Bagian pertama dari Kembar Pratomo Generasi Ke Delapan
Mandasari Pratomo, putri bungsu jaksa penuntut umum New York, Adrianto Pratomo, tidak menyangka pria yang dikiranya hendak melecehkan dirinya, ternyata hendak menolong. Ditambah, pria itu adalah anggota kopassus yang sedang pendidikan di Amerika dan Mandasari menghajar pria itu hingga keduanya masuk sel. Wirasana Gardapati tidak habis pikir ada gadis yang bar-bar nya nauzubillah dan berdarah Jawa. Akibat dari kasus ini pihak kopassus harus berhadapan dengan keluarga Pratomo. Namun dari ini juga, keduanya jadi dekat.
Generasi ke delapan Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Feeling Wira
"Jadi, apakah kamu bisa ke Solo?" tanya Wira saat Oscar dan Mavendra pergi ke Princeton karena remaja itu ingin tahu apakah dia masuk ke almamater kakaknya nanti atau ke Harvard, NYU maupun U Penn.
"Buat apa ke Solo?" balas Mandasari yang memang tidak ada acara ke kampus karena hanya tinggal maju mempertahankan tesisnya.
"Menemani aku." Wajah Wira tampak serius. "Aku ... Ada perasaan tidak enak di rumah."
"Memang ada apa dengan ibumu? Apakah sakit?"
"Bukan ... Apa kamu pernah merasa ada perasaan clingy yang seperti sesuatu odd?"
Mandasari menatap Wira dan kali ini pria itu tampak serius. "Setiap saat kalau aku mau dapat revisi dan berkelahi membela kebenaran."
"Aku rasa ibuku akan mendapatkan masalah."
Mandasari memegang kening Wira. "Kamu bukan anak indigo kan?"
Wira mengernyitkan dahinya. "Indigo? Memang ada yang indigo?"
"Oom dan Tante aku plus sepupu aku, semua indigo. Dan yeah, bukan sesuatu yang aneh. Jadi, aku bertanya padamu, apakah kamu indigo hingga seperti mendapatkan wangsit seperti itu?"
"Bukan ... Lebih mirip, feeling tidak enak seorang anak."
"Kapan kamu kembali ke Indonesia?" tanya Mandasari.
"Bulan depan. Aku masih harus mengikuti evaluasi lagi untuk kembali kemari. Memang ada evaluasi setiap enam bulan sekali apalagi aku harus menyelesaikan pendidikan disini selama tiga tahun dan tahun ini adalah tahun terakhir aku pendidikan disini."
Mandasari selalu tahu yang namanya feeling itu macam petunjuk sebelum kejadian. Dan biasanya benar karena entah mengapa, jangan menyepelekan suara kecil dalam otak kamu.
"Aku rasa ibumu kuat, Wiro Sableng ... Tapi saranku, jangan lepas pengawasan darimu. Ada cctv rumah atau restauran yang bisa kamu akses?" tanya Mandasari.
"Sayangnya ... Tidak match dengan ponsel aku disini."
Mandasari tahu Wira cemas dengan keadaan ibunya tapi dia tidak tahu harus bagaimana. Kalau dia ikut dengan Wira, sudah pasti menjadi pertanyaan banyak orang. Tidak hanya ibunya Wira tapi juga dengan kedua orangtuanya, plus keluarga besarnya.
"Begini saja. Kamu tetap fokus dengan pendidikan kamu disini dan soal ibu kamu, kita pikirkan sambil jalan," ucap Mandasari.
"Apakah kamu ada rencana, Sari?"
Mandasari menggelengkan kepalanya. "Nope."
***
Wira pun pulang dan menuju stasiun kereta api kembali ke Fort Bragg sementara Mavendra dan Oscar tampak serius mendengarkan cerita Mandasari soal ibu Wira.
"Kukira ibunya baik-baik saja," jawab Oscar.
"Tapi apa mas Wira yakin ?" tanya Mavendra.
Mandasari menggelengkan kepalanya. "Kamu ingat waktu mama merasa sesuatu yang tidak nyaman dan ternyata feeling-nya benar dan Daka ternyata jatuh gara-gara ski?"
"Apakah kita akan ke Solo?" Oscar menatap dua kakak beradik itu. "Aku ingin refreshing!"
"Kita maju yudisium kapan?" tanya Mandasari.
"Aku Minggu depan, kamu?"
"Hari Senin skripsi, Kamis tesis," jawab Mandasari.
"Aku selesai ujian sekolah dua Minggu lagi lanjut SAT. Habis itu dua Minggu nganggur sambil menunggu kelulusan dan hasil ujian SAT," sahut Mavendra. "Kapan lagi kita bakalan berpetualang sambil kulineran?"
"Lalu? Alasan ke Oom Adrianto?" Oscar menatap Mandasari dan Mavendra bingung.
"Ruqyah kamu di Bengawan Solo!" jawab Mandasari dan Mavendra bersamaan.
***
Sebulan Kemudian
Wira melongo saat melihat Mandasari, Mavendra dan Oscar datang ke bandara saat pemeriksaan custom dan imigrasi. Ketiganya tampak sedang bersiap liburan dan Wira semakin tidak mengerti saat Kapten Handoyo yang ikut bersamanya, berbicara serius dengan gadisnya.
Tak lama Kapten Handoyo memanggilnya dan Wira menghampiri rombongan itu. Dirinya merasa bingung kenapa harus menemui mereka.
"Letnan Wira, kita tidak akan pulang dengan Garuda. Kita akan ikut dengan keluarga Pratomo ke Jakarta," ucap Kapten Handoyo.
Mata Wira terbelalak. "Kalian mau apa ke Jakarta?"
"Ruqyah dia di Ciliwung," jawab Mavendra cuek sambil menunjuk ke arah Oscar yang tidak tahu apa yang diucapkan bungsu Adrianto Pratomo itu.
"Haaaaahhhh?"
***
Dalam Pesawat Pribadi Milik Keluarga Blair
"Kamu sudah maju yudisium?" tanya Wira.
"Sudah," jawab Mandasari.
"Dan?"
"Magna Cumlaude. Dua duanya." Mandasari tersenyum.
"Hebaaattt!"
"Alhamdulillah, hasil belajar, penelitian dan tidak liburan lima tahun hanya lebaran demi menyelesaikan semuanya. Dan sudah waktunya aku liburan bukan? Makanya sekarang sudah waktunya karena aku mau ruqyah Oscar biar waras kembali normal dan tidak jadi boti."
"Apa perlu ke Taman Mini Indonesia Indah?" tanya Wira.
"Cemplung kan saja ke Ciliwung atau ... Bengawan Solo?" kerling Mandasari.
Wira melongo lalu tersenyum lebar. "Apakah kamu punya rencana?"
"Kita lihat saja nanti."
***
Solo Jawa Tengah
"Ibu belanja banyak sekali?" tanya Santi yang melihat tukang sayur dan daging yang datang untuk mendistribusikan bahan makanan restauran datang.
"Iya. Lusa Wira akan pulang, Santi. Sudah pasti dia akan makan banyak disini. Tahu sendiri kan di Amerika tidak ada ayam penyet dan sambal buatan ibunya bukan?" senyum Herdiani.
"Mas Wira pulang?" Mata Santi tampak berbinar. "Berapa lama Bu?"
"Sekitar seminggu disini dan setelahnya kembali ke Jakarta untuk terbang ke Amerika lagi untuk kembali pendidikan dan menyelesaikan disana." Herdiani bisa melihat bagaimana wajah senang Santi.
"Apakah ibu akan mengatakan pada mas Wira bahwa kita dijodohkan?" tanya Santi.
"Tidak terburu-buru dulu Santi. Kamu tahu kan Wira masih keras kepala. Jadi ibu butuh waktu membujuknya. Oke? Sekarang kita persiapan untuk memarinasi ayamnya." Herdiani tersenyum ke arah Santi yang tampak sedikit terluka karena belum mendapatkan kepastian soal dirinya dan Wira.
"Baik Bu." Apakah mas Wira masih belum bisa digoyahkan oleh Bu Herdiani?
***
Zürich Swiss
"Mereka kemana Pa?" seru Mandaka heboh karena dua saudaranya main kabur ke Jakarta.
"Jakarta dan Solo. Sari dan Vendra sudah memberikan nilai terbaik, dan kamu tahu sendiri kan kalau adikmu nyaris tidak pernah liburan demi bisa menyelesaikan tugas akhir dan tesisnya. Jadi papa ijinkan. Lagipula, alasan mereka jelas. Mau ruqyah si Kadal di Bengawan Solo," jawab Adrianto cuek.
Mandaka memegang pelipisnya. Ya ampun ...
***
Bandara Halim Perdanakusuma
Pesawat milik keluarga Pratomo dan Blair tiba di bandara Halim Perdanakusuma. Rombongan pun keluar dari pintu kedatangan setelah lolos dari imigrasi. Wira dan Mandasari harus berpisah karena Wira harus kembali ke markas sementara gadis itu menuju ke rumah keluarganya di daerah Senayan.
Mandasari masuk ke dalam mobil yang datang menjemput dari Ramadhan Securitas ketika ponselnya berbunyi.
"Assalamualaikum," sapa Mandasari. "Aku sudah sampai di Jakarta ... Iya ... Baik ... Terima kasih."
Mavendra dan Oscar saling berpandangan. Siapa itu yang menelepon?
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
don't forget to like vote and gift
Tararengkyu
plisssssssssssssss
lagian d jamin itu setannya juga bakalan lari d bawah ketiaknya eyang Surti..
cba mnta bntuan shea aja,biar ada lwan'nya.....ya kali msti ngelwan yg gaib....