terus berkutat dengan segala pertanyaan yang bersarang dalam otaknya.
Tuhan.. siapakah sebenarnya laki-laki yang
sudah sah menjadi suaminya ini.? Apakah
semua kemewahan ini merupakan miliknya.?
Apakah dia sekaya ini ? Kenapa dirinya harus
berada dalam lingkaran kehidupan yang
serba mengejutkan ini.?
Raya menghela nafas panjang, dia melipat
kedua tangan di dadanya. Tatapannya lurus
ke depan pada bentangan lautan lepas yang
terlihat begitu indah dan memukau.
Dia tidak sadar sama sekali..di bawah sana,
tepat di sebrang nya ada sepasang mata elang
yang sedang menatapnya tajam, menembus
angin dan kabut dengan sorot mata terpesona
sekaligus ketertarikan serta keterkejutan luar
biasa saat melihat sosoknya.
"Luar biasa.. wanita yang sangat istimewa.!"
Sosok tinggi tegap dengan paras dan bentuk
fisik yang mampu membuat lutut wanita gemetar
saat pertama kali melihatnya itu bergumam..
***
Happy Reading...
pasti lebih seru