Sarah dipaksa orangtuanya menikahi tunangan adiknya Sally, hanya karena Sarah seorang anak angkat yang terikat balas budi.
Sally adiknya yang selalu dimanja membuat kesalahan besar, berselingkuh dengan mantan pacarnya yang telah menikah berujung lari dari rumah bersama selingkuhannya.
Sementara itu, untuk menutupi aib keluarga dan menjaga hubungan baik dengan partner bisnis sang ayah, Sarah harus bersedia menikahi tunangan adiknya bernama Raka, seorang laki-laki dingin yang bahkan tidak tertarik dengannya.
Kehidupan rumah tangga mereka yang tanpa dilandasi cinta itu tentu saja menuai banyak konflik. Sampai kemudian Sarah menyadari bahwa diam-diam dirinya mencintai Raka.
Masalah lain bertambah saat kemudian Sally muncul kembali dan berusaha merebut kembali Raka darinya.
Apakah Sarah bisa mempertahankan suaminya dan mendapatkan cinta dari Raka ataukah Sarah harus menyerah kepada pernikahan dan cintanya?
Semoga di sukai, ya...🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 23 JANJI SEPOTONG HATI
Surabaya Fashion Parade yang di selenggarakan selama lima hari, even ini merupakan pelopor perhelatan mode besar di Surabaya. Pekan mode ini di selenggarakan di salah satu mall terbesar di Surabaya itu bekerja sama dengan organisasi profesi desainer busana dan aksesori nirlaba yang bertujuan untuk membangun dan memajukan industri mode lokal
Selama Fashion Parade berlangsung, banyak desainer ternama dari lokal maupun internasional mempertunjukkan baju-baju desain mereka.
Tema yang di usung pada fashion week kali ini, Modern smart dan Devinity essence. Sarah konsen kepada gaun malam berpotongan panjang dan menjuntai karena menurutnya mewakili kesan glamor yang menonjolkan sisi elegan perempuan.
Koleksi gaun mewah bernuansa west kingdom rancangan Sarah menonjolkan ciri khasnya, yakni penggunaan warna kalem dengan detil mewah.
Gaun pesta yang dirancang menjuntai menggunakan bahan ringan, menonjolkan kemewahan tak hanya dari potongan tapi juga permainan detil pada bagian atas busana. Model one shoulder dan gaun polos kaya detil mendominasi, menghadirkan kemewahan gaun malam dengan pilihan motif yang feminin yang menampilkan siluet tubuh.
Selama even itu, Dion selalu setia mendampingi Sarah dengan alasan lebih nyaman memonitor para model naungannya yang bekerja memperagakan baju koleksi Sarah.
Acara besar tahunan yang sangat penting bagi para desainer itu berjalan sukses. Setelah peragaan berlangsung butik Sarah kebanjiran orderan.
Dion, Sarah dan Grace merayakan kesuksesan mereka di sebuah cafe yang lumayan terkenal di Surabaya, cafe bernuansa comfy dengan setting modern beserta tanaman-tanaman rambat dan ornamen-ornamen yang menarik menghiasi dekorasi ruangan ini.
Tempat ini merupakan salah satu favorit Sarah, dengan main dining area yang luas juga mempunyai bagian outdoor seperti taman yang tempat duduknya khas seperti sangkar burung, interiornya minimalis dengan dominasi kayu.
Biasanya kalau suntuk Sarah sering nongkrong di sini sendiri sambil menghimpun inspirasinya dalam membuat satu dua rancangan, ditemani green tea latte hot yang creamy dan pancake yang di taburi topping buah-buahan kesukaannya sembari mengawasi pengunjung yang datang.
"Kok kita merayakan di sini, Cay?" protes Dion.
"Aku maunya di sini, sudah lama aku tidak ke sini" sahut Sarah.
"Masa sekelas acara celebrate, merayakannya di cafe saja" Dion pura-pura kesal.
"Kamu maunya dimana?" Sarah balik bertanya.
"Di club atau di mana gitu..." Dion nyengir.
"Memangnya sejak kapan aku suka ke Club?" Sarah mendelik.
"Ya, sekali-kali tak apa lah..." Grace membela Dion.
Sarah menggeleng-geleng kepalanya, sambil menikmati pancake di piringnya.
"Jen mana?" Grace menanyakan asisten Sarah, yang biasanya nempel di belakang Sarah selama even berlangsung.
"Dia sibuk menerima orderan klien..."jawab Sarah, memang luar biasa pengaruh dari keikutsertaannya di fashion show kali ini. Ada beberapa klien luar daerah yang juga tertarik dengan koleksi rancangan Sarah, selain klien-lien langganan butik mereka selama ini.
"Sar, suamimu mana?" tiba-tiba Grace bertanya dengan wajah penasaran.
"Selama beberapa hari acara fashion show, aku belum sekalipun melihat suamimu?" lanjut Grace dengan mimik yang serius.
"Penting?" Sarah mengernyit dahinya kepada Grace. Rasanya hidupnya cukup tenang beberapa hari ini tanpa kehadiran Raka.
"Ya, secara kalian kan suami istri masa tidak ada bertemu sudah berhari-hari" Grace menggoda Sarah.
"Ah, suami istri pura-pura juga kok, ngapain sering-sering bertemu!" Dion menyahut, mukanya manyun tidak senang dengan topik pembicaraan dua wanita di depannya itu.
"Dia tidak pernah telpon?" tanya Grace tanpa memperdulikan Dion.
"Siapa?" Sarah bertanya acuh.
"Ya, Raka lah!" Jawab Grace cepat.
Sarah menggelengkan kepalanya. Pertanyaan Grace tiba-tiba terasa mengusik hati Sarah. Tiba-tiba dia merasa memang ada yang aneh, sekalipun Raka tak pernah menghubunginya dalam seminggu lebih ini.
"Kamu juga tidak pernah menghubungi dia?" tanya Grace keheranan, meskipun hanya suami istri diatas kertas menurut Grace tidak normal juga tidak pernah saling menghubungi lebih dari seminggu.
"Untuk apa?" Sarah balik bertanya kepada Grace.
"Astaga, Sar...kamu kok sinis sekali, padahal menurutku Raka itu baik" Grace menatap Sarah dengan wajah keheranan.
"Baik di mananya?" Dion menyela.
"Kalau dia baik, dia tidak akan memaksakan orang untuk menikah dengannya demi kepentingannya. Orang baik pasti bisa mempertimbangkan perasaan orang lain!" Lanjut Dion berapi-api.
"Ku rasa Dion benar, kalau dia benar-benar baik, dia pasti menggunakan perasaannya" Sarah mendesah seolah berbicara pada dirinya sendiri.
Dion tersenyum puas mendengar kalimat yang keluar dari mulut Sarah.
"Tapi, masa kalian tidak berkomunikasi?"
"Untuk apa?"
"Kalian kan tetap suami istri statusnya, biar bagaimanapun pastilah perlu komunikasi paling tidak urusan keluarga kalian atau apalah..."
"Kalau dia merasa ada yang perlu di bicarakan, dia akan datang sendiri"
Grace cuma mangut-mangut melihat gaya Sarah yang cuek.
"Sudahlah, Grace...kita tidak perlu membahas hal yang tidak penting di sini kan?" Dion melotot kepada Grace. Topik pembicaraan mereka benar-benar mengganggu suasana hati Dion.
"Eh, Sar...aku mau tanya nih..." Grace merapatkan tubuhnya mendekati Sarah.
Sarah menoleh pada sahabatnya ini dengan alis berkerut.
"Apa?"
"Di rumah mertuamu kamu tidur sekamar dengan Raka?" Grace melontarkan pertanyaan yang hampir membuat kopi yang sedang diseruput Dion tersembur.
"Ya, iyalah...memangnya mau tidur di mana?" Sarah menjawab sekenanya. Jawaban Sarah tak urung membuat wajah Dion memerah karena cemburu yang tidak bisa disembunyikannya.
Mata Grace berputar lucu, seolah mengharapkan kelanjutan kalimat dari mulut Sarah.
"Terus..."
"Terus apanya?!"
"Kalian tidur seranjang?"
"Hush! tidak mungkinlah seranjang!"
Jawaban Sarah selanjutnya, seolah es yang mendinginkan perasaan Dion yang tadi tiba-tiba memanas.
"Raka dimana tidurnya?"
"Di Sofa! puas?" Sarah melotot pada temannya yang usil ini.
"Belum..." Grace balas melotot dengan mimik lucu.
"Dia tidak melakukan apa-apa padamu?" tanya Grace lagi.
"Melakukan apa sih?" Tanya Sarah sewot.
"Itu...melakukan itu...seperti menyentuhmu, mencium..."
"hush! otakmu itu selalu saja kotor" Sarah mendorong kawannya itu dengan risih, disambut gelak tawa Sarah.
Dion hanya mesem-mesem melihat dua perempuan di depannya itu. Ada perasaan lega mengalir dalam perasaannya. Rasa penasaran yang diam-diam juga dipendamnya terwakili oleh pertanyaan Grace.
"Tapi, hati-hati lho, Sar...kalau keseringan berduaan di dalam kamar bisa kesambit" Grace terkekeh melihat Sarah yang memasang wajah kesal padanya.
"Kesambit apa?!"
"Kesambit cinta..." Grace tergelak lagi.
"Cinta kepalamu!" Sarah mencubit Grace dengan dongkol. Sahabatnya ini memang senang sekali menggodanya.
Hari menjelang gelap, mereka masih saja asyik ngobrol di cafe itu.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata dari kejauhan, di meja sudut yang tersembunyi, mengawasi dengan tatapan yang campur aduk. Melihat tawa Sarah yang begitu lepas membuatnya merasa sangat bersalah dengan apa yang dilakukannya pada gadis ini.
Tanpa ada dirinya disekitar gadis itu, benar-benar membuat gadis yang berstatus istri untuknya itu terlihat sangat bahagia.
Tapi, mama yang telah menghubunginya dari dua hari kemarin, selalu menanyakan kabar Sarah dan dirinya terpaksa membuatnya mengambil ponsel diatas meja dan mengetik sebuah pesan,
"Besok sore aku menjemputmu, kita menginap di rumah mama"
Nada pesan singkat di ponsel Sarah menyela keasyikan mereka mengobrol.
Pesan dari Raka. Seketika raut wajah Sarah berubah. Keceriaannya memudar.
Raka yang memandang perubahan wajah gadis itu dari jauh, merasa semakin bersalah.
"Maafkan aku yang harus berbuat ini, beri aku waktu sebentar lagi. Aku berjanji untuk mengembalikan senyummu yang harus ku rampas demi sepotong hati yang egois ini."
Bisik Raka dalam hati.
masih ingat aku.