NovelToon NovelToon
Senandung Hening Di Lembah Bintang

Senandung Hening Di Lembah Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Romansa Fantasi
Popularitas:431
Nilai: 5
Nama Author:

Berada di titik jenuh nya dalam pekerjaan Kania memutuskan resign dari pekerjaan dan menetap ke sebuah desa. Di mana di desa tersebut ada rumah peninggalan sang Kakek yang sudah lama Kania tinggalkan. Di desa tersebutlah Kania merasakan kedamaian dan ketenangan hati. Dan di desa itu jugalah, Kania bertemu dengan seorang, Bara.

Season 2 : 34 Mengakar Demi Desa

Saat subuh hari tiba, Radit dan Bara berlari kencang menuju saluran irigasi utama setelah menerima laporan darurat dari seorang petani. Mereka tiba dan melihat pemandangan yang mengerikan: dinding saluran air telah dibobol secara rapi di beberapa titik strategis, mengalihkan air utama menjauhi kebun kopi dan sawah.

Radit berlutut di samping kerusakan. “Sial! Ini bukan hanya kebun kita, Bar! Ini juga mengeringkan sawah Pak Lurah dan kebun sayur di seberang sungai! Semua akan layu kalau tidak segera diatasi.”

Wajah Bara memutih, ia menyentuh tanah yang mulai mengering.

“Ini bukan serangan bisnis lagi, Dit. Ini adalah upaya untuk mematikan pencaharian Desa ini! Tuan Dirga benar-benar ingin kita menyerah!”

Kania tiba, berlari dari rumah dengan napas terengah-engah. Ia melihat kerusakan itu dan langsung mengerti skala bencana nya.

Kania mengambil tablet, wajahnya tegang. “Kita punya waktu paling lama tiga jam sebelum tanaman mulai mengalami kerusakan permanen. Kita tidak bisa menunggu tukang ledeng dari kota! Kita harus memperbaikinya sekarang juga!”

“Kita hanya berdua, Kani! Dan para pekerja belum akan datang paling tidak satu jam lagi.”

Kania menoleh menatap Bara dengan tatapan yang penuh tekad.

“Kita tidak hanya berdua. Ini bukan lagi tentang Akar Kencana. Ini tentang Ranu Asri. Kita harus membuktikan bahwa desa ini punya akar yang lebih kuat daripada uang yang dimiliki Tuan Dirga!”

“Coba kamu hubungi semua petani, Mas Bara. Kau adalah pemimpin mereka. Minta mereka datang ke sini sekarang juga, bawa semua sekop, karung, dan terpal! Aku akan hubungi Ayahku untuk memanggil tim darurat dari Dinas Pengairan Kota!”

Bara tidak lagi melihat Kania sebagai gadis kota yang manja. Ia melihat Ratu yang membela Kerajaannya.

Bara mengangguk cepat. “Baik. Kamu urus masalah komunikasi, aku akan urus para petani.”

Bara segera berlari menuju perkampungan, teriakannya membangunkan seluruh Desa Ranu Asri. Kania, dengan tangan gemetar, mulai menelepon, berjuang melawan waktu demi menyelamatkan desa yang kini menjadi rumahnya.

Matahari mulai terbit, tetapi masih terasa dingin. Bara kembali bersama puluhan warga Desa: petani tua dan muda, Dini dan kelompok tenunnya, bahkan Ibu Wati. Mereka membawa sekop, cangkul, karung, dan terpal. Tidak ada yang bertanya terlalu banyak; mereka hanya ada tahu krisis yang mengancam Desa mereka.

Bara segera memimpin. Ia membagi tim; tim satu membuat tanggul sementara dengan karung pasir, tim dua membersihkan puing-puing.

“Cepat! Kita tidak punya waktu! Kita harus menahan aliran air sungai yang terbuang!”

Kania mengenakan sepatu bot dan baju yang mulai kotor, tidak canggung. Ia memegang walkie-talkie (ia pinjam dari Radit) dan tablet, menjadi pusat komando.

“Dini, pastikan Ibu Wati menyiapkan teh hangat dan makanan ringan! Kita harus menjaga energi para pekerja! Radit, periksa saluran sekunder di sektor utara. Pastikan air nya tidak masuk ke kebun yang salah!”

Kania bergerak cepat, mengoordinasikan bantuan dari kota (tim pengairan darurat Ayahnya sedang dalam perjalanan), sementara memimpin di garis depan yang melibatkan fisik.

Radit berjalan melewati Bara sambil membawa karung pasir. “Ini gila, Bar! Dia pikir dia bisa memecah belah kita, tapi dia justru membuat kita bekerja lebih keras dari sebelumnya!”

“Air adalah nyawa kami! Kami akan mati memperjuangkan air ini!” Ujar Petani Tua sambil menambal lubang dengan lumpur.

Kania melihat seorang wanita tua kelelahan. Ia segera menghampiri, membantu wanita itu berdiri, dan menyerahkan sebotol air mineral yang ia bawa dari persediaan air di kedai.

“Tuan Dirga mencoba membeli kami, memecah belah kami, dan kini ia mencoba membuat kami layu. Tapi ia lupa, kami semua memiliki akar yang sama di tanah ini. Kami tidak hanya berjuang untuk bisnis kami; kami berjuang untuk ‘Rumah’ kami.”

Tepat saat matahari mulai naik, tim dari kota pun tiba, tetapi sebagian besar pekerjaan darurat telah selesai. Desa Ranu Asri berhasil menahan kebocoran besar, menyelamatkan sebagian besar tanaman dari kekeringan.

Bara dan Kania berdiri di sisi saluran air yang kini mengalir tenang. Mereka berlumuran lumpur, kelelahan, tetapi mata mereka dipenuhi kemenangan.

Bara melihat ke sekeliling, pada warga desa yang bersatu. “Kita berhasil, Kani. Kita berhasil.”

Kania menyentuh bahu Bara yang kotor. “Kita membuktikan padanya, Bara. Di sini, di Desa Ranu Asri, kita tidak akan pernah layu.”

********************************

Beberapa hari kemudian setelah insiden sabotase, Kania dan Bara berada di ruang menyimpanan. Terlihat Kania sedang melakukan panggilan video dengan Ayahnya, Mr Haryo, yang berbicara dari kantornya di kota. Radit mendengarkan dari meja kasir.

“Jadi, Pak Rio menemukan bukti kuat tentang koneksi perusahaannya ke insiden sabotase irigasi air?”

“Tepat. Ditambah lagi, video yang kalian buat itu membuat Dirga kehilangan kepercayaan dari bank-bank besar. Dia tidak hanya kalah tuntutan, Kania, dia kehilangan jaringan dan reputasinya. Serangan balik branding kalian sangat efektif. Dia kini harus menghadapi tuntutan dari pemerintah daerah karena menganggu fasilitas publik.”

Bara mengepalkan tangan, menahan emosi. Ini adalah keadilan yang layak.

“Terima kasih banyak, Pa. Kami tidak akan pernah bisa memenangkan pertarungan hukum ini tanpa bantuan Papa.” Ujar Bara.

“Jangan berterima kasih padaku, Bara. Berterima kasihlah pada putriku. Dia menunjukkan bahwa dia tidak hanya punya keahlian yang bagus, tapi juga hati yang berakar pada prinsip. Dia memilih untuk membela Desa kalian.”

Pak Haryo tersenyum lega. “Dirga telah mundur sepenuhnya. Dia tidak akan menganggu Desa Ranu Asri lagi.”

Panggilan berakhir. Bara dan Kania saling berpandangan. Kemenangan ini terasa jauh lebih besar daripada penjualan kopi yang tinggi.

Radi berjalan menghampiri mereka. “Kita menang, Bar! Kita menang! Kalian berdua keren sekali!”

Bara memeluk Radit. “Kita menang, Dit. Kita semua menang.”

Bara menoleh ke Kania. Ketenangan di wajah Kania adalah penguatan terbesar baginya.

“Sekarang apa yang harus kita lakukan?” Tanya Bara.

Kania menarik Bara keluar, menunjuk ke kebun kopi yang subur. “Kita harus kembali ke hal yang paling penting. Kita akan mengumpulkan semua keuntungan dari penjualan luar biasa ini, dan kita akan segera menyelesaikan Pondasi Rumah Kita.”

Bara menggenggam tangan Kania dengan erat. “Akar Kencana kita benar-benar berakar kuat, Kani. Kita telah membuktikan bahwa kekompakan kita—antara hati dan strategi, antara desa dan kota—adalah yang terbaik.”

Mereka berdua berjalan menuju lokasi pembangunan rumah mereka, siap untuk menyelesaikan babak perjuangan ini dan melanjutkan ke babak bahagia.

Malam Harinya.

Ibu Wati telah menyiapkan hidangan istimewa—nasi liwet dan ayam bakar—sebagai syukuran kecil-kecilan. Kania, Bara, Radit, Dini berkumpul di meja, berbagi makanan dan canda tawa.

Ibu Wati wajahnya berseri-seri. “Ibu bangga pada kalian semua. Kalian menunjukkan bahwa desa ini tidak bisa dibeli atau ditakuti. Kemenangan ini adalah kemenangan kita semua.”

Radit dengan penuh semangat. “Aku tidak percaya! Kita melawan konglomerat kota hanya dengan smartphone Kania dan cangkul kita!”

Kania tersenyum “Kita melawannya dengan pondasi yang kuat, Dit. Akar Kencana kini benar-benar teruji.”

Bara menarik napas lega. “Kalau begitu, sekarang saatnya kita kembali ke rencana utama kita. Perang sudah selesai, selanjutnya acara lamaran, dan pernikahan.”

Ibu Wati bertepuk tangan dengan gembira.

“Ibu sudah mengatur tanggal baiknya. Dua bulan dari sekarang.”

“Aku punya permintaan khusus. Aku ingin pernikahannya dilakukan di kebun kopi. Di tempat yang sama saat Bara berjanji padaku.”

Bara menatap Kania penuh dengan cinta. “Itu ide terbaik yang pernah kudengar. Di tempat kita menanamkan akar kita.”

“Kalau begitu, kita butuh tim! Mas Radit, kau urus logistik dan penataan area upacara di kebun. Dini, kau urus dekorasi. Aku ingin semuanya dari kerajinan tangan Desa. Kita akan menjadikan pernikahan ini perayaan Desa Ranu Asri.”

Radit dan Dini, dengan senang hati, menerima tugas baru mereka. Tugas terakhir yang tersisa adalah menciptakan kebahagiaan yang sempurna.

“Siap, Bos! Kami akan membuat Tuan Haryo terkesan dengan pesta desa!” Ujar Radit.

“Dan aku akan memastikan setiap sudutnya beraroma kopi dan bunga!” Seru Dini riang.

Kania dan Bara saling menatap di tengah tawa teman-teman mereka. Mereka tahu, pondasi pernikahan mereka kini dibangun oleh cinta, kepercayaan, dan dukungan seluruh desa.

1
Yuri/Yuriko
Aku merasa terseret ke dalam cerita ini, tak bisa berhenti membaca.
NP: Terima kasih kak sudah menikmati cerita ini 🙏
total 1 replies
Starling04
Membuatku terhanyut.
NP: Terima kasih kak 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!