NovelToon NovelToon
Benih Pria Beristri (Terpaksa Menjadi Yang Kedua)

Benih Pria Beristri (Terpaksa Menjadi Yang Kedua)

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pernikahan rahasia
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Velza

Ketika sedang dihadapkan pada situasi yang sangat sulit, Farida Agustin harus rela terikat pernikahan kontrak dengan seorang pria beristri bernama Rama Arsalan.

Bagaimanakah kehidupan keduanya kelak? Akankah menumbuhkan buih-buih cinta di antara keduanya atau justru berakhir sesuai kontrak yang ada?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8. Sadar

Pagi-pagi sekali Farida sudah berangkat ke rumah sakit. Tadi dia mendapat kabar dari Dokter Ilham jika Rian sudah sadar. Dia pun sangat senang dan tak sabar ingin bertemu dengan sang adik yang selama ini selalu menjadi penyemangatnya.

Dengan langkah yang tergesa-gesa, Farida berjalan menuju ruang perawatan sang adik. Setibanya di sana, dia membuka pintu ruangan perlahan dan pemandangan pertama yang dilihatnya adalah senyuman dari bibir orang yang amat dicintainya.

"R-Rian," panggil Farida dengan lirih.

Rian melambaikan tangannya pada sang kakak agar mendekat ke arahnya. Farida pun melangkah menghampiri sang adik dan langsung menumpahkan air matanya.

"Akhirnya kamu sadar juga. Mbak udah takut kalau sampai kamu gak bangun lagi."

Rian mengelus bahu sang kakak yang bergetar karena menangis. "Aku nggak akan tinggalin Mbak Rida sendirian. Kita sudah berjanji akan selalu bersama, apa pun keadaannya."

"Mbak sangat bersyukur, doa yang selalu mbak panjatkan dan minta pada Tuhan, sekarang terkabul." Farida menatap lekat sang adik, seolah dia masih tak percaya jika yang juga menatapnya saat ini adalah Rian.

"Iya, Mbak. Makasih udah berjuang buat selalu dampingi aku, maaf juga udah buat Mbak jadi harus pontang-panting sendiri."

"Enggak apa-apa, itu sudah kewajiban mbak sebagai pengganti bapak dan ibu. Sekarang kamu fokus saja dengan kesehatanmu, mbak akan terus berusaha memberikan yang terbaik."

Farida mengulas senyumannya memberikan semangat pada Rian.

"Mbak Rida," panggil Rian.

"Iya, ada apa? Kamu butuh sesuatu?" tanya Farida.

"Dari mana Mbak Rida membayar biaya rumah sakit? Pasti bukan jumlah yang sedikit, apalagi aku berada di ruang VIP. Aku pindah ke ruang rawat biasa aja, ya, Mbak?"

Farida terdiam sejenak, dia teringat sesuatu yang dirahasiakannya dari semua orang, termasuk Rian. Tak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya, terlebih lagi sang adik baru saja sadar.

"Kamu tenang aja, gak usah mikirin masalah itu. Kebetulan mbak ada kerjaan dan majikan mbak mau meminjamkan uangnya untuk membayar rumah sakit. Nanti akan mbak cicil dengan potong gaji," ujar Farida yang berusaha menutupi semuanya.

"Nanti kalau aku udah sembuh, aku ikut mbak kerja, ya. Biar bisa bantu melunasi hutang."

"J-Jangan. Kamu nggak boleh kerja. Udah, pokoknya biar mbak aja yang kerja dan lunasi hutang. Kamu nggak perlu khawatir."

Rian pun hanya mengangguk, mengiyakan ucapan kakaknya walau dalam hati dia ingin menangis karena merasa telah membebani kakaknya.

"Oh, ya, kalau sewaktu-waktu mbak nggak ketemu kamu, itu berarti mbak lagi sibuk banget soalnya majikan mbak sering ke luar negeri untuk berobat. Jadi harus dampingi karena anaknya jauh semua."

"Mbak kerja ngerawat lansia?" tanya Rian.

"Iya," jawab Farida sambil tersenyum kecut.

'Maafin mbak, udah bohong. Semua mbak lakukan demi kamu, Rian,' batin Farida.

......................

Di tempat lain, Rama yang baru sampai rumah dan tengah beristirahat sejenak, tiba-tiba mendapat pesan dari nomor yang tak dikenal.

Rama yang penasaran langsung membuka pesan tersebut. Setelah terbuka, ternyata pesan tersebut berisi sebuah file. Tanpa berpikir, dia lantas membuka file tersebut.

Rama yang tadinya duduk bersandar di sofa, seketika langsung menegakkan tubuhnya dengan wajah merah padam dan napas yang memburu menahan amarah.

Bagaimana tidak? File yang dikirim oleh nomor tak dikenal itu berisi foto-foto dan sebuah video tak senonoh Nadia bersama seorang pria yang sangat asing bagi Rama.

Dia tak menyangka, jika istri yang selama ini dia pertahankan dan dia ratukan, nyatanya tak lebih dari seorang wanita murahan. Mungkin inilah alasan Nadia selalu menolak memiliki anak dengannya karena tidak ingin kebebasannya terhalang.

Entah apa maksud si pengirim tadi, tetapi Rama sangat berterima kasih karena kebusukan Nadia telah diketahuinya.

"Dasar wanita jalang! Selama ini wajah polos dan lugumu hanyalah kedok untuk menyembunyikan bangkai yang kamu simpan selama ini!"

Rama yang kalut dan diselimuti amarah langsung menghancurkan apa pun yang ada di dekatnya, termasuk ponsel yang ada di genggamannya. Masih belum puas, dia pun melangkah menuju ruangan yang telah lama tak dia jamah setelah menikah.

Dalam ruangan itu tampak gelap gulita karena memang tak ada siapa pun yang berani ke sana, kecuali Rama. Dia menekan sakelar lampu dan tampaklah isi ruangan tersebut yang penuh dengan minuman beralkohol. Bisa dikatakan, ruangan itu mirip seperti mini bar. Dia mengambil sebotol minuman beralkohol dari lemari penyimpanan, kemudian mengambil gelas yang berada tak jauh dari tempat penyimpanan minuman tadi.

Rama pun mulai meneguk minuman itu sedikit demi sedikit, hingga tak terasa sudah hampir habis satu botol. Usai minum, dia langsung meninggalkan ruangan itu dengan berjalan sedikit sempoyongan, tetapi masih bisa menyeimbangkan diri. Dia berjalan ke garasi lalu mengendarai mobilnya membelah jalanan malam. Meski dalam keadaan setengah mabuk, Rama masih bisa mengendalikan dirinya yang sedang menyetir.

Mobil yang dikendarai Rama berhenti di tempat parkir apartemen. Ya, dia memutuskan pergi ke apartemen Farida untuk mencari ketenangan di sana.

Farida yang kebetulan hendak tidur, seketika terkejut saat mendengar pintu apartemen yang dibuka dengan keras hingga menimbulkan suara.

"Hah, suara apa itu? Tadi 'kan pintu udah aku kunci, atau jangan-jangan ada maling masuk," gumam Farida.

Dengan perasaan takut dan gelisah, Farida memberanikan diri untuk keluar dan melihat siapa yang masuk ke apartemennya. Dia berjalan perlahan agar tak menimbulkan suara dan mencari sakelar lampu ruang tamu.

Namun, saat sudah menemukan sakelar dan hendak menekannya, tiba-tiba mulutnya dibekap dari arah belakang lalu dia dibawa ke sofa. Farida mencoba berontak melepaskan bekapan di mulutnya, tetapi dia tak cukup tenaga. Alhasil, dia pun memukuli tangan yang membekap mulutnya.

Saat bekapan terlepas, Farida sudah bersiap untuk berteriak, tetapi bibirnya sudah lebih dulu dibungkam dengan ciuman yang sangat panas. Air mata pun mulai luruh membasahi pipinya, dia takut malam ini menjadi malam yang amat menyakitkan karena menjadi korban rudapaksa orang yang tak dikenal.

"Jangan menangis, aku tidak akan menyakitimu." Suara itu, tentu saja Farida sangat mengenalinya. Bahkan, sudah sangat hafal meski tanpa bertatap muka.

"Jangan menangis. Maaf, kalau sudah membuatmu takut," ucap Rama dengan tulus dengan posisi dia memeluk erat tubuh Farida yang berada di bawahnya.

Farida tak tahu harus berkata apa, dia pun hanya membalas pelukan Rama dalam diam. Dia tahu pasti ada sesuatu yang terjadi hingga membuat Rama bersikap seperti tadi.

'Apa yang terjadi padamu, Tuan?'

1
Blu Lovfres
lepaskan, farida dgn .kasih bayaran yg lebih mahal.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!