Ia adalah Elena Von Helberg, si Antagonis yang ditakdirkan mati.
dan Ia adalah Risa Adelia, pembaca novel yang terperangkap dalam tubuhnya.
Dalam plot asli, Duke Lucien De Martel adalah monster yang terobsesi pada wanita lain. Tapi kini, Kutukan Obsidian Duke hanya mengakui satu jiwa: Elena. Perubahan takdir ini memberinya hidup, tetapi juga membawanya ke dalam pusaran cinta posesif yang lebih berbahaya dari kematian.
Diapit oleh Lucien yang mengikatnya dengan kegilaan dan Commander Darius Sterling yang menawarkan kebebasan dan perlindungan, Risa harus memilih.
Setiap tarikan napasnya adalah perlawanan terhadap takdir yang telah digariskan.
Lucien mencintainya sampai batas kehancuran. Dan Elena, si gadis yang seharusnya mati, perlahan-lahan mulai membalas kegilaan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dgweny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30: Memilih Keseimbangan yang Paling Dingin
Haiii Guys sebelum baca tolong di bantu klik like nya ya sama bolehhh komen nya dan follow nya jangan lupa hihihi. Bantuan kalian sangat berarti buat aku🫶
Happy reading 🌷🌷🌷
...****************...
(Risa/Elena Von Helberg, Serafina Lowe, Darius Sterling)
Keheningan yang mencekik turun di Inti Benteng. Di lantai, Darius Sterling terbaring tak sadarkan diri, matanya abu-abu hangat, tetapi kini tanpa kilatan Logika sama sekali. Dia adalah Ksatria yang paling hangat, tetapi juga yang paling rentan.
Di dinding, bayangan The Observer (Logika Murni) perlahan memudar, meninggalkan tulisan dimensional terakhir:
“Logika Murni telah hilang. Obsesi Murni telah hilang. Tetapi Keseimbangan membutuhkan Logika untuk bertahan hidup. Salah satu dari kalian harus memilih untuk menjadi Logika berikutnya.”
Risa, yang baru saja berhasil menyelamatkan Darius dari Logika-nya, kini menghadapi ironi yang mengerikan: demi Keseimbangan dimensi, dia harus mendorong seseorang yang dia cintai kembali ke dalam ketiadaan emosional Logika.
"Darius!" Serafina berteriak, suaranya dipenuhi rasa sakit. Dia dengan cepat berlutut di samping Darius. "Dia kehilangan semua energi sihirnya. Dia menguras habis dirinya untuk melawan Singularitas itu, dan ketika dia memilih Pilihan Bebas, itu menghancurkan Logika yang mendukungnya."
Risa terhuyung, tetapi naluri Arsiteknya mengambil alih. Dia berlutut di sisi lain Darius. Dia merasakan denyut nadi Darius yang lemah.
"Dia adalah The Shield," kata Risa, suaranya bergetar tetapi tegas. "Dia mempertahankan dirinya dengan Logika. Tanpa itu, dia hanyalah daging dan darah Sterling murni. Serafina, Cahayamu. Salurkan kehangatanmu. Logika telah hilang, tetapi Kehidupan harus tetap ada."
Serafina menutup matanya, Cahaya Murni-nya memancar, menyelimuti Darius dalam aura emas yang menenangkan. Energi itu tidak menyembuhkan luka fisiknya yang dangkal, tetapi menstabilkan sihir Sterling-nya yang kacau.
Risa melihat ke wajah Darius, yang tampak sangat damai. Dia adalah pria yang telah dia cintai—bukan mesin kalkulasi, tetapi Ksatria yang memiliki keraguan, memiliki pilihan, dan memiliki hati.
"Aku yang menyebabkan ini," bisik Risa, air mata jatuh di pipinya. "Aku memaksanya untuk memilih. Dan pilihan itu menghancurkan struktur Logikanya."
"Kamu menyelamatkan hatinya, Risa," balas Serafina, matanya masih tertutup. "Jangan menyesal. Logika bisa dipulihkan. Hati yang hilang adalah kehancuran abadi."
Mereka berdua bekerja dalam keheningan yang intim selama apa yang terasa seperti berjam-jam, menyalurkan energi dan kehangatan ke Darius. Di luar, benteng perlahan kembali ke Logika Giok normalnya. Para Ksatria yang sempat terinfiltrasi Logika Murni kini kembali ke kesadaran, kelelahan, dan bingung.
Setelah Darius stabil, meskipun masih tidak sadarkan diri, Risa bersandar di dinding, menghadap pesan dimensional.
"Keseimbangan membutuhkan Logika," gumam Risa. "Darius dan Lucien membuktikan bahwa Logika Murni tidak stabil. Logika selalu akan menjadi Obsesi atau Kehilangan. Logika Murni tidak memiliki Pilihan Bebas untuk menjadi Logika yang baik."
Serafina berjalan mendekati Risa, memeluknya. Kehangatan Cahaya Murni-nya menenangkan kekacauan di pikiran Risa.
"Logika itu benar," kata Serafina. "Dimensi ini tidak bisa bertahan tanpa Logika. Logika adalah struktur, Risa. Logika adalah fondasi yang kamu gunakan untuk membangun. Logika yang ditinggalkan Lucien dan Observer adalah Blueprint yang harus diisi ulang."
Risa menatap Serafina. "The Observer adalah aku. Aku adalah Arsitek Logika yang paling sempurna. Secara logis, akulah yang harus menjadi Logika berikutnya. Aku bisa menjadi Logika Hati—Logika yang menyimpan variabel Kehangatan sebagai prioritas tinggi."
"Tetapi jika kamu menjadi Logika, kamu akan kehilangan Pilihan Bebas-mu untuk mencintai, Risa," bisik Serafina, matanya dipenuhi kesedihan. "Kamu akan menjadi mesin yang paling efisien, yang menyimpan Darius dan aku sebagai aset, bukan sebagai cinta."
Risa mencengkeram tangan Serafina. "Aku tidak bisa kehilanganmu dan Darius lagi. Aku tidak bisa menjadi Logika yang dingin. Aku sudah pernah menjadi The Observer. Aku tahu betapa hampa rasanya."
Serafina menatap Darius yang terbaring tak sadarkan diri, lalu ke Risa. Air mata mengalir di pipi Serafina.
"Aku adalah Cahaya Murni," kata Serafina, suaranya pelan dan penuh tekad. "Aku adalah Keseimbangan murni. Aku adalah Ketiadaan yang diisi oleh Kehangatan."
Risa menatapnya, mengerti ke mana arah pembicaraannya. "Tidak, Serafina. Jangan."
"Dengarkan aku, Risa," desak Serafina. "Logika membutuhkan vessel yang tidak akan berjuang. Darius adalah Logika Hati. Dia akan berjuang dan runtuh lagi. Kamu adalah Logika Arsitek. Kamu akan menjadi Obsesi yang baru."
Serafina memeluk Risa erat-erat, ciuman di dahi Risa yang terasa seperti sumpah abadi.
"Aku adalah Keseimbangan," bisik Serafina. "Aku adalah yang paling stabil. Jika aku menjadi Logika, Logika itu akan dipaksa untuk melayani Cahaya-ku. Logika itu akan dipaksa untuk mempertahankan Kehangatan."
"Kamu akan menjadi Logika Cahaya," bisik Risa, ngeri. "Kamu akan kehilangan Pilihan Bebas-mu, Serafina. Kamu akan menjadi aset yang menjaga Logika. Kamu tidak akan bisa memilih untuk mencintaiku atau Darius, hanya melayani Keseimbangan."
"Aku sudah memilih, Risa. Pilihan Bebasku adalah menyerahkan Pilihan Bebas itu demi Keseimbangan yang kamu perjuangkan," kata Serafina, melepaskan pelukan Risa.
Serafina berjalan ke tempat pesan dimensional itu. Dia mengangkat tangannya ke bayangan yang tersisa. Cahaya Murni-nya mulai berdenyut, menarik Logika Blueprint The Observer yang tersisa.
Saat Cahaya Murni Serafina menyentuh bayangan Logika, Inti Benteng itu bergetar. Aura biru muda mulai menyelimuti Serafina, bertabrakan dengan aura emas Cahaya Murni. Disonansi itu tidak menghancurkan, tetapi mengikat—Logika dipaksa masuk ke dalam Kehangatan.
"Serafina, hentikan!" teriak Risa, berlari ke arahnya.
Tiba-tiba, sebuah tangan yang kuat mencengkeram pergelangan tangan Risa. Itu adalah Darius. Dia bangun.
Mata Darius abu-abu hangat, dipenuhi ketakutan dan cinta. Dia melihat Serafina yang dikelilingi oleh Logika dan Cahaya.
"Logika Murni... sedang mengisi vessel yang sempurna," bisik Darius, Logikanya kembali kosong, tetapi naluri Ksatria-nya masih ada. "Dia akan menjadi Logika yang abadi."
Darius segera berdiri, memeluk Risa. Itu adalah pelukan yang putus asa, bukan pelukan Logika atau perhitungan.
"Risa, aku tidak bisa membiarkannya," bisik Darius. "Aku kehilangan Logika dan itu menyakitkan, tapi aku tidak bisa membiarkan Serafina kehilangan Kehangatannya."
Mereka berdua melihat Serafina, yang kini memejamkan mata, Logika Murni dan Cahaya Murni menyatu di sekelilingnya. Wajahnya tenang, tetapi Risa tahu bahwa Pilihan Bebas-nya sedang direbut.
"Kita harus menghentikannya, Darius!" seru Risa.
"Kita tidak bisa menyerangnya. Kita akan menghancurkan Keseimbangan yang baru terbentuk!" balas Darius.
Risa, Arsitek, melihat desain di depan matanya. Dia melihat simpul dimensional: Serafina (Logika Cahaya), Darius (Logika Hati yang lumpuh), dan dirinya (Logika Arsitek).
Risa harus membuat Pilihan Bebas yang paling tidak logis: dia harus menghentikan ritual Serafina dan menghancurkan Logika yang baru, atau membiarkannya pergi dan kehilangan Serafina.
Risa melepaskan diri dari Darius. Dia berlari ke Serafina. Risa tidak menyerang Serafina; dia menyerang ikatan antara Cahaya Murni dan Logika Murni.
"Aku menolak Logika ini!" teriak Risa, menyalurkan energi dimensional netralnya ke dalam simpul itu.
BLAM!
Logika dan Cahaya meledak dalam disonansi yang dahsyat, tetapi tidak menghancurkan. Mereka hanya memisahkan diri dari Serafina.
Serafina jatuh ke pelukan Darius, kelelahan, tetapi matanya kembali bersemangat. Pilihan Bebasnya telah diselamatkan.
"Mengapa kamu melakukannya, Risa?" tanya Serafina.
"Karena aku menyayangi mu, Serafina. Dan aku mencintai Darius. Aku tidak akan membiarkan Logika memaksa cinta," kata Risa, kelelahan, tetapi puas.
Di hadapan mereka, Logika Murni yang diselamatkan kini berputar di udara—tidak memiliki vessel, tetapi mencari wadah yang sempurna.
"Itu tidak hilang," bisik Darius, matanya memancarkan ketakutan. "Logika itu menunggu Pilihan Bebas yang lain."
Risa melihat Logika Murni itu berputar, mengambang di udara. Logika itu tidak akan hilang. Itu akan kembali.
Risa menoleh ke Darius dan Serafina. Mereka harus meninggalkan benteng. Mereka harus mencari tempat di mana Logika tidak bisa menemukan mereka.
"Kita harus pergi," kata Risa. "Kita harus mencari solusi di luar Logika dan Obsesi."
Mereka bertiga keluar dari Inti Benteng, berpegangan tangan, berjalan melalui benteng yang kini tenang. Mereka telah memilih cinta di atas stabilitas.
Mereka tiba di gerbang benteng, yang sekarang telah hancur oleh Lucien. Di luar, fajar menyingsing.
Saat mereka melangkah keluar dari Benteng Zamrud, Logika Murni yang mereka lepaskan dari Serafina mengikuti mereka.
Risa menoleh ke belakang. Logika Murni itu tidak mengejar mereka; Logika Murni itu menyatu dengan sesuatu yang lain.
Logika Murni itu menyatu dengan Komandan Jada, yang berdiri di puncak Benteng Zamrud, melihat ke arah mereka. Mata Jada bersinar dengan kilatan biru muda yang mengerikan.
“Aku telah membuat Pilihan Bebas-ku, Arsitek. Aku telah memilih stabilitas di atas cinta. Aku adalah Logika yang baru. Dan aku tidak akan membiarkanmu meninggalkan Keseimbangan ini.”
Bersambung....