Jingga, Anak dari seorang konglomerat. Meninggalkan keluarganya demi menikah
dengan pria yang di cintainya.
Bukannya mendapatkan kebahagiaan setelah menikah, ia justru hidup dalam penderitaan.
Akankah Jingga kembali ke kehidupannya yang dulu atau bertahan dengan pria yang menjadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tau Orang Yang menyayanginya
Saat berada di kantor, Nabila rewel saat berada di ruangan Gantara, membuat Jingga membawanya untuk keluar berjalan-jalan disekitaran Kantor itu.
"Jingga, apa kabar?" tanya Aditya menghampiri Jingga. Jingga hanya tersenyum menjawabnya.
"Nabila, ini ayah. Bagaimana kabar kamu, Nak?" Mengusap kepala Nabila.
"Nabila baik-baik saja, Mas," jawab Jingga.
"Apa aku boleh menggendongnya?"
"Tentu saja," jawab Jingga membuat Aditya pun mencoba untuk menggendong putrinya. Namun, begitu ia mendekat putrinya langsung berbalik dan memeluk Jingga.
"Maaf Mas, sepertinya Nabila tak mau digendong olehmu. Jangan dipaksa ya, nanti dia menangis, dia memang tak gampang dekat dengan orang yang baru dilihatnya."
"Jingga, aku ini ayahnya."
"Iya, Mas. Aku tahu kamu adalah ayahnya, tapi aku minta maaf Nabila sepertinya tak mengenalimu, dia tak mau digendong olehmu. Lihatlah dia bahkan sudah akan menangis, tolong jangan paksa dia."
"Enggak, sebentar saja, ayah gendong ya, ayah kangen, Nak."
Aditya pun mengambil dengan paksa Nabila dari gendongan Jingga membuat anak itu pun kini menjerit menangis ketakutan, pasalnya selama ini ia tak pernah melihat sosok ayahnya dan Nabila sendiri sudah pandai mengenali orang-orang yang ada di sekitarnya.
"Ini ayah Nabila, jangan nangis digendong sama ayah, kita jalan-jalan ya," ucap Aditya mencoba untuk membawa Nabila menghampiri jendela kaca besar gedung tersebut, memperlihatkan pemandangan yang indah dari atas sana. Namun, anak itu tetap saja menjerit dan mencondongkan badannya ingin kembali digendong oleh Jingga.
"Mas, berikan Nabila padaku. Dia menangis nanti dia bisa sakit jika dibiarkan terus menjerit seperti itu, apa kamu tak kasihan," ucap Jingga yang mencoba mengambil putrinya dari gendongan Aditya. Namun, Aditya menepisnya bahkan sedikit mendorong Jingga menjauh darinya beruntung Gantara datang dan menahan Jingga agar tak terjatuh.
"Berikan Nabila padaku," ucap Gantara menghampiri Aditya dan ingin mengambil Nabilam. Aditya tak punya pilihan lain dan mengambil Nabila kegendongan Gantata, anak iu yang sudah terlanjur sayang pada Gantara langsung memeluk Gantara dan menyembunyikan wajahnya di leher Gantara, walau Aditya masih ingin menggendong anaknya, tentu saja dia akan menuruti apa yang dikatakan oleh bosnya. Gantara bahkan pernah mengancamnya jika dia sampai macam-macam pada Jingga, ia akan memecatnya dari perusahaan tersebut membuat Aditya yang sudah berada di posisi yang lumayan tinggi di perusahaan itu menuruti apa yang dikatakan oleh Gantara.
"Jangan memaksa jika memang Nabila tak mau, dia tahu mana orang yang harus disayanginya dan mana tidak!" tegas Gantara kemudian ia pun berlalu dari sana menggandeng Jingga dan Nabila di gendongannya, meninggalkan Aditya yang hanya bisa melihat mereka dengan pandangan kekecewaan, dia melihat penampilan Jingga yang terlihat jauh berbeda. Mantan istrinya itu terlihat jauh lebih cantik, lebih segar, dari saat bersamanya.
Penyesalan demi penyesalan terus dirasakannya, mengapa ia melakukan hal-hal yang membuat ia harus kehilangan sosok wanita yang begitu dicintainya. Mengapa hanya demi seorang wanita yang sama sekali tak pantas untuk dibandingkan dengan Jingga ia melakukan semua itu.
Aditya menatap Tessa yang kini sudah memiliki kekasih lain lagi, dalam sebulan ia bisa bergonta-ganti pacar lebih dari sekali, ia semakin melihat bagaimana sisi buruk dari wanita yang pernah diutamakannya dari anak dan istrinya itu, wanita penyebab dari kehancuran rumah tangganya.
"Mengapa aku begitu bodoh mengorbankan Jingga hanya demi bersama dengan Tessa. Aku terlena dengan kenikmatan sesaat yang ditawarkan Tessa dan membuang kebahagiaan dan masa depanku bersama dengan Jingga dan anakku," lirihnya penuh penyesalan melihat Jingga yang sudah semakin berjalan menjauh sambil menggandeng Gantara.
Aditya hanya menghela nafas dan kembali bekerja. Mungkin sebaiknya dia menyibukkan diri dengan pekerjaannya daripada terus meratapi penyesalannya.
Saat di perjalanan menuju ke tempat tujuan mereka, Jingga terus saja terdiam, bahkan kini Nabila sudah tidur di dada Gantara. Satu tangannya menahan Nabila dan tangan lainnya fokus pada kemudi.
"Jika kamu memang sedang tak mood kita belanjanya besok saja, sekarang kita pulang. Bagaimana?"
"Nggak papa kok, Mas. Kita belanja sekarang saja, aku nggak papa," ucap Jingga tersenyum. Namun, Gantara tahu senyuman itu hanyalah senyum terpaksa, ia bisa melihat kesedihan di mata wanitanya itu, entah apa yang dirasakan oleh Jingga saat ini.
Seketika rasa takut di hati Gantara menyelimutinya, takut jika Jingga sampai kembali goyah dan masih mencintai Aditya.