Sebagai anak perempuan tertua di keluarganya, Ayesha di tuntut untuk segera mencari pasangan hidup. Namun, trauma di masa lalunya, membuat Ayesha tidak jua mencari jodoh di saat umurnya yang sudah mencapai 30 tahun.
Begitu pula dengan Azlan yang merupakan anak tunggal dari keluarga terkaya yang sampai saat ini masih melajang di karenakan sebuah penyakit yang di deritanya.
Bagaimana jadinya, jika kedua insan tersebut bertemu dan melakukan kesepakatan untuk menikah. Akan kah Ayesha menerimanya? atau malah tidak menyetujuinya, karena ia hanya ingin menikah satu kali seumur hidup dan tentunya ingin memiliki keturunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rafasya Alfindra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tindakan gegabah Rezel
"Jangan pernah kau usik puteraku Kinan ...! Kau tidak tahu bagaimana tanganku ini bisa menghabisimu." Rezel mencoba memberi ancaman agar Kinanti membatalkan niatnya untuk menyakiti Azlan.
"Aku sama sekali tidak takut dengan ancamanmu, sa ... yang!" Kinan semakin menjadi-jadi. Ancaman Rezel tidak akan membuatnya mundur sedikitpun.
"Brengsek kau Kinan ..., aku benar-benar ingin membunuhmu!" Rezel hanya bisa bersuara pelan, karena melihat pengunjung cafe yang semakin bertambah. Ia tidak ingin di cap sebagai lelaki kurang ajar di mata orang-orang.
"Silahkan saja ...! Bahkan aku dengan suka rela mati di tanganmu." Kinan semakin besar kepala, ia semakin menjadi-jadi mempermainkan Rezel.
Rezel yang sudah di landa emosi tidak bisa bersabar menghadapi Kinanti. Ia malah
berdiri dari tempat duduknya dan menghempaskan tempat duduk yang ia duduki tadi. "Brengsek kau Kinan ...!" Rezel mencekik leher Kinan, ia seperti kehabisan kesabaran menghadapi Kinan. Rezel seakan tidak bisa berpikir lagi, yang di pikirannya saat ini bagaimana bisa membunuh Kinanti.
Kinanti berusaha melepaskan tangan Rezel yang mencekik lehernya, ia seperti kehabisan pasokan oksigen. Rezel terlalu kuat mencekik lehernya, lelaki itu seperti kesetanan. Bisa-bisa Kinanti meninggal di tangan Rezel kalau saja tidak ada pengunjung cafe yang membantunya.
Kinanti bernafas lega saat tangan itu terlepas. Untung ia masih bisa bernafas kembali. Ternyata Rezel sama sekali tidak bermain-main dengan ucapannya. Ada ketakutan tersendiri yang di rasakan Kinanti, namun Kinanti mencoba untuk melawan demi sebuah pembalasan. Rasa cintanya terhadap Rezel masih menguasi hatinya, namun lelaki itu malah memperlihatkan rasa kebenciannya.
"Maaf, apa kau baik-baik saja?" Seseorang memastikan keadaan Kinanti. Kinanti yang masih shock hanya terbengong tanpa menjawab sedikit pun. Ingin rasanya Kinanti menangis dan protes dengan takdir yang tidak berpihak kepadanya.
"Apa kau yakin tidak apa-apa?" Wanita itu masih saja bertanya untuk memastikan.
Kinanti mencoba tersenyum. "Oh iya tidak apa-apa, saya baik-baik saja. Mungkin ini karena efek terkejut karena kekasih saya malah berniat menyakiti saya." Kinanti memberi alasan agar tetap di pandang baik. Bahkan Kinanti tampak tersenyum saat seseorang malah merekam kejadian tadi.
Sungguh ini adalah berita terheboh nantinya. Kinanti yakin, berita itu bakal booming nantinya di media sosial dan tentu nantinya istri Rezel juga melihat berita tersebut.
Waw ... ini lebih membahagiakan dari yang ia duga. Ternyata semudah itu untuk menghancurkan Rezel. Sekarang waktunya untuk Kinanti memasang wajah wanita yang tersakiti untuk menarik simpati orang-orang nantinya.
Rezel yang berada tidak jauh dari hadapan Kinanti, masih memiliki keinginan untuk mencekik wanita itu. Namun seseorang malah menariknya dan membawanya pergi, meskipun ia masih belum bisa tenang sebelum melenyapkan Kinanti.
"Lepas ...!" Rezel berusaha melepaskan diri dan menatap lelaki yang ia yakini seusia dengan dirinya.
"Bukan begitu cara lelaki untuk menyelesaikan masalah. Itu bukan cara penyelesaian yang bagus, karena akan banyak dampak yang akan datang nantinya." Lelaki itu memberi arahan kepada Rezel, ia yakin Rezel dapat memahami ucapannya.
"Terimakasih sudah mengingatkan."
"Sama-sama. Lain kali berpikirlah dengan kepala dingin, karena sepertinya wanita yang kau lawan bukanlah tandinganmu. Dia lebih licik, maka berhati-hatilah!" Lelaki itu pergi dari hadapan Rezel.
Rezel mengusap pelipisnya, ia sangat menyesali perbuatannya barusan. Ada rasa ketakutan dalam diri Rezel, bagaimana jikalau keluarga besarnya tahu akan hal ini terutama Vira. Rezel belum ingin Vira mengetahuinya, namun ia harus bagaimana sekarang? terlebih pelanggan cafe yang ramai saat itu, bagaimana kalau nanti berita itu malah Viral.
Rezel masuk kedalam mobilnya. "Ah ... brengsek kau Kinanti!" Rezel memukul stir mobilnya dengan perasaan penuh sesal, pikirannya kacau. Ketakutan seakan menghantuinya. Bayangan keluarga yang bakal membencinya seakan menari-menari di pikirannya. Ia hanya bisa berandai dan semoga saja tidak ada yang merekam kejadiannya tadi.
#Happy reading jangan lupa tinggalkan jejak dan sedikit kritikan, agar lebih semangat dalam menulis cerita.
siapa itu pengamen ?
semogga Marco menemukan Ayesha