NovelToon NovelToon
Suddenly Married

Suddenly Married

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Romansa / Tamat
Popularitas:3.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Ichageul

Evan dipaksa menikah oleh ayahnya dengan Alya, gadis yang tidak dikenalnya. Dengan sangat terpaksa Evan menjalani pernikahan dengan gadis yang tidak dicintainya.

Evan mulai menjalani kehidupan rumah tangga bersama Alya. Perbedaan karakter dan pola pikir menjadi bumbu dalam pernikahan mereka.

Akankah pernikahan mereka berhasil? Atau mereka menyerah dan memilih untuk berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tancap Gas

Tangan Nana terus bergerak mengelap meja yang baru saja ditinggalkan pengunjung café. Selesai mengelap meja, dia membawa semua peralatan kotor yang berasal dari meja tersebut. Setelah menaruh itu semua di bak cuci piring, Nana bergegas menuju loker. Shiftnya sudah berakhir sejak lima belas menit yang lalu. Dia pun segera berganti pakaian.

Sebelum pulang, gadis itu menyempatkan diri berpamitan pada temannya yang lain. Sambil menyampirkan tas di bahunya, dia segera keluar dari pintu belakang. Nana berjalan melewati bagian luar café. Langkahnya terhenti ketika melihat Gelar tengah berdiri sambil menyandarkan punggungnya ke bodi mobil.

“Bang Ge,” panggil Nana.

“Sudah selesai?”

“Udah. Abang ngapain ke sini? Mau ketemuan sama orang?”

“Ngga.. aku sengaja nunggu kamu pulang.”

“Hah? Mau ngapain?”

“Nganter kamu pulang.”

“Serius?”

Gelar hanya menganggukkan kepalanya. Dia membukakan pintu mobil, lalu mempersilahkan gadis itu untuk masuk. Sambil tersipu malu, Nana masuk ke dalam mobil. Gelar mengingatkan gadis itu untuk memakai sabuk pengaman. Tak lama kemudian Gelar menekan pedal gas untuk melajukan kendaraannya.

“Na.. aku laper.”

“Kalau laper, makan, bang. Bukannya curhat.”

“Hahaha.. bisa aja kamu. Kita makan dulu, yuk.”

“Ehmm.. boleh. Tapi abang yang bayarin ya, aku ngga punya uang.”

“Ya pasti aku yang bayarin. Kan aku yang ngajak. Kamu mau makan apa?”

“Terserah aja aku, mah. Namanya juga ditraktir.”

“Makan steak, mau?”

“Boleh, bang.”

“Ok..”

Gelar segera melajukan kendaraannya menuju restoran EMPIRE yang khusus menyajikan menu western. Restoran tersebut adalah milik Fariz. Gelar sudah sering makan di sana, dan rasa masakan di sana sudah tidak perlu diragukan lagi. Sesekali dia melirik Nana yang hanya duduk cantik dengan mata menatap ke depan.

Dalam hati Gelar bersorak senang karena mendekati Nana tidak sesulit yang dibayangkan. Gadis itu juga supel dan enak diajak bicara. Ada saja hal menarik yang bisa dibicarakan dengannya. Dan satu lagi, gadis itu tidak jaim seperti gadis lain yang sering mendekatinya. Seperti tadi saat Nana mengatakan tidak punya uang ketika diajak makan. Hal sederhana seperti itu yang membuat Gelar jatuh hati pada sahabat dari Alya ini.

Kendaraan Gelar memasuki pelataran parkir EMPIRE restoran. Dia menghentikan mobilnya di area yang kosong. Pria itu segera mengajak Nana untuk masuk. Defri yang baru saja mengantarkan pesanan pada pelanggan, menyambut kedatangan teman adik atasannya.

“Sama siapa ke sini?” tanya Defri.

“Calon pacar,” bisik Gelar.

Defri mengangkat jempolnya, lalu mengarahkan pria itu menuju meja yang kosong. Gelar menyerahkan buku menu pada Nana. Dia sendiri sudah hafal menu apa saja yang disediakan di sini. Mata Nana membulat melihat harga yang tertera. Harganya jauh lebih mahal dari café tempatnya bekerja. Dia jadi ragu untuk memesan makanan.

“Kenapa?” tanya Gelar melihat Nana hanya melihat-lihat saja buku di tangannya.

“Harganya mahal-mahal, bang,” bisik Nana.

“Hahaha.. kirain kenapa. Pesan aja, kan aku yang bayar.”

“Beneran ya, bang. Jangan nyesel, loh. Aku makannya banyak.”

“Iya, pesan aja apa yang kamu mau.”

“Tapi aku malah bingung mau pesan apa. Abang aja deh yang pesanin.”

“Nanti kamu ngga suka, gimana?”

“Tenang, aja. Aku kan pemakan segala.”

Kembali suara tawa Gelar terdengar. Dia mengambil buku menu dari tangan Nana. Setelah melihat-lihat sebentar, akhirnya dia menjatuhkan pilihan pada T-bone steak dengan mushroom sauce. Untuk minumnya dia memilihkan boba milk tea. Biasanya gadis muda seperti Nana menggemari minuman tersebut.

“Kamu udah lama sobatan sama Alya?”

“Iya, bang. Dari jaman masih piyik. Kan rumah kita deketan.”

“Kamu ngga ada niatan kaya Alya gitu, nikah muda.”

“Mana berani, bang. Alya tuh beruntung dapet bapak mertua baik kaya om Antonio. Bang Evan juga baik. Kalau aku, mimpi aja ngga pernah. Lagian sekarang tuh fokusku kerja, supaya dua adikku ngga putus sekolah kaya aku.”

“Emang kamu putus sekolah?”

“Iya, bang. Aku cuma lulusan SMP. Orang tuaku waktu itu ngga punya uang buat masukin aku ke SMA. Adik-adikku juga butuh biaya, apalagi abangku. Jadi aku ngalah, milih kerja begitu tamat SMP.”

Gelar terhenyak mendengar cerita Nana. Di jaman sekarang ini, masih ada yang hanya lulus sampai jenjang SMP. Dia prihatin dengan keadaan Nana. Gadis periang itu ternyata memikul beban yang cukup berat. Harus bekerja banting tulang demi membantu orang tuanya. Berbeda dengan dirinya yang sejak kecil sudah hidup berkecukupan. Ayah Gelar adalah seorang guru besar di kampus ternama, dan saat ini memegang jabatan sebagai direktur pasca sarjana, sedang ibunya PNS dengan golongan IVE.

Pelayan datang mengantarkan pesanan, menarik kesadaran Gelar kembali. Dia mempersilahkan Nana untuk menikmati hidangan. Gadis itu menelan ludahnya kelat melihat hidangan di depannya. Di tempat kerjanya, dia sering mengantarkan pesanan ini tanpa bisa mencicipi karena harganya yang mahal.

“Jangan dipelototin terus. Dimakan, dong.”

“Hehehe.. iya, bang.”

“Kamu suka, kan?”

“Suka kok. Kan udah kubilang, aku pemakan segala.”

Nana tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang putih. Dia segera memotong steak di depannya. Harum mushroom sauce, membuat cacing di perutnya bergeliat, minta segera diisi. Dengan lahap Nana memakan makanan tersebut. Gelar tersenyum senang melihat gadis pujaannya menikmati makanan yang dipilihkannya.

Tak butuh waktu lama bagi Nana untuk menghabiskan makanan tersebut. Boba milk teanya juga sudah diseruput sampai habis. Gelar takjub, ternyata Nana sama sekali tidak malu menghabiskan semua hidangan yang dipesan untuknya.

“Na.. kamu udah punya pacar?”

“Ish.. siapa juga yang mau sama aku. Udah pendidikan rendah, makannya banyak, cantik juga ngga.”

“Kata siapa kamu ngga cantik? Kamu cantik, kok.”

“Bang Ge jangan bikin aku geer. Kalau aku cantik, aku udah jadi model dong, hahaha..”

“Kamu cantik apa adanya, Na. Cantik di wajah dan juga hati.”

Nana terkejut mendengar pujian yang diberikan Gelar padanya. Gadis itu sampai menundukkan kepalanya, untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya. Dia terjengit ketika mendengar suara ponselnya. Keningnya mengernyit melihat nama sang pemanggil adalah kakaknya. Dengan malas, gadis itu menjawab panggilan tersebut.

“Halo..”

“Keluar, lo. Gue tunggu di parkiran.”

“Aku udah pulang dari café, bang.”

“Gue tahu. Lo lagi di EMPIRE resto. Buruan keluar, gue tunggu! Bawa dompet lo sekalian!”

Tanpa menunggu jawaban dari Nana, Hendra, kakak Nana langsung memutuskan panggilan. Kepala gadis itu menengok ke arah luar jendela. Benar saja, sang kakak sudah menunggunya di sana. Nana menyampirkan tasnya ke bahu, lalu bangun dari duduknya.

“Mau kemana?” tanya Gelar.

“Aku keluar sebentar, bang. Tunggu, ya.”

Bergegas Nana keluar dari restoran lalu menghampiri sang kakak. Dia paham betul bagaimana perangai kakaknya. Kalau tidak dituruti, bisa-bisa Hendra memaksa masuk ke dalam restoran dan membuat keributan. Gadis itu segera menghampiri kakaknya.

“Ada apa, bang?”

“Minta duit.”

“Ngga punya, bang. Aku belum gajian.”

“Ngga usah bohong. Bilang belum gajian tapi lo makan di sini. Emang gue ngga tau berapa harga makanan di sini?”

“Beneran bang, aku belum gajian. Aku ke sini diajakin bang Gelar.”

“Siapa? Pacar lo?”

“Bukan, bang. Bang Gelar temannya suaminya Alya.”

“Aaahh.. gue ngga mau tau. Buruan kasih gue duit! Keluarin dompet lo!”

Mau tidak mau, Nana mengeluarkan dompetnya. Hendra langsung merebut dompet tersebut. Ternyata isi di dalamnya hanya satu lembar lima puluh ribuan dan dua lembar dua ribuan. Hendra segera mengambil uang berwarna biru.

“Bang.. itu uang terakhirku. Aku baru gajian tiga hari lagi. Kalau abang ambil, buat ongkos aku gimana?”

“Bodo amat. Ini juga masih kurang. Besok lo harus kasih gue uang lagi.”

“Aku belum gajian, bang.”

“Ya udah, tiga hari lagi gue dateng dan uangnya harus udah ada, ngerti!”

Dari balik kaca jendela, Gelar terus mengawasi interaksi antara Nana dengan Hendra. Termasuk ketika pria itu menoyor kepala Nana beberapa kali. Sepeninggal Hendra, Nana masih terpaku di tempatnya. Matanya nampak berkaca-kaca. Kakak yang seharusnya bisa menjadi tempatnya berlindung, justru senang sekali mencaci dan menyiksanya. Tak jarang Hendra mengambil uangnya, seperti sekarang.

Nana menghapus buliran bening yang membasahi pipinya. Dia mencoba menenangkan dirinya, dan jangan sampai menangis terisak. Pasti Gelar akan mengajukan berbagai pertanyaan kalau melihatnya menangis. Setelah menarik nafas dalam, gadis itu segera berbalik untuk kembali ke mejanya.

“Kamu ngga apa-apa?” tanya Gelar begitu Nana sampai di meja.

“Ngga apa-apa, bang.”

“Itu tadi siapa?”

“Abang aku.”

“Abang kandung?”

“Iya.”

“Mau ngapain?”

“Biasa, bang. Minta uang. Abang udah makannya? Pulang yuk, abah sama amah pasti lagi nungguin aku.”

“Ya udah, ayo. Kamu mau bawa makanan buat orang di rumah?”

“Ngga usah, bang. Makasih.”

Bukannya Nana tidak ingat kedua orang tua dan adik-adiknya, tapi gadis itu merasa sungkan kalau Gelar harus membelikan makanan untuk keluarganya. Ditambah pertemuannya dengan Hendra, membuatnya semakin tak enak hati. Setelah membayar makanannya, Gelar segera mengajak Nana untuk pulang. Sepanjang perjalanan, gadis itu hanya terdiam saja. Berbeda saat pergi tadi.

☘️☘️☘️

Sejak buka sampai sore ini, café The Cliff terus didatangi pengunjung. Alya dan Nana sedari tadi tak berhenti bergerak mengantarkan pesanan, membersihkan meja atau mencatat pesanan pengunjung. Bahkan mereka baru sempat makan siang, dua jam yang lalu. Dan kini keduanya sudah berada di loker, bersiap untuk pulang.

Sambil mengganti pakaiannya, Alya terus melihat pada sahabatnya. Hari ini Nana lebih banyak diam. Raut wajahnya juga menunjukkan kesedihan. Pasti ada hal yang mengganggu pikirannya. Alya sudah paham bagaimana sahabatnya ini. Usai berganti pakaian, Alya segera menghampiri sahabatnya.

“Na, lo kenapa? Lagi ada masalah?”

“Ngga.”

“Jangan bohong.”

Alya menarik tangan Nana, mengajaknya duduk di kursi yang ada di ruang ganti tersebut. Alya kembali mencoba mengorek masalah apa yang menjadi beban pikiran sahabatnya itu.

“Kenapa, Na? Cerita sama gue. Lo udah ngga percaya sama gue?”

“Bukan, gitu Al. gue cuma..”

Nana tak sanggup meneruskan kata-katanya. Gadis itu mulai menangis. Alya memeluk sahabatnya ini, membiarkan Nana menumpahkan segala kesedihan dan kegundahan hatinya.

“Kemarin gue diajak makan sama bang Ge di restoran mahal. Ngga taunya abang gue lihat. Terus dia minta uang sama gue, dia ngga percaya waktu gue bilang ngga punya uang. Dia ambil semua uang gue yang ada di dompet.”

“Astaghfirullah, abang lo bener-bener kelewatan ya.”

“Bang Hendra bilang bakal dateng lagi kalo gue udah gajian. Kalau nanti dia beneran dateng terus ambil semua uang gue gimana, Al? Padahal itu uang mau gue pake buat bayar studi tour Dara. Gue bingung, Al.”

Alya tidak tahu harus mengatakan apa. Dia juga bingung bagaimana menghadapi Hendra yang pemarah, pemaksa dan suka berbuat seenaknya. Jangankan Nana, kedua orang tuanya saja tidak berkutik menghadapi anak sulung mereka itu. Alya hanya bisa menenangkan Nana. Dan berharap gadis itu menemukan jalan keluar terbaik.

“Na.. lo sekarang ngga punya uang dong.”

“Iya, di dompet sisa empat ribu. Tadi aja gue ngutang naik ojek mang Parmin.”

Mendengar itu, Alya membuka tasnya lalu mengambil dompetnya. Ternyata di dompet hanya tersisa lima puluh ribu rupiah. Dia lupa belum mengambil uang lagi. Diambilnya selembar uang yang tersisa, lalu memberikannya pada Nana.

“Nih.. lo pake aja uang ini buat ongkos sampe gajian.”

“Lo sendiri gimana?”

“Gampang. Kan gue udah punya suami juga, ngga usah pikirin gue.”

“Nanti kalau gajian gue ganti, ya.”

“Ngga usah. Gue ngasih bukan minjemin.”

“Makasih ya, Al. Lo emang sahabat gue paling baik.”

Kedua gadis itu berpelukan untuk beberapa saat. Alya mengurai pelukan lebih dulu, lalu mengajak Nana untuk pulang. Sepertinya Evan sudah menjemputnya. Keduanya segera keluar dari ruang ganti tersebut.

Sementara itu di bagian depan café, nampak Evan sudah duduk menunggu di atas motornya. Tak berapa lama sebuah mobil SUV berhenti di dekatnya. Dari dalamnya turun Gelar. Pria itu juga bermaksud menjemput Nana. Dia langsung mendekati Evan lalu menepuk pundaknya.

“Ngapain lo di sini” tanya Evan.

“Lo sendiri ngapain?”

“Jemput Alya, lah.”

“Gue jemput Nana.”

“Serius nih kayanya sama si Nana.”

“Iyalah.”

Percakapan keduanya berhenti ketika melihat orang yang mereka tunggu keluar dari pintu belakang café. Bersama dengan Nana, Alya segera mendekati suaminya.

“Udah lama, mas?”

“Ngga kok, baru sepuluh menit.”

“Maaf, ya.”

“Ngga apa-apa. Ayo,” ajak Evan.

“Na.. aku antar pulang ya.”

“Eh.. ngga usah, bang.”

“Aku sengaja ke sini buat jemput kamu loh. Ayo masuk.”

Gelar menarik tangan Nana menuju mobilnya. Pria itu pergi begitu saja meninggalkan sahabatnya tanpa berpamitan. Evan hanya berdecak saja melihat tingkah sahabatnya. Mobil Gelar lebih dulu pergi meninggalkan dirinya dan Alya.

“Kamu jadi mau nengok bapak?”

“Jadi, mas.”

“Ayo, naik. Eh kita beli makanan dulu buat bapak. Masa dateng ngga bawa apa-apa. Bapak suka apa?”

“Martabak telor.”

“Ya udah, kita beli martabak telor di jalan.”

Alya hanya menganggukkan kepalanya. Dia segera naik ke belakang Evan. Kendaraan roda dua itu segera meluncur pergi. Evan menarik tangan Alya, mengarahkannya untuk memeluk pinggangnya. Senyum terkulum di wajah Alya. Kedua tangannya langsung memeluk perut suaminya.

☘️☘️☘️

“Assalamu’alaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Terdengar suara Dadang menjawab salam yang Alya ucapkan. Pria itu segera membuka pintu rumahnya. Wajah anak tersayangnya muncul dari balik pintu. Alya mencium punggung tangan Dadang, disusul oleh Evan. Sejak Alya menikah, Dadang langsung pulang ke rumah selepas bekerja. Dia tidak perlu lagi diam-diam mengikuti anaknya dari tempat kerja. Karena sekarang sudah ada Evan yang mengantar jemput.

“Ini martabak buat bapak.”

“Makasih. Ayo duduk dulu.”

Evan mendudukkan diri di ruang depan, Alya menaruh martabak telor dan manis yang dibelinya tadi di atas meja. Gadis itu lalu menuju dapur membuatkan minuman untuk suaminya.

“Bapak mau dibuatkan minum juga?” tanya Alya.

“Buatkan teh tawar aja, Al.”

Dengan cepat Alya membuatkan teh tawar hangat untuk ayahnya dan es teh manis untuk suaminya. Dengan nampan di tangannya, dia membawakan dua gelas minuman lalu menaruhnya di meja. Alya mendudukkan diri di dekat suaminya.

“Bapak sehat?”

“Alhamdulillah. Kamu sendiri gimana?”

“Alhamdulillah sehat juga.”

“Bapak sekarang ngga tinggal sendiri. Tapi ditemani Irfan. Sekarang kamarmu ditempati Irfan. Kamu ngga keberatan, kan?”

“Bang Irfan tinggal di sini?”

“Iya. Kamu tahu sendiri di rumah bibimu kan cuma ada dua kamar. Satu dipakai bibi, satu lagi dipakai Ria dan Nia. Kasihan Irfan tidur di ruang tamu terus. Makanya bapak suruh pindah ke sini.”

“Ya ngga apa-apa, pak. Kan bagus, bapak jadi punya teman.”

Alya cukup lega mendengar Irfan tinggal bersama dengan bapaknya. Jadi pria itu tidak akan kesepian dan ada yang menjaganya. Selain itu, Alya juga bahagia melihat sikap Dadang yang tidak dingin seperti dulu. Sepertinya kebahagiaan perlahan mulai menghampiri hidupnya.

☘️☘️☘️

**Gelar pedekatenya boleh juga sat set sat set... Tapi hati² ada kakaknya Nana tuh..

Evan ama Alya tambah uwu aja. Jangan pada ngiri ya😁**

1
anonim
ternyata pak Dadang menyayangi putrinya dengan caranya sendiri - sampai-sampai kalau pulang kerja memantau di sekitar kafe tempat Alya bekerja untuk memastikan putrinya aman.
Alya tidak tahu itu - jadi bikin Alya merasa diabaikan - tak di sayang ayahnya.
anonim
Ervan mau kabur dibela-belain merangkak pula biar Karina, Kaisar dan Fariz yang baru duduk-duduk di ruang tengah tidak melihat dia mau kabur pikirnya. Ternyata tidak jadi kabur setelah tahu kondisi papanya sedang tidak baik-baik saja - ada dua dokter teman Kaisar yang selama ini menjadi langganan papanya kalau berobat datang dan masuk ke kamar papanya.
Gak jadi kabur Bro - jadi menikah nih /Facepalm/
anonim
Evan ini belum tahu kalau yang mau menikah dengan Alya dirinya /Facepalm/
anonim
keren bang Sar bisa memulangkan Evan ke Indonesia dengan idenya yang gak tanggung-tanggung
anonim
Bagus Alya - om Antonio di suruh langsung bilang ke pak Dadang - Alya akan menerima apapun hasilnya.
anonim
mantap Fariz bisa bermain ke rumah pak Karta yang mengajak main catur dan bisa mencari tahu tentang kehidupan Alya. Miris juga nasib Alya yang ada tapi seperti tak ada bagi ayahnya
Rahma Habibi
terimakasih author atas karya2 mu yang sangat menghibur dan selalu di nanti karya selanjutnya
In
gara2 Dion aku balik lagi ke sini... ☺️
Laila Isabella: sama..ulang baca dari awal lagi..🤣🤣
total 1 replies
Poppy Sari
keren.../Good/
Wiwie Aprapti
yg Tututware kemana kak, udah tutup ya pabrik nya
Wiwie Aprapti
karma di bayar tunai ga pake di cicil lagi
Wiwie Aprapti
harusnya Evan bilang nya "sudah ku dugong" gitu kak🤣🤭🙃
Wiwie Aprapti
bunga Kamboja 🤣
Wiwie Aprapti
nahhhh kannn Mardi lohhhh🤣🤣🤣🤣
Wiwie Aprapti
dehhhhh..... hampura lahhhhhhh ki ace🤭🤣
Wiwie Aprapti
skakmat Evan🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Wiwie Aprapti
Kaisar pasti temennya kevin nihhhh
Wiwie Aprapti
kisah nana ada sedikit kemiripan sama bestiee aku, tapi kalo bestie aku satu agama cuma beda jalur, besti ku NU cowoknya LDII, dan mama besti ku ga kasih restu, bahkan di kasih pilihan, pilih cowoknya atau mamanya, kalo dia pilih cowoknya, besti ku di usir dari rumah, di cabut semua fasilitas yg di pakai, di coret dari kk, alhamdulillah dia lebih sayang sama mamanya, sekarang udh nikah, malah dapet suami yg baik banget, sayang💕, dan berkecukupan juga hidupnya, pilihan orang tua memang yg terbaik buat anaknya, ga tau juga kalo dia salah pilih, wallahualam......
Wiwie Aprapti
waduhhhhhhhh encok ga tuhhh si Alya di garap Evan 🤭🙃
Wiwie Aprapti
yg lain travelotak.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!