follow igku @zariya_zaya
"Aku Leopard Bay Pyordova berjanji, akan selalu mencintai Shena Narendra Bonscha tanpa syarat apapun selamanya. Sepanjang hidupku, hanya akan mencintai Shena. Tidak ada wanita lain dihatiku selain wanita yang kini sudah menjadi istriku."
Tak pernah terbayangkan di benak Shena, ia bakal menjadi istri seorang sultan dengan julukan gengster nggak ada akhlak. Siapa lagi kalau bukan Leopard Bay Pyordova.
Kisah cinta mereka yang sweet, romantis dan bisa dibilang ekstrim membuat kehidupan Leo dan Shena menjadi lebih berwarna. Ditambah lagi dengan hadirnya sang buah hati dari pernikahan keduanya. Setiap masalah selalu bisa mereka selesaikan dengan gaya khas si gengster Leo.
Ini adalah sekuel dari novel Playboy Jatuh Cinta (The King in Love)
Seperti apa kisah cinta Leo dan Shena selanjutnya? Yuk simak keseruannya disetiap episodenya. Tentu saja dengan gaya khas kesomplakan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin Supriatin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 23 Addio!
Mata elang Leo langsung menyiratkan api kemarahan sangat besar saat melihat ada orang yang mencoba menyakiti wanita yang amat sangat dicintainya. Dengan membabi buta, Leo mengayunkan cambuk ikat pinggangnya sendiri dengan kuat keseluruh tubuh para preman yang menghalangi jalannya berlari kearah Shena. Leo melompat dengan lincah sambil mengayunkan ikat pinggangnya untuk menghabisi siapapun yang mencoba menghalangi langkahnya.
Sementara preman yang membawa pisau, sudah siap menikam Shena tepat diperutnya, tapi langkah kaki preman itu tertahan oleh anak laki-laki yang menggelandoti kakinya agar preman tersebut tidak bisa bergerak mendekati Shena.
“Tidak! Pergi dari situ! Apa yang kau lakukan?” Teriak Shena panik sekaligus takut juga. Ia tidak menyangka anak remaja itu bertindak nekat melindunginya. Padahal, ia bisa saja kehilangan nyawa jika terus-terusan seperti itu.
Mata Shena, terus mengamati Leo yang sedang sibuk mencambuki semua preman yang mencoba menghalangi langkahnya kemari. “Leo!” gumam Shena lirih melihat betapa kerasnya perjuangan suaminya agar bisa sampai ketempatnya tepat waktu.
“Pergi, Nyonya! Aku akan menahan orang ini di sini sampai suamimu datang!” teriak anak laki-laki itu sambil sekuat tenaga menahan langkah kaki preman yang hendak menyakiti Shena.
“Tidak!” seru Shena dengan cepat. Apalagi preman tersebut hendak menikam anak itu dengan pisaunya. “Hentikan! Jangan bunuh dia!” teriak Shena dengan lantang.
Shena juga berusaha keras mencegah hal itu terjadi, tapi ia tak bisa berlari lebih cepat dari ini. Sebab, perutnya sudah mulai keram akibat shock dan kepanikan yang ia rasakan terlalu berlebihan. Air mata Shena mengalir deras melihat preman itu hendak menikam tubuh anak laki-laki itu. Ia tak kuasa menerima kenyataan jika sampai anak itu terluka demi menyelamatkan dirinya.
Namun, di detik-detik terakhir sebelum pisau itu menjangkau punggung anak tersebut, tiba-tiba sebuah tangan menghalau pisau tajam itu hingga tertahan tak bergerak tepat diatas kepala anak laki-laki yang menunduk pasrah. Dan pemilik tangan yang menahan pisau itu adalah siapa lagi kalau bukan Leo.
Ujung pisau tersebut dicengkeram kuat oleh Leo. Tangan suami Shena mulai berdarah menahan benda tajam itu. Mata elang Leo menatap marah preman yang berdiri didepannya. Bahkan aura membunuh Leo kali ini semakin terpancar jelas diwajahnya. Sambil berteriak melampiaskan amarah, Leo menendang tubuh preman itu dengan sangat kuat hingga pisaunya terlepas dan beralih tangan ke tangan Leo yang berdarah-darah.
Shena hanya menganga dan langsung membawa anak laki-laki itu menjauh ke tempat yang lebih aman. Akibat, tendangan kaki Leo yang terlalu kuat, preman itupun jatuh tersungkur. Leo juga terus menendang-nendang tubuh preman tersebut dan tidak memberinya ruang untuk bangun melawan. Musuhnya itu berguling-guling di tanah akibat serangan yang terus-terusan diberikan Leo tanpa ampun hingga sampailah ia ke pinggiran tebing. Preman itu baru menyadari, kalau sudah tidak ada siapa-siapa lagi selain mereka berempat. Kemana seluruh anak buahnya?
“Kau mencari anak buahmu, ha?” teriak Leo seakan tahu apa yang dipikirkan preman itu. “Jangan khawatir, kau pasti akan ku kirim ketempat dimana seluruh anak buahmu berada? Kau mau tahu ada dimana mereka sekarang? Tempat itu ... jauh lebih indah daripada di surga, khususnya untuk orang-orang sepertimu! Yaitu ... neraka!” nada suara Leo terdengar menakutkan sampai preman itu jadi sedikit bergidik ngeri.
Tanpa menunggu lama lagi, Leo langsung mencengkeram kuat leher preman itu dan mencekiknya. Ia menarik paksa leher orang yang sudah berani cari gara-gara dengannya dan mendorongnya ke bibir tebing. Jika cengkeraman tangan Leo itu lepas, maka sudah dipastikan preman itu bakal jatuh ke jurang alias koaps dan tinggal nama doang.
“Beraninya kau membuat Shenaku menangis! Enyahlah kau dari hadapanku dan susul semua anak buahmu ke dasar jurang sana! Dasar berengsek kau!” Leo hendak melepas cengkeramannya, tapi preman itu berusaha berteriak menghentikan niat Leo walau ia sedang kesulitan bernapas.
“Kalau kau sampai membunuhku! Maka kau dan seluruh keluargamu akan dalam bahaya besar. Para anggota geng kapak, akan memburumu dan menghabisi seluruh keluargamu! Kau dengar itu?” teriak preman itu dan seketika Leo menarik tubuh preman itu kembali ke pinggiran tebing. Preman itu jatuh terduduk sambil terbatuk-batuk akibat cekikan tangan Leo.
“Apa, kau bilang? Geng kapak?” mata Leo semakin terbuka lebar menatap orang yang terduduk lemah didepannya.
“Kenapa? Kau mulai takut, ha?” dalam kondisi lemah, preman itu masih sempatnya tertawa. Ia mengira Leo gemetar ketakutan mendengar nama gengnya.
“Huh, jadi kau adalah salah satu anggota geng kapak?” bukannya takut seperti yang diperkirakan preman yang ada didepannya, tiba-tiba saja Leo tertawa keras, sangat keras sekali sehingga Shena sendiri juga heran. Kenapa Leo tertawa seperti itu. “Kalau begitu, suatu kehormatan bagiku bisa membunuhmu disini.” Tawa Leo mulai reda. “Artinya, tidak ada penyesalan sama sekali dalam diriku karena sudah melenyapkan iblis jahat berwujud manusia seperti kalian semua.”
Leo mendekatkan wajahnya dan menarik rambut preman itu hingga ia mendongak ke atas menatap amarah Leo. “Kau tahu kenapa? Karena geng kalian ... adalah geng yang selama ini aku cari-cari! Ternyata aku tidak perlu repot-repot mencari mereka lagi. Dengan membunuhmu, mereka pasti akan datang mencariku.” Leo menyeringai puas menatap wajah shock preman yang sudah mulai ketakutan karena ia merasa Leo bukanlah tandingannya.
Kilatan mata elang Leo semakin terbuka lebar dan ia langsung mendorong preman itu hingga terjatuh ke jurang, tapi tangan Leo masih menggenggam erat tangan preman yang tubuhnya sudah menggantung di dinding jurang menganga dan siap melahapnya jika sampai genggaman tangan Leo terlepas.
“Apa yang kau lakukan? Cepat tarik aku?” teriak preman itu ketakutan dan juga panik. Sebab, kematian benar-benar sangat dekat dihadapannya.
“Kenapa? Kau mulai takut mati? Bukankah kau sudah membunuh dan menyakiti banyak orang? Harusnya kau tak perlu takut mati? Karena sebentar lagi, kau akan bertemu dengan semua anak buahmu dan orang-orang yang sudah kau bunuh selama hidupmu. Anggap saja, kalian reuni di alam sana.” Leo tertawa sinis pada preman itu.
“Hei!” bentak preman itu dengan lantang. “Jaga ucapanmu itu bocah tengik! Jangan cari gara-gara dengan geng kapak!” ancamnya.
“Apa? Aku tidak dengar suaramu?” Leo benar-benar ahli mengintimidasi dan membuat kesal musuh-musuhnya sebelum ia benar-benar menghabisinya.
“Begitu kau membunuhku, maka duniamu pun akan hancur! Cepat tarik tanganku!” teriak preman itu semakin marah.
“Ups, maaf tanganku terluka, jadi tak bisa memegangimu lama-lama, Selamat tinggal! Addio!” Leo melepas genggaman tangannya dan penjahat itupun jatuh ke jurang sambil berteriak kencang.
“Awas kau brengseeeeeek!” teriaknya. Dalam sekejap, suara teriakan itupun menghilang. Artinya, salah satu anggota geng kapak yang selama ini dicari-cari Leo, sudah sukses menuju alam baka.
“Justru akulah yang akan menghancurkan kalian semua. Untuk itulah aku bertahan hidup sampai sekarang. Aku ... sangat menunggu kedatangan kalian semua kehadapanku.” Wajah Leo menatap kosong jurang yang entah berapa panjang kedalamannya seolah sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya masih marah bercampur emosi.
BERSAMBUNG
***
Jangan bosan menunggu ya ... love you all