Anindya Selira, panggil saja Anin. Mahasiswa fakultas kedokteran yang sedang menempuh gelar dokter Sp.Dv, lebih mudahnya spesialis kulit.
Dengan kemurahan hatinya dia menolong seorang pria yang mengalami luka karena dikejar oleh penjahat. Dengan terpaksa membawa pria itu pulang ke rumahnya. Pria itu adalah Raksa Wirajaya, pengusaha sukses yang memiliki pengaruh besar.
Perbuatan baiknya justru membuat Anin terlibat pernikahan paksa dengan Raksa, karena mereka berdua kepergok oleh warga komplek sekitar rumah Anin.
Bagaimana hubungan pernikahan mereka berdua?
Akankah mereka memiliki perasaan cinta satu sama lain?
Atau mereka mengakhiri pernikahannya?
Yuk baca kisah mereka. Ada 2 couple lain yang akan menambah keseruan cerita mereka!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cchocomoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesempatan
Anin duduk bersandar dengan mata yang terpejam, menunggu Raksa untuk datang menemuinya. Meski ia sendiri belum siap, tapi dia tidak ada pilihan lain.
Saat ini hanya satu harapannya, ia tidak ingin jika Raksa datang begitu cepat. Karena Anin masih menginginkan waktu untuk sendiri.
“Anin,” panggilnya.
Baru saja Anin berharap agar Raksa tidak datang saat ini, justru sekarang Raksa sudah berdiri di depannya dengan mencondongkan tubuhnya ke arahnya.
Anin hanya melirik lalu kembali menutup matanya. Melihat tidak ada sahutan dari Anin, Raksa terpaksa duduk di sebelah Anin dengan membaringkan kepalanya di paha Anin.
Anin terkejut, matanya terbuka sempurna, ingin rasanya Anin mendorong Raksa. Tapi ia urungkan, alhasil Anin membiarkan Raksa berberbaring di pahanya.
Anin kembali memejamkan matanya dan menyadarkan kepalanya. Sedangkan Raksa menghadap ke perut Anin, bahkan membenamkan wajahnya.
Tangannya melingkar memeluk pinggang Anin. Saat ini, Raksa benar-benar ingin manja dengan Anin.
Selama pernikahannya, momen seperti ini tidak pernah mereka rasakan, ataupun lakukan. Sebelumnya seperti ada sesuatu yang membatasi mereka berdua.
Begitu juga saat bulan pertama kedekatan mereka. Mereka dekat, hanya saja tidak ada kontak fisik sama sekali.
Dan sekarang, Raksa tau kebenarannya setelah lima tahun lebih pernikahan mereka berdua. Kali ini, Raksa tidak akan membiarkan Anin pergi begitu saja.
Untuk perceraian, tentu saja Raksa tidak akan melakukannya. Apalagi setelah melihat Anin yang hanya diam tanpa menegurnya. Memberikan kesempatan bagi Raksa untuk memperbaiki semuanya
“Aku minta maaf. Jika kamu meminta cerai aku tidak akan pernah melakukannya. Beri aku kasih kesempatan, aku akan membuktikan keseriusanku. Anin, aku mohon padamu.” Raksa mengeratkan pelukannya.
“Aku akan kasih kamu kesempatan, tapi apa kamu akan mematuhi semua peraturanku? Jika kamu tidak sanggup, tidak masalah. Yang jelas aku sudah memberikan kesempatan itu padamu,” tutur Anin tanpa membuka matanya.
Raksa mendongak menatap Anin yang masih menutup matanya. Bibirnya mengembang mendengar Anin akan memberinya kesempatan.
“Apapun peraturannya, aku akan melakukannya. Dan pastinya aku akan mematuhinya, asal kamu tetap berada disisiku, dan tidak meninggalkanku,” tegasnya dengan penuh keyakinan.
Anin membuka matanya, menunduk menatap wajah Raksa yang tidak terlihat ada keraguan sama sekali. “Kamu yakin? Apa kamu tidak akan tanya peraturan apa yang akan aku berikan padamu?”
Raksa hanya tersenyum, ia tau benar peraturan ini pasti untuk kebaikannya. Jadi, untuk apa dikhawatirkan. Dengan senang hati Raksa akan melakukannya, asal ia bisa bersama dengan Anin. Menjalani rumah tangga layaknya pasangan lain.
“Apapun itu aku akan melakukannya, asalkan kamu tetap bersamaku. Kita jalani rumah tangga yang menjadi impian kita.”
Anin menyeringai kecil, ia tidak yakin jika Raksa bisa menjalankan peraturannya dengan mudah. Apalagi Raksa harus menghindari sesuatu yang paling disukainya.
“Kalau begitu kamu baca ini, semua itu akan dimulai hari ini. Yang terpenting kamu tidak boleh meminum minuman fermentasi, jadi semua minuman anggur yang ada di rumah harus dibuang, tanpa ter-ke-cua-li.” Anin menekankan kata terakhirnya.
Raksa langsung duduk, membaca semua peraturan yang diberikan Anin. Peraturan pertama adalah yang baru saja dikatakan oleh Anin.
“Ja-jadi? Aku harus melakukannya?”
Anin mengangguk, “ Ya! Kamu harus melakukannya. Aku melakukannya bukan tanpa alasan. Jika kamu melanggar salah satunya. Kita tidak bisa hidup bersama, jadi pastikan kamu benar menaatinya. Dan mulai besok, makan siang kamu akan disiapkan oleh orang rumah.”
“Aku setuju! Aku akan melakukannya! Asal kamu tetap bersamaku.”
“Jadi, apa kunci utama dalam peraturan itu?” tanya Anin
“Yang pertama aku tidak bisa meminum minuman fermentasi, dan aku tidak boleh makan sembarangan. Kecuali dapat izin dari kamu. Aku benarkan?”
“Mmm.” Anin beranjak melangkah pergi.
“Kamu mau kemana?!” tanya Raksa dengan suara yang tinggi.
“Pulang," jawab Anin.
Raksa langsung menyusul Anin, dan langsung menggendongnya tanpa aba-aba. “Raksa! Turunkan aku! Malu dilihat banyak orang!” Anin memberontak agar Raksa menurunkannya.
Banyak pasang mata yang mengarah pada mereka. Mereka semua bertanya-tanya apa hubungan dokter baru dan Raksa.
“Untuk apa malu? Kamu nyonya pemilik rumah sakit ini. Dan pastinya rumah sakit ini atas namamu,” ungkap Raksa.
“A-apa?” Anin benar-benar terkejut mendengar pengakuan Raksa.
Anin baru sadar jika sebelumnya Bima mengatakan jika temannya adalah pemilik rumah sakit ini. Dan temannya itu suaminya sendiri. Itu artinya rumah sakit ini adalah milik Raksa.
“Turunkan aku! Atau aku tidak akan mau bicara denganmu lagi!” ancam Anin agar Raksa menurunkannya. Namun, Raksa tidak mau mendengarkannya sama sekali.
“Raksa!!” panggil Ardhan yang datang bersama dengan yang lainnya.
“Sorry, aku harus pulang sekarang. Kalau kalian mau datang aja ke rumah, sekalian makan malam bersama.”
Raksa langsung pergi tanpa mendengar apa yang akan dikatakan Ardhan selanjutnya.
Ardhan dan yang lainnya melihat satu sama lain. “Boleh deh, sekali-sekali kita semua datang ke rumah Anin. Selama aku berteman dengannya aku jarang pergi ke rumahnya,” ucap Larisa.
“Aku ikut?” tanya Meira.
“Tentu saja! Kita semua akan ikut,” jawab Ardhan.
“Tapi aku tidak mengenal mereka berdua. Kamu sama kak Bima teman dekat pak Raksa. Dan kak Larisa teman dokter Anin, aku merasa sedikit sungkan, jika harus ikut bergabung dengan kalian,” ucap Meira mencari alasan.
“Hey! Kamu adikku sekaligus kekasih Ardhan. Jadi tidak masalah, lagian Anin orangnya sangat terbuka. Jadi tidak perlu merasa sungkan sama sekali,” nasehat Larisa.
“Kakak kamu benar, kita akan pergi setelah jam pulang. Jika tidak salah satu jam lagi kita bisa langsung pergi ke rumah Raksa,” ujar Bima.
“Oke, kalau gitu aku tunggu di kantin aja sama Meira. Kabarin kita kalau kalian udah selesai.”
“Yoi.”
Ardhan menarik pelan tangan Meira, mereka berjalan menuju ke kantin rumah sakit. Sedangkan Bima dan Larisa kembali ke ruangan mereka masing-masing.
Disisi lain, Raksa mendudukan Anin di dalam mobilnya. Raut wajah Anin sudah sangat kesal karena Raksa berbuat sesuka hatinya.
“Aku bawa mobil, Sa! Jadi, biarkan aku keluar!” Anin mencoba mendorong Raksa yang masih di pintu.
“Hari ini biarkan aku yang melakukan semuanya untukmu. Dan untuk mobilmu akan tetap aman disini. Jadi, kamu hanya perlu duduk manis disini.” Raksa mengecup bibir Anin lalu menutup pintunya.
Raksa masuk ke sisi pengemudi, dan untuk Anin, dia hanya diam mematung karena Raksa mengecupnya.
Senyum Raksa mengembang karena apa yang baru saja dilakukan pada Anin. Siapa sangka reaksi Anin akan seperti ini.
“Sepertinya mulai hari ini kamu harus terbiasa dengan hal itu. Aku tau selama pernikahan kita, tidak pernah ada kontak fisik yang sangat intens. Karena aku takut kamu akan tertular, tapi siapa sangka jika semuanya tidak benar.”
Anin melihat tangannya yang digenggam oleh Raksa, beralih menatap Raksa yang tersenyum padanya.
suamiku jg ada tapi ga nular tapi juga ga sembun sampe sekarang aneh segala obat udah hasil ya sama ,