Pengorbananku Di Hargai Pengkhianatan

Hingga malam hari Bram belum juga pulang. Sepertinya pulang malam, kini sudah menjadi kebiasaannya. Semenjak ia berhubungan dengan wanita murahan itu.

Dia selalu berkata tak akan melepaskan Luna, karena tak bisa jauh dari Khairul. Tapi apa? sekarang Bram Bahkan tak punya waktu. Walau hanya untuk sekedar bermain bersama Khairul, anak yang selalu ia rindukan dulu sewaktu mereka masih harmonis. Sebelum ada duri yang menusuk di antara mereka.

Sepertinya memang keputusan luna untuk mengakhiri semuanya sudah sangat tepat, setelah misinya berhasil tentunya.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 09.00 malam. Khairul Sudah terlelap dalam mimpinya. Tak lama berselang suara mobil berhenti di depan rumah yang selama ini ditempati oleh Luna dan Khairul. Luna sudah hapal suara mobilnya.

"Ya, Bram pulang.

Luna tetap berada di dalam kamar Khairul. Tak lagi seperti kemarin malam yang berpura-pura manis menyambutnya pulang. Karena tujuannya mendapatkan tanda tangan Bram yang sudah berhasil. Jadi tak ada lagi Luna yang manis seperti kemarin.

Pintu depan sudah terkunci. Bram masuk dengan menggunakan kunci yang ia bawa

"Luna....!" teriak Bram yang baru saja melangkah memasuki rumah

Luna tak bisa membiarkannya terus berteriak memanggil namanya. Karena bisa bisa membangunkan Khairul yang sedang tidur.

Luna melangkah keluar kamar untuk menemui Bram yang sedari tadi berteriak memanggil memanggil namanya.

"Ada apa gerangan, ia teriak-teriak?"

"Ada apa sih Mas teriak-teriak? ini sudah malam. Khairul baru saja tidur, bisa nggak kamu panggil aku jangan berteriak. Aku juga nggak tuli Mas." sahut Luna sedikit emosi saat menghampirinya.

"Uang di Atm-ku Kenapa tinggal lima juta? ke mana yang dua ratu empat puluh lima juta lagi? Ini pasti ulah kamu."

Bukannya menurunkan nada suaranya, Bram justru terlihat marah. Rahangnya mengeras dengan dada naik turun serta nafas tak teratur.

"Ulahku?

"Bukankah yang memulai berulah itu kamu Mas? kemarin-kemarin dengan mudahnya kamu memberikan uang dan perhiasan kepada gundikmu itu. Kenapa saat aku mengambil uang itu, kamu Semarah ini Mas?" jawab luna pelan namun penuh penekanan.

"Yang aku berikan pada Vanessa itu tak seberapa Luna, sedangkan yang kamu ambil itu uang jumlah banyak. Jelas aku nggak terima dong." ucapnya lagi dengan lantang.

"Apa?

" Tak seberapa? kamu pikir uang yang ada di rekeningmu itu semuanya milikmu? ingat Mas, kalau aku tidak pandai dalam mengatur uang tak mungkin kamu bisa mengumpulkan tabungan sebanyak itu." ucap Luna tak mau kalah.

"Selama ini Aku berusaha agar kita bisa sama bahu membahu agar tabungan itu terkumpul. Lalu setelah semuanya terkumpul, kamu dengan mudahnya memberikan uang kepada wanita murahan itu. Bahkan kamu sendiri jarang memberikan hadiah atau perhiasan padaku Mas." tambah Luna lagi, tak kalah lantang. Kali ini Luna luapkan semuanya hingga deru nafasnya terdengar memburu.

"Luna kamu benar-benar sudah kelewatan." ucapnya bagaikan belati yang menusuk hati.

"Tidakkah kamu sadar mas, Siapa di sini yang kelewatan kamu atau aku?"

"Kamu yang memulainya Mas. Jadi jangan selalu salahkan aku." tukas luna

"Luna, Kamu kan tahu aku akan segera menikah dengan Vanessa dia minggu lagi. Bagaimana caranya kalau uangku hanya tinggal sedikit." ucap Bram sedikit mengiba. Luna hanya tersenyum miring melihatnya.

"Bukankah kamu hanya akan menikah siri dengan wanita murahan itu? jadi tak perlu uang banyak, kan?" ucap Luna ketus dengan melipat tangan di dada. Bram menggeleng mendengar ucapan Luna. Kemudian duduk di sopa menyugar rambutnya

"Sudah Mas, aku mau tidur Ini. Sudah malam." ucap Luna kemudian melenggang meninggalkannya.

"Biar kamu tahu rasa Mas, nikmati saja Mas. ini belum apa-apa." gumam Luna dalam hati.

Bersambung.....

hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏

JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓

JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA EMAK