Gita merasakan jika berada didekat suaminya merasa sangat emosi, dan begitu juga dengan sang suami yang selalu melihat wajah istrinya terlihat sangat menyeramkan.
Setiap kali mereka bertemu, selalu saja ada yang mereka ributkan, bahkan hal.sepele sekalipun.
Apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Apakah mereka dapat melewati ujian yang sedang mereka hadapi?
Ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sembilan Belas
Riri tampak gelisah dan berjalan mondar mandir dengan hatinya yang tak tenang. Ia merasa jika apa yang sudah diperbuatnya, seharusnya sudah membuat Arka tunduk padanya, dan mematuhi segala perintahnya.
"Mengapa pria itu sangat sulit ditaklukkan? Apakah aku harus kembali mendatangi rumah Mbah Jati?" gumamnya dengan lirih. Ia merasa ada yang salah pada dirinya.
Ia mengganti pakaiannya dengan sebuah rok yang lumayan pendek. Lalu sebuah kaos berbahan karet yang tak kalah ketatnya.
Ia membawa sebuah tas sandang yang berisi perlengkapan ritual dan juga untuk menyimpan ponsel serta uangnya.
Malam sudah tiba, dsn Riri keluar dari rumahnya. Mobilnya yang ia katakan tadi mengalami kerusakan dan sedang berada dibengkel hanyalah sebuah alasan saja, agar ia dapat menumpang pada Arka.
Ia mengemudikan mobilnya membelah jalanan. Besok adalah hari libur, dan itu tandanya ia tidak terburu-buru dalam perjalanannya.
Ia mengemudikan mobilnya dengan sedikit kesal. Entah mengapa ia merasa jika mendapatkan Arka adalah sebuah tujuan yang harus ia capai, dan itu tidak dapat dibantahkan.
Sudah memasuki pukul sebelas malam, dan ia kini berada dijalanan yang sunyi dan memasuki sebuah hutan.
Suasana yang gelap tak membuatnya takut, sepertinya ia sudah terbiasa dengan makhluk tak kasat mata.
Riri mulai memasuki hutan yang gelap dan tidak ada penerangan sama sekali kecuali lampu mobilnya.
Ia terus melaju dengan kecepatan yang cukup.sedang saat memasuki hutan yang ditumbuhi pepohonan besar.
Desiran angin yang bertiup dengan iringan nyanyian burung hantu menambah suasana semakin mencekam, namun tidak bagi Riri yang sudah terbiasa drngan hal itu, entah sejak kapan ia mengenal hal-hal semengerikan itu.
Sebuah rumah dengan penerangan lampu yang berbahan bakar solar tampak sangat miris sekali, sebab tidak ada satupun tetangga dikanan kirinya.
Rumah yang terbuat dari belahan papan itu me jadi satu-satunya yang ada dihutan tersebut.
Riri mengjentikan mobilnya tepat didepan rumah yang tampak tidak terawat. Rumput tumbuh dengan subur, namun sepertinya rumah ini sering dikunjungi oleh orang'orang yang datang dengan tujuan tertentu.
Dimulai dari keinginan naik jabatan, pesugihan, santet, sihir, dan sebagainya. Mereka dapat memesannya pada sang empunya rumah, sesuai harga yang dipatokkan.
Namun anehnya, banyaknya uang yang dihasilkannya, tidak membuat sang Dukun kaya raya, justru hidupnya sangat terlihat miris.
Pintu rumah itu masih tertutup. Namun adanya bekas ban mobil yang masih tampak baru dan menginjak rerumputan, menandakan jika baru saja ada tamu yang datang berkunjung.
Tok tok tok
Riri mengetuk pintu rumah yang terbuat dari papan kulit kayu tersebut. Atapnya terbuat dari anyaman rumbia dengan lantainya yang masih terbuat dari tanah liat yang sudah mengeras.
"Mbah," panggilnya dengan lirih.
"Masuk," sahut seseorang dengan suara serak dari arah dalam.
Riri mendorong pintu kayu yang terdengar berderit saat didorong. Udara pengap menyambutnya, sebab rumah itu tampak tak pernah dibersihkan, dengan sampah yang banyak berserakan, dan penghuninya seorang pria tua yang sudah berumur sepuh.
"Mbah," panggilnya lagi, sebab ia tak melihat sosok yang dicarinya. Hanya aroma kemenyan yang sepertinya baru saja selesai pembakaran.
"Mbah,"
"Ya,"
"Hah!" Riri terlonjak kaget saat melihat pria tua itu sudah berdiri dibelakangnya. "Si Mbah ngagetin saja," gerutunya dengan nafasnya yang tersengal disertai dadanya yang bergemuruh.
"Duduklah," titahnya pada Riri yang masih tampak terkejut.
Wanita muda itu menganggukkan kepalanya, lalu duduk dilantai tanah beralaskan tikar anyaman pandan yang sudah melapuk, dan uang dari bayaran jasanya selama ini entah kemana ia pergunakan, sebab tikar saja tidak terbeli.
Pria berpakain serba hitam itu berdiri memandanginya. Entah sudah berapa lali ia mecicipi tubuh wanita itu, bukankah sangat mudah baginya, karena ia bisa saja menggunakan ilmu pelet untuk menaklukkannya?
Pria sepuh dengan kulitnya yang keriput, dan ia memiliki tinggi sekitar seratus enam puluh satu centi meter, dengan berat badan yang hanya lima puluh kilo saja, termasuk ramping--bukan?
"Apa yang perlu ku bantu?" tanyanya dengan nafas yang berat. Ia melirik Riri yang duduk dengan bersila, yang memperlihatkan sebagian pahanya yang mulus.
Pria itu menyalakan sebatang rokok kretek dengan tembakau yang cukup padat. Ia menyesapnya, lalu menghembuskan asapnya ke udara tepat ke arah wajah Riri yang saat ini mereka sedang berhadapan.
"Mbah Jati, saya hanya heran mengapa Arka sangat sulit ditaklukkan? Apakah ramuan yang mbah berikan tidal manjur? Bukankah Mbah terkenal dengan kesaktiannya?" tanya Riri tak sabar.
Pria itu menelan salivanya. Ada gemuruh didadanya saat melihat wanita didepannya.
"Sepertinya kamu harus fokus terhadap pertikaian antara suami dan istri tersebut, bukankah sihir yang kekirimkan sudah cukup membuat mereka bertengkar?" jawab Mbah Jati dengan dengan menegaskan.
"Tetapi sebelum membuat mereka benar-benar hancur, aku ingin menikah dengan Arka, dan membuat Gita istrinya menjadi gila, itu adalah keinginanku," Riri menyampaikan uneg-unegnya.
"Didalam alat vitalmu ada siluman Kelabang Beracun yang bersarang disana, dan bagi pria yang sudah mencicipimu akan meninggal dunia dalam waktu dekat." ia kembali menyesap rokok cerutunya.
"Tapi pagi itu aku sudah bercinta dengannya, dan saat ketemu ia sangat tak acuh sekali! Apakah itu tandanya " Riri mengingat kejadian itu.
Pria sepuh itu terkekeh. "Bukan dia yang mencicipimu, tapi Office Boy yang menidurimu!" cibir pria tersebut.
"Hah! Apa?! Jadi bukan Arka yang meniduriku?" tanyanya dengan sangat wajah memerah. "Sialan! Pantas saja dia sumringah banget saat ketemu!"
"Heeem, sudahlah, dia juga sudah merasakan gejalanya saat ini," sahut pria itu, sembari menghabiskan rokoknya.
"Tapi aku gak rela," gerutunya dengan kesal.
"Kau menikmatinya pagi itu!" sindir Mbah Jati dengan nada sinis. "Jika kau ingin sihir itu semakin ampuh, maka kau harus melakukan ritual lain, dan hal ini akan mempercepat wanita bernama Gita itu gila, dan pastinya Arka akan meninggalkannya dengan segera," pria itu menatap Riri dengan bibirnya yang digigit menahan sesuatu yang sangat mendesak.
"Apa itu, Mbah?"
"Kau harus melayani Iblis berkepala Lembu, yang mana Iblis itu akan membantu sang Kuntilanak dan Iblis lainnya untuk merusak hubungan mereka yang damai," sahut pria tersebut.
"Hah! Iblis berkepala Lembu?" Riri seolah tak percaya.
"Ya, Kau tak dapat menolaknya! Dia bernama Lembu Sura" Mbah Jati beranjak dari duduknya. Lalu mengambil.anglo, dan membakar arang dengan minyak solar, lalu menaburkan butiran halus kemenyan bersama minyak duyung yang berbau sangat menyengat.
"Ganti pakaianmu dengan kain jarik yang ada dikamarku, dan bergegaslah kemari, sebab aku akan memanggilnya." pria itu mulai tampak berkomat-kamit membaca mantra dengan suara lirih dan tidak terdengar oleh sesiapapun.
xiexiexiexie.....
anak semata wayang yang dibangga-banggakan ternyata astaghfirullah ...
tp sayang nya si Minah belum nyadar diri ttg perbuatan anak nya itu ,, kasihan nya 🤣🤣🤣
msh penasaran aku kak Siti ,,, kira-kira apa yg terjadi pd 2 jalang itu yg pingsan di hutan,, apakah msh hidup atau mereka dh pd mati yaa ❓🤔
kak Siti maaf bukan nya kondisi Gita sdg menstruasi yaa , lalu knp Gita Sholat Subuh berjamaah dg Arka ❓🤔