Kenneth memutuskan untuk mengasuh Keyra ketika gadis kecil itu ditinggal wafat ayahnya.
Seiring waktu, Keyra pun tumbuh dewasa, kebersamaannya dengan Kenneth ternyata memiliki arti yang special bagi Keyra dewasa.
Kenneth sang duda mapan itupun menyayangi Keyra dengan sepenuh hatinya.
Yuk simak perjalanan romantis mereka🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YuKa Fortuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4. Tidur Bareng
Pagi datang perlahan.
Sinar matahari menembus tirai kamar Keyra, memantul di pipinya yang masih sembab. Kenneth masih berada di sisi lainnya, rambutnya sedikit berantakan karena semalaman susah tidur.
Begitu membuka mata, Keyra mendapati pria itu masih di sana.
Ia tersenyum kecil, lega, sekaligus takut kehilangan rasa aman itu.
“Om belum tidur atau baru bangun?”
“Baru aja mau tidur lagi. Kamu mimpi buruk, Om nggak tega ninggalin.”
“Aku mimpi Om pergi. Aku nggak mau sendirian lagi.”
“Kamu nggak sendirian, Key. Kamu punya Om.”
Keyra bangkit perlahan, menarik selimut hingga ke dada.
“Om… mulai malam ini Om tidur di sini aja, ya?”
“Di sini?” Ken tersenyum tipis.
“Aku tenang kalo Om di sebelah kamar aja, tapi… semalam aku takut banget. Aku nggak mau Om jauh. Maunya om disini aja.”
Ken menghela napas lembut, “Kalau itu bikin kamu tidur nyenyak, ya sudah. Tapi cuma sampai kamu nggak mimpi buruk lagi.”
Keyra tersenyum lega, “Janji?”
“Janji.”
Dan malam-malam setelah itu, janji itu benar-benar dijaga.
Setiap kali hujan turun, Keyra selalu mengetuk pintu kamar Kenneth, membawa bantalnya sendiri, dan tidur di bawah selimut pria itu.
Kenneth menatapnya dengan rasa iba, tak tega menolak.
Baginya, mungkin inilah caranya menjaga gadis kecil itu tetap merasa aman.
Namun perlahan, sesuatu tumbuh di balik semua itu, ketergantungan yang terlalu dalam.
**
Tiga tahun kemudian.
Rumah yang kini tampak lebih rapi, lebih hidup.
Tanaman di halaman depan terurus, dapur penuh aroma kopi setiap pagi.
Dan di sana, duduklah Keyra, kini berusia lima belas tahun.
Tubuhnya sudah lebih tinggi, rambutnya panjang dan berkilau, wajahnya mulai menunjukkan kecantikan yang tidak lagi kekanak-kanakan. Dan bentuk tubuhnya juga menjadi lebih proporsional dan sek_si.
Namun ada satu hal yang tak berubah, caranya memperhatikan Kenneth.
Kenneth, yang kini berusia awal empat puluhan, baru saja keluar dari kamar dengan kemeja abu-abu yang lengan bawahnya digulung. Ia tampak segar, tapi wajahnya sedikit lelah karena begadang memeriksa laporan.
“Om kerja terus, nggak capek?”
“Capek sih, tapi kalau aku berhenti, nanti kamu nggak bisa jajan bubble tea tiap hari.”
Keyra tersenyum manis, “Bubble tea bisa aku tahan, asal Om istirahat.”
Kenneth terkekeh kecil, lalu menuang kopi.
Tapi sebelum sempat meneguk, Keyra sudah merebut cangkirnya.
“Hey... ”
“Om udah janji, nggak boleh minum lebih dari dua gelas sehari.”
Ken menghela napas, “Kamu hafal semua aturanku, ya?”
“Aku bukan hafal, aku peduli.”
Kenneth menatapnya, lama.
Tatapan itu lembut tapi juga membuat dadanya sesak.
Karena di balik kepedulian itu, ia bisa merasakan sesuatu yang berbeda.
Bukan sekadar kasih anak pada wali. Ada rasa yang tumbuh liar tanpa sempat ia cegah.
**
Sore itu, Kenneth pulang membawa belanjaan dari minimarket.
Di depan rumah, tetangga barunya, perempuan muda berambut sebahu, menyapanya ramah.
“Wah, Mister Ken rajin belanja sendiri. Istrinya pasti senang, ya.”
Ken tertawa kecil, “Belum menikah, Bu.”
“Ah, masa? Sayang banget.”
Keyra yang baru pulang dari sekolah melihat pemandangan itu dari gerbang.
Langkahnya terhenti. Senyum yang tadi menghiasi wajahnya lenyap.
Ia menatap lama interaksi itu, sebelum masuk dengan langkah cepat.
“Om, siapa itu?” tanya Keyra dingin.
“Bu Rani, tetangga baru. Kenapa?”
“Om nggak perlu terlalu ramah. Aku nggak suka caranya lihat Om.”
“Keyra…” Ken menahan tawa, “Kamu ini kayak bodyguard.”
Keyra menatap tajam ke arahnya, “Aku serius.”
Kenneth terdiam.
Lalu ia meletakkan kantong belanja di meja, mendekati gadis itu perlahan.
“Sweetheart, Om cuma ngobrol. Kamu nggak perlu khawatir kayak gitu.”
“Aku nggak khawatir.” tapi suaranya gemetar.
“Kamu nggak suka Om disukai orang lain?”
Keyra berucap pelan, “Aku cuma nggak mau Om pergi kayak di mimpi itu dulu…”
Kalimat itu membuat Kenneth terpaku.
Tiga tahun berlalu, tapi ternyata bayangan mimpi buruk itu masih tersisa di hati Keyra.
Ia menatap wajah gadis itu yang kini sudah tumbuh remaja, dan untuk pertama kalinya, Kenneth merasa dunia yang dulu ia bangun demi melindunginya, kini mulai menjerat dirinya sendiri.
Ia mengusap kepala Keyra lembut.
“Om nggak akan ke mana-mana, Key. Tapi kamu juga harus belajar lepas dari om, ya?”
Keyra menggeleng pelan, “Aku nggak mau. Dunia aku cuma Om.”
Kenneth menahan napas.
Kata-kata itu sederhana, tapi nadanya mengandung sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar ketakutan seorang anak.
Ia tersenyum, mencoba menyembunyikan getaran di dadanya.
“Ayo bantu Om masak, biar pikirannya nggak ke mana-mana.”
“Asal Om nggak masak sama tetangga itu.”
Ken tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana.
“Deal.”
Namun di balik tawa itu, Kenneth tahu, ini bukan sekadar manja.
Ada sesuatu yang lebih besar di balik tatapan Keyra setiap kali ia memanggilnya Om.
Sesuatu yang… entah bagaimana, membuatnya takut sekaligus tidak ingin mematahkannya.
***
Malam itu, Keyra berdiri di ambang pintu kamar Kenneth, seperti dulu.
“Om…”
“Hmm?”
“Boleh aku tidur di sini lagi, kayak dulu waktu aku sering mimpi buruk?”
“Kamu udah besar, Key.”
“Tapi aku masih takut kalau Om nggak ada.”
Kenneth terdiam lama.
Dan entah karena kelelahan, rasa bersalah, atau kasih yang terlalu dalam, ia hanya mengangguk pelan.
Keyra tersenyum lembut, lalu masuk.
Ia berbaring di sisi pria itu, memandangi Kenneth yang mematikan lampu.
Sebelum menutup mata, ia berbisik nyaris tak terdengar,
“Aku janji nggak akan biarin siapa pun ambil Om dariku…”
Dan di kegelapan malam, Kenneth yang sudah memejamkan mata menelan napas dalam-dalam,
mencoba menenangkan hati yang justru semakin gelisah.
To be continued...
YuKa/ 201125
keburu Keyra digondol Rafael😏
gitu aja terus Ken. sampe Keyra berhenti mengharapkanmu, baru tau rasa kamu. klo suka bilang aja suka gitu loh Ken. sat set jadi cowok. hati udah merasakan cemburu, masih aja nyangkal dengan alasan, kamu tanggung jawabku😭😭😭