Queen Li tumbuh dalam kekacauan—dikejar rentenir, hidup dari perkelahian, dan dikenal sebagai gadis barbar yang tidak takut siapa pun. Tapi di balik keberaniannya, tersimpan rahasia masa kecil yang bisa menghancurkan segalanya.
Jason Shu, CEO dingin yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan, diam-diam telah mengawasinya sejak lama. Ia satu-satunya yang tahu sisi rapuh Queen… dan lelaki yang paling ingin memilikinya.
Ketika rahasia itu terungkap, hidup Queen terancam.
Dan hanya Jason yang berdiri di sisinya—siap menghancurkan dunia demi gadis barbar tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
“Kak Jason… terima kasih karena telah menyelamatkanku,” ucap Queen lirih. “Selama ini Kakak sudah melakukan begitu banyak hal untukku. Ke depannya, Kakak juga harus memikirkan masa depan Kakak sendiri. Kakak punya kehidupanmu sendiri. Jadi jangan merasa terus bertanggung jawab padaku. Papaku pasti sangat senang karena Kakak sudah menepati permintaannya. Sekarang ingatanku juga sudah pulih… jadi Kakak tidak perlu terus mengkhawatirkanku.”
Jason menatapnya lekat.
“Apakah kau merasa aku mengganggumu?” tanyanya pelan.
“Tentu saja bukan itu maksudku,” Queen buru-buru menggeleng. “Kakak sangat setia pada Papaku. Lagipula, Kakak seperti kakak kandungku sendiri. Aku hanya tidak ingin Kakak terus terikat oleh masa lalu dan mengorbankan hidupmu karenanya.”
Jason meraih tangan Queen, menggenggamnya erat namun hangat. Ia berbicara dengan suara dalam dan penuh keteguhan.
“Queen… aku melakukan semua ini karena Paman Lin sudah seperti orang tuaku sendiri,” ujarnya. “Aku menjagamu dan melindungimu karena itu adalah kewajibanku. Bukan karena merasa berutang budi.”
Ia berhenti sejenak, menatap Queen dengan sorot mata yang sarat perasaan.
“Selama sepuluh tahun kau berada jauh dariku, aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan. Aku tidak ingin kehilanganmu lagi… dan aku juga tidak ingin kau menjauh dariku untuk kedua kalinya.”
Jason menghela napas panjang sebelum melanjutkan, suaranya sedikit bergetar.
“Queen… apakah kau bersedia tinggal bersamaku… seumur hidup?”
“Seumur hidup?” ulang Queen pelan, matanya membulat.
Jason mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. Ia membukanya perlahan. Di dalamnya terbaring sebuah cincin pertunangan yang sederhana namun elegan, berkilau lembut di bawah cahaya ruangan.
“Aku tahu ini mungkin terasa terlalu cepat bagimu,” ucap Jason dengan suara tenang namun penuh ketulusan. “Tapi aku telah menyimpannya selama ini.”
Ia mengangkat kotak itu sedikit lebih tinggi.
“Cincin ini ingin aku gunakan untuk melamarmu. Queen… apakah kau bersedia bertunangan denganku?”
Queen terdiam seketika. Dadanya berdesir, seolah kata-kata itu belum sepenuhnya sampai ke kesadarannya.
“Bertunangan?” tanyanya lirih, hampir tak percaya.
“Iya,” jawab Jason mantap. “Sebenarnya aku ingin menunggu waktu yang benar-benar tepat. Tapi aku sudah terlalu lama menunggumu.”
Nada suaranya melembut.
“Aku ingin kau tahu, aku akan selalu ada untukmu. Apa pun yang terjadi. Bukan sebagai kakakmu… tapi sebagai pasanganmu.”
Queen menatap cincin itu lama. Jemarinya sedikit bergetar, bukan karena ragu pada Jason, melainkan karena hatinya sedang terlalu penuh.
“Kak Jason…” ucapnya perlahan. “Aku tidak mengatakan tidak.”
Jason terdiam, sorot matanya menegang.
“Hanya saja… izinkan aku meminta waktu,” lanjut Queen jujur. “Ingatanku baru saja pulih. Terlalu banyak hal yang harus aku cerna—tentang Papa, tentang masa laluku, tentang diriku sendiri.”
Ia mengangkat wajahnya, menatap Jason dengan mata yang berkaca-kaca.
“Aku tidak ingin menerima lamaran ini karena rasa aman atau rasa terima kasih. Aku ingin menerimanya dengan hati yang benar-benar utuh.”
Jason menghela napas pelan, lalu tersenyum lembut.
“Aku mengerti,” katanya. “Aku tidak akan memaksamu.”
Queen menggenggam tangan Jason.
“Terima kasih karena mau menungguku. Itu saja sudah sangat berarti bagiku.”
Jason membalas genggaman itu erat.
“Aku sudah menunggumu sepuluh tahun,” ucapnya lembut. “Beberapa waktu lagi tidak akan menjadi masalah.”
Ia menutup kotak cincin itu dengan hati-hati.
“Aku akan tetap di sini. Menunggumu… sebagai Jason.”
“Kak Jason… besok aku ingin ke makam Papa,” ucap Queen pelan.
“Aku akan menemanimu,” jawab Jason dengan senyum lembut.
Keesokan harinya
Jason menggenggam tangan Queen saat mereka berjalan perlahan memasuki area pemakaman. Langkah Queen terhenti di depan sebuah makam yang terasa begitu familiar—makam Lin Fan. Tempat yang pernah ia datangi sebelumnya, namun tanpa ingatan dan tanpa air mata.
“Saat pertama kali aku datang ke sini…” ucap Queen dengan suara bergetar, “aku tidak tahu bahwa ini adalah makam Papaku.”
Ia berlutut perlahan, jemarinya menyentuh foto di nisan itu. Air mata jatuh tanpa bisa ditahan.
“Pa… maafkan aku karena selama ini melupakanmu,” isaknya lirih. “Sejak kecil Papa selalu menyayangiku dan melindungiku. Walaupun Papa sangat sibuk di luar… Papa selalu menghubungiku, selalu bertanya apakah aku sudah makan.”
Queen menyentuhkan keningnya ke nisan, bahunya bergetar hebat.
“Sekarang aku sudah kembali, Pa,” lanjutnya dengan suara yang penuh luka. “Ingatanku sudah pulih… dan aku akan menuntut keadilan untukmu. Aku tidak akan melepaskan siapa pun yang telah menyakitimu.”
hai teman teman .... ayo ramaikan karya ini dgn follow tiap hari dan juga like, komen dan jangan ketinggalan beri hadiah yaaaaaaa
sungguh, kalian gak bakalan menyesal, membaca karya ini.
bagus banget👍👍👍👍
top markotop pokoknya
hapus donh🤭🤭
kau jangan pernah meragukan dia, queen
👍👍👌 Jason lindungi terus Queen jangan biarkan orang2 jahat mengincar Queen
.
ayoooooo tambah up nya.
jangan bikin reader setiamu ini penasaran menunggu kelanjutan ceritanya
ayo thor, up yg banyak dan kalau bisa up nya pagi, siang, sore dan malam😅❤️❤️❤️❤️❤️❤️💪💪💪💪💪🙏🙏🙏🙏🙏
kereeeeennn.......💪
di tunggu update nya....💪