Musuh tapi menikah?
Itulah yang terjadi pada Essa dan Maureen, menjadi rival sejak kecil membuat hubungan mereka seperti Tom and Jerry, bertengkar dan selalu bertengkar tiap kali bertemu. Namun sebuah insiden yang terjadi membuat hubungan mereka seketika berubah dari musuh menjadi sepasang pasutri, padahal Maureen sudah punya kekasih yang akan melamarnya namun semuanya gagal akibat insiden ini.
Mampukah mereka mengarungi bahtera rumah tangga tanpa cinta ini sebagai mana mestinya? Atau kah pernikahan ini akan berakhir begitu saja?
Simak terus ceritanya ya. Boleh kasih like, komen, vote, dan Rate bintang 5 nya jika kalian suka. Segala bentuk dukungan kalian adalah penyemangat bagi author. Terima saran dan komentar membangun, tapi tidak hate komen ya, jika tidak suka skip saja, terimakasih 🙏😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24- Perasaan tak tenang
“Astaga Maureen.”
“Reen, udah belum ngobrolnya aku masih harus pergi ke bengkel. Pelanggan aku masih nungguin.”
“Iya-iya bentar. Vany, kayanya gue gak bisa ngobrol sekarang deh, besok aja ya gue ceritain semuanya ke elu.” Ucap Maureen, dia pun berlalu pergi.
“Temen kamu udah tahu soal kita?” tanya Essa setelah mereka di atas motor.
“Iya, dia baru tahu kayanya.” Sahut Maureen.
Essa mengangguk pelan, “terus apa pendapat kamu?”
“Vanya itu temen aku, aku percaya sama dia. Lagi pula gak akan mungkin bisa selamanya kita rahasiain pernikahan ini. Gak papa lah mereka semua tahu, pada akhirnya kita akan tetap bercerai kan.”
Hem, hanya gumaman yang keluar dari mulut Essa.
***
Malam harinya, Essa mau pun Maureen sudah bersiap untuk tidur di tempat masing-masing, namun Essa tiba-tiba mendapat telepon dari Ibunya yang mengatakan kalau Adiknya Radit sakit dan harus segera di bawa ke rumah sakit.
“Radit sakit? Iya Essa segera kesana!”
“Adik lu sakit apa Sa?” Maureen ikut terbangun karenanya.
“Gak tahu Reen, selama ini dia jarang sakit soalnya. Aku pergi dulu ya, kamu lanjut aja tidurnya.” Dia pun langsung pergi.
“Semoga Radit baik-baik aja.”
Keesokan harinya, Essa kembali yang langsung dicecar dengan berbagai pertanyaan oleh Bu Arumi, dia tahu karena Maureen menceritakan semuanya padanya tadi pagi.
“Gimana keadaan Radit, Sa?”
“Dia terkena usus buntu Mah, jadi dia harus di operasi.” ujar Essa.
“Ya Tuhan, lalu bagaimana sekarang keadaannya?”
“Masih dalam penanganan, rencananya hari ini baru akan dioperasi,” jelas Essa.
“Terus ngapain lu balik kalau keadaannya masih belum membaik?” timpal Maureen.
“Aku harus buka toko dan bengkel Reen, kalau terlalu lama tutup dari mana kami dapat uang untuk bayar biaya rumah sakit,” ungkap Essa.
“Memangnya berapa biayanya mungkin gue bisa bantu?”
Essa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, “makasih Reen, tapi keluargaku adalah tanggung jawabku, simpen aja uang kamu untuk keperluan kamu sendiri, tapi mungkin kalau aku udah bener-bener butuh nanti aku minjem sama kamu.”
Maureen mengangguk tanpa kata.
“Oh ya Sa, terus siapa yang jaga toko kalau kamu di bengkel?” tanya Bu Arumi lagi.
“Gantian aja lah Mah, toh bengkel ama toko jaraknya gak jauh masih di area yang sama.”
“Ribet kalau gitu Sa. Reen, kamu bantu gih jaga tokonya, lagian hari ini kan kamu libur kerja,” cetus Bu Arumi.
“Hah? Err, o-oke,” sahut Maureen karena mendapat pelototan dari sang Ibu.
“Makasih Reen, tapi gak papa ko aku bisa jaga dua-duanya, kamu juga harus istirahat.”
“Ck, enggak Sa. Maureen ini wanita pekerja keras, dia pasti sangat ingin membantu kamu. Cepet gih siap-siap,” ucap Ibu Arumi setengah mendorong tubuh Maureen.
“Iya iya,” suara Maureen terdengar jengkel.
Pada akhirnya Maureen ikut dengan Essa menuju tokonya.
“Kalau kamu gak tahu harga jual barangnya, kamu tinggal tanya aku aja, aku ada di bengkel disana,” tunjuk Essa ke salah satu bangunan kecil bertuliskan Bengkel Motor.
“Oke.” Sahut Maureen.
Dia pun mulai melayani pembeli yang datang, sesekali matanya melirik Essa yang juga tengah melayani pelanggan. Pandangan mata Maureen melebar saat melihat Essa melayani pelanggan wanita yang lumayan cantik dan tampaknya mereka cukup akrab.
“Nama cewek itu Sasya, mantan pacarnya Essa,” si Ibu paruh baya itu bersuara.
Maureen tersenyum canggung, dan kembali menghitung barang belanjaan si Ibu.
“Sasya kayanya masih suka sama Essa, beberapa kali dia sengaja dateng kesini,” timpalnya lagi.
Maureen tampak mulai tak nyaman, si Ibu itu seolah sengaja memanasinya.
❤❤❤❤❤😉😀😀😀😀😀
di perusaahaan lain masih banyak...
❤❤❤❤
itu akal2an Arkan aja biar Maureen mau kembali padanya...
hubungan mereka jln di t4 aja...
😀😀😀❤❤❤❤
gak usah pakai kode apa2..
pasti Essa langsung ngerti klao kmu mau diunboxing ama essa..
Mauteen..
😀😀😀❤❤❤❤
daripada penasarannn..
😀😀😀❤❤❤❤❤
cari keeja di tempat lain..❤❤❤❤❤
❤❤❤❤
😀😀😀❤❤❤❤
apa dia niat ceraikan Maureen pas udah setahun..
❤❤❤❤❤
dikit amat .....
btw vanya ngetik apa buat Essa....
terus dibalas apa ya ama Essa...
❤❤❤❤❤
ayo akui kalo syka ama essa..
biar dia gak lari..
❤❤❤❤
segera buka hatimu buat Essa..
kalo gak keburu diembat oeang..
😀😀😀❤❤❤
❤❤❤❤
moga2 hati maureen segera terbuka buat Essa..
❤❤❤❤
mantan nempel Mulu kah kalau iya bagus tapi ga bagus jg sih
kalo gak gtu..
mqireen gak cemburu..
😀😚😀❤❤❤