NovelToon NovelToon
AKU ISTRIMU BUKAN MUSUHMU

AKU ISTRIMU BUKAN MUSUHMU

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Romansa / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: SAFIRANH

Luna harus memilih antara karir atau kehidupan rumah tangganya. Pencapaiannya sebagai seorang koki profesional harus dipertaruhkan karena keegoisan sang suami, bernama David. Pria yang sudah 10 tahun menjadi suaminya itu merasa tertekan dan tidak bisa menerima kesuksesan istrinya sendiri. Pernikahan yang telah dikaruniai oleh 2 orang putri cantik itu tidak menjamin kebahagiaan keduanya. Luna berpikir jika semua masalah bisa terselesaikan jika keluarganya tercukupi dalam hal materi, sedangkan David lebih mengutamakan waktu dan kasih sayang bagi keluarga.
Hingga sebuah keputusan yang berakhir dengan kesalahan cukup fatal, mengubah jalan hidup keduanya di kemudian hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SAFIRANH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Sementara itu di halaman rumah Bu Galuh, suasana tampak tegang. Seorang pria paruh baya berdiri dengan kedua tangan mengepal di sisi tubuhnya. Wajahnya merah padam, menahan rasa kesal.

“Saya nggak tahu lagi harus ngomong apa, Bu Galuh. Ayam Ibu telah merusak semua rempah milik saya,” pria itu bernama Pak Herman, suami Bu Trisna. Tangannya menunjuk ke arah tumpukan daun jeruk dan kunyit kering yang berserakan di atas tanah.

Pak Herman membuang nafasnya kasar. “Padahal hari ini saya berencana untuk menjualnya,” imbuh pria itu merasa frustasi.

“Saya minta maaf Pak Herman, tapi—” Bu Galuh menoleh ke arah Luna yang berdiri di belakangnya. Menarik tangan menantunya itu untuk melangkah berdiri di depannya. 

Luna yang bingung, mulai menatap ke arah Bu Galuh dengan ekspresi seolah mengatakan apa yang harus ia lakukan sekarang.

“Tadi pagi, menantu saya ini baru belajar memberi makan ayam. Jadi, mungkin saja dia lupa menutup pintunya dengan benar,” ucap Bu Galuh, menyalahkan Luna di hadapan tetangganya.

“Tapi pintunya sudah saya tutup dengan benar, Bu,” ucap Luna yang tidak mau menjadi orang yang disalahkan di sini.

“Ya, itu kan cuma perasaan kamu. Buktinya, semua ayam kita lepas dan lari ke halaman Pak Herman.”

“Tapi, Bu—” 

“Luna, sebaiknya kamu minta maaf sama Pak Herman. Kasihan itu rempahnya jadi rusak semua,” potong Maria yang mulai ikut bicara dengan menyudutkan posisi Luna.

Luna sendiri hanya diam. Sebagai seseorang yang memiliki pendirian, dia tidak mau disalahkan begitu saja atas hal yang tidak dia lakukan. Sudah jelas, jika ia tadi menutup pintu kandang dengan benar, bahkan ia memeriksanya terlebih dahulu sebelum pergi.

“Luna, cepat minta maaf,” tekan Maria dengan tatapan sinisnya.

Luna masih diam, kepalanya menunduk merasakan ketidakadilan yang selalu menimpanya. Meski begitu tidak selamanya Luna akan terus diam dan mengalah, karena ia tetap akan membela diri jika memang tidak terbukti bersalah.

“Sebelumnya saya minta maaf Pak Herman,” Luna mengangkat kepalanya, menatap ke arah tetangganya itu. “Bukannya saya tidak mau minta maaf, tapi sungguh… bukan saya yang melepaskan ayam-ayam itu ke halaman rumah Anda.”

“Saya tidak mau tahu, yang terpenting kalian harus mengganti rempah yang rusak,” jawab Pak Herman.

Bu Galuh tampak terkejut dan menoleh ke arah Maria yang ada di sampingnya. “Gimana ini?” bisik Bu Galuh pada Maria.

“Biar saja Luna yang ganti, Bu,” jawab Maria, juga dengan berbisik.

“Baik, jika begitu maka kami akan mendiskusikan semuanya terlebih dulu, Pak,” Luna membungkuk dengan sopan ke arah tetangganya itu.

“Saya mau kalian segera mengganti semua kerusakan ini apapun yang terjadi,” tegas Pak Herman.

Tiba-tiba saja Bu Galuh mengambil langkah ke depan, seperti ingin mengatakan sesuatu.

“Bagaimana jika sebagai gantinya, Luna akan membantu pekerjaan di ladang Anda selama satu Minggu penuh?” ucapnya memberikan penawaran.

Membuat Luna semakin terkejut, tidak percaya jika Ibu mertuanya itu akan melakukan hal yang sangat kejam padanya. Padahal sudah Luna katakan, jika dia telah menutup pintu kadang dengan sangatlah rapat.

“Bagaimana, Pak?” ulang Bu Galuh sangat berharap.

“Saya mau satu bulan,” jawab Pak Herman. “Satu Minggu tidak sebanding dengan harga rempah saya yang rusak.”

Bu Galuh menyikut lengan Luna, agar menantunya itu mau menjawab. Tapi Luna hanya diam membisu, tidak mau terseret dalam ucapan menjerumuskan sang mertua.

Tak mendapatkan respon apapun, Bu Galuh kembali berucap. “Kami setuju, karena ini semua memang kesalahan dari menantu saya. Jadi apapun yang Anda inginkan akan kami lakukan sebagai niat baik untuk ganti rugi.”

“Bu, sudah saya bilang sejak tadi jika saya tidak melepaskan ayam-ayam itu,” tegas Luna yang masih tidak terima di perlakukan seperti itu.

Bukan hanya mendapatkan fitnah, Luna juga dipermalukan dengan sangat oleh Ibu mertuanya itu. Beberapa orang tetangga juga melihat situasi yang terjadi, mereka bahkan berbisik membicarakan Luna yang terkesan tidak mau di salahkan.

Bu Galuh merasa jika Luna akan sangat susah di paksa mengakui kesalahan ini. Melihat adanya kesempatan, Bu Galuh langsung bergerak cepat memainkan perannya.

Ia tiba-tiba saja menangis di hadapan semua orang, dan itu membuat Luna sangat terkejut. Bukan hanya Bu Galuh yang menangis, Maria kini ikut mendekat sambil memegang pundak Ibu mertuanya. Menunjukkan kepedulian, agar terlihat sebagai korban di sini.

“Saya tahu jika menantu saya yang salah. Tapi, saya siap untuk menggantikannya dan membantu pekerjaan Anda di ladang selama satu bulan,” ucap Bu Galuh pada Pak Herman.

“Ibu, jangan seperti itu!” cegah Maria, sikapnya tanpak berlebihan. “Atau biar saya saja. Ibu sudah sering sakit, saya tidak tega.”

Luna terperanjat tak percaya dengan sandiwara yang dimainkan oleh mertua dan menantu ini. Mereka tampak sangat lihai memainkan peran, hanya demi menjatuhkan Luna di hadapan semua orang.

Saat ketegangan itu semakin terasa, sebuah suara sepeda motor melaju dengan cepat memasuki pekarangan rumah yang luas itu.

Tampak kakak beradik, Doni dan David turun dari sepeda motornya, wajah mereka tampak cemas. David adalah orang pertama yang menghampiri, anehnya ia justru langsung mendekat dan memegang kedua tangan Ibunya.

“Ibu baik-baik saja, apa yang terjadi?” tanyanya dengan panik.

Luna yang melihatnya, hanya bisa tersenyum getir saat melihat suaminya sendiri lebih mengutamakan Ibunya, selalu Ibunya. Tanpa mencari tahu lebih dulu apa yang sebenarnya terjadi.

“Ibu akan berkerja di ladang Pak Herman selama satu bulan sebagai ganti rugi karena Luna tanpa sengaja melepaskan ayam peliharaan kita, yang pada akhirnya merusak rempah milik Pak Herman,” ucap Bu Galuh, tetap menyalahkan Luna.

David menoleh ke arah Luna, tatapannya tajam. “Luna, kenapa Ibu yang harus bertanggung jawab. Ibu itu sudah tua, sedangkan semua ini adalah kesalahanmu.”

“Aku tidak melepaskan ayam itu,” ucap Luna pelan. Ia tetap pada pendiriannya.

“Ibu tidak mungkin berbohong. Lagipula, apa kamu tega melihat Ibu bekerja di ladang selama sebulan? Dimana hati nurani kamu, Luna?” 

“Lalu apa kamu tega melihat aku bekerja di ladang selama sebulan?” tanya balik Luna pada David.

Pria itu terdiam, sempat berpikir sejak kapan Luna mulai berani membantah di rumah ini. 

“Jawab, kenapa diam?” Luna masih menekan David.

“Sudah kubilang jika Ibu sudah tua, sedangkan kamu masih muda. Dan pelankan suaramu itu, tidak enak dilihat oleh tetangga,” bisik David, matanya menatap sinis pada Luna.

Sepertinya masalah tidak akan selesai jika hanya diributkan dengan adu mulut saja. Doni akhirnya ikut mendekat, berharap bisa mencari jalan keluar.

“Apakah Ibu melihat jika Luna yang membuka pintu kandang tadi pagi?” ucap Doni mulai menyelidiki.

“Tentu saja, Luna memberi makan ayam kita, Bu Trisna juga melihatnya,” jawab Bu Galuh penuh percaya diri.

“Kenapa Luna yang memberikan makan, bukankah selama ini itu tugas Maria?” 

“Ibu yang menyuruh Luna untuk memberi makan ayam hari ini,” ucap Maria begitu saja. Wanita itu mulai menutup mulut karena keceplosan.

Bu Galuh pun juga tampak memejamkan mata frustasi, menghadapi kebodohan Maria yang bisa saja akan membongkar perlakuan jahat mereka pada Luna.

Doni mengangguk, mulai mengerti dengan situasi saat ini. “Kalau begitu, ayo kita periksa kandang ayamnya,” ucap pria itu yakin.

BERSAMBUNG 

1
Becce Ana'na Puank
ok
SAFIRANH: Terima kasih ❤️
total 1 replies
HappyKilling
Bikin terhanyut. 🌟
SAFIRANH: Terima kasih 😘
total 1 replies
Helen
Kece abis!
SAFIRANH: Terima kasih,🥰❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!