NovelToon NovelToon
Menikahi Adik Sang Mafia

Menikahi Adik Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ericka Kano

Ivy Cecilia, seorang perawat yang bertugas di salah satu rumah sakit harus rela kehilangan sang suami dalam kecelakaan tunggal saat pulang dari rumah sakit. Pesan terakhir suaminya adalah jasadnya harus dikebumikan di tanah kelahirannya, Tondo, di negara Filipina. Demi rasa cintanya, Ivy pun menyanggupi. Dengan membawa dua anak mereka yang masih kecil, Ivy mengurus keberangkatannya membawa jenazah suaminya ke Filipina. Karena belum pernah bertemu sebelumnya, Ivi berniat tindak lama di sana. Selesai misa pemakaman Ivi akan kembali ke Indonesia.

Namun, yang menanti Ivy di sana bukanlah sesuatu yang mudah. Bukanlah pertemuan dengan keluarga mertua yang seperti biasa. Kegelapan, darah, amarah, dan jebakan paling menyiksa sepanjang hidupnya sudah menanti Ivy di Tondo, Filipina.

Apakah Ivy berhasil melalui itu semua dan kembali ke Indonesia?

ataukah Ivy terjebak di sana seumur hidupnya?

Ayo, temani Ivy berpetualang di negeri seberang, Filipina, melaksanakan pesan terakhir mendiang suami.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ericka Kano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 : Bertemu Tuan Louis Hendrik

Ivy menatap rumah bergaya modern skandinavian itu.

Lukas menghampirinya,

"Aku penasaran kenapa kamu mau menerima ide ibu untuk tinggal di sini,"

Ivy mengangkat pundaknya dan tersenyum,

"Di sini kita tidak usah terlalu banyak berpura-pura. Kamu bisa tidur di kamarmu, aku dan Aiden di kamar sendiri,"

Lukas tersenyum sinis.

Bagimu mudah. Bagiku, pindah ke sini lebih memberatkan perjuanganku memilikimu.

"Di dalam sudah aman, Tuan. Anda dan Madame bisa masuk," Damon muncul dari dalam rumah.

Lukas dan Ivy melangkah masuk. Ivy kembali tersenyum menatap ruangan rumah itu. Bukan karena interior nya.

Di sini aku akan merancang kepulanganku dan Aiden lebih baik lagi ke Indonesia (Ivy).

**

Bella membaca kembali dengan teliti nama yang tertera di gudang besar itu. Setelah memastikan dia tidak salah alamat, dia mengarahkan mobilnya masuk ke pintu yang terdapat pos satpamnya.

"Selama siang, Bu. Ada yang bisa dibantu?," tanya Satpam

Bella menekan tombol untuk lebih menurunkan kaca mobilnya,

"Saya ingin bertemu Tuan Louis Hendrik," jawab Bella sambil membuka kacamata hitamnya.

"Sudah buat janji temu?,"

"Sudah. Kami akan membahas perjanjian kerja sama,"

"Tunggu sebentar,"

Satpam tersebut mengambil HT nya dan agak menjauh dari Bella.

Setelah menunggu beberapa saat, satpam itu kembali.

"Ibu Bella ya?," Satpam memastikan.

"Iya,"

"Silakan masuk, Anda sudah ditunggu di dalam. Mobilnya nanti parkir di di depan situ saja," Satpam mengarahkan.

"Baik, terima kasih," Bella kembali memakai kacamata hitamnya dan menjalankan mobil.

Bella berhenti di depan ruangan berpintu kaca. Sepertinya, ruangan ini kantor gudang tersebut. Mobil pick up lalu lalang mendistribusikan barang. Bella mematikan mesin mobilnya, mengambil tas kecilnya, dan turun dari mobil. Dia merapikan pakaiannya sejenak sekaligus mengumpulkan percaya dirinya mengingat yang ditemui ini bukan orang biasa. Butuh perjuangan dan lobi sana sini untuk Bella bisa buat janji temu dengannya.

Bella menekan tombol kunci mobilnya dan melangkah masuk.

"Permisi, saya Bella, saya sudah janjian dengan Tuan Louis Hendrik," Bella menyapa front office.

Gadis itu menatap sekilas.

"Mari saya antarkan" Bella mengikuti gadis itu. Mereka berjalan ke belakang lalu menaiki tangga. Mereka menuju ruangan paling ujung di lantai dua.

Gadis itu mengetuk pintu dan dibalas dengan ajakan masuk dari dalam. Gadis itu memutar gagang pintu, pintu terbuka.

"Permisi Tuan, nyonya Bella sudah ada,"

"Hmm, suruh masuk," suara berat dan serak terdengar.

"Silakan nyonya," Gadis itu mempersilakan Bella masuk. Bella mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan. Ini dia. Tuan Louis Hendrik. Pria itu tidak menggunakan setelan jas seperti yang Bella bayangkan. Dia hanya memakai kaos hitam ketat tangan pendek, celana jeans slim fit hitam, jam tangan besar dan kalung emas besar di lehernya. Tubuhnya kurus tinggi tapi perutnya agak buncit.

"Nyonya Bella, selamat datang," sapanya sambil beranjak dari kursi kerjanya berjalan ke arah Bella dan mengulurkan tangan untuk berjabat. Bella membalas jabat tangan nya.

"Terima kasih sudah mau menerima kedatangan saya, Tuan Hendrik," Bella berbasa-basi.

"Hahaha," Louis Hendrik tertawa, "Kebetulan hari ini aku tidak terlalu sibuk dan karena yang menghubungiku adalah Prita Laura jadi ku pikir aku harus menerima kedatangan Anda,"

"Iya Tuan, saya kebetulan mengenal Ibu Prita karena teman saya Ivy bekerja di rumah sakitnya," ujar Bella.

Louis Hendrik mengernyitkan keningnya.

"Ivy....," Dia seolah mencoba mengingat sesuatu.

"Ivy Cecilia Vergara," Bella mengeja nama Ivy agar Louis Hendrik mengingatnya.

Seketika raut wajah Louis Hendrik berubah. Dia menatap lekat wajah Bella.

"Anda siapanya Ivy?,"

"Saya sahabatnya. Sudah sebulan lebih ini sejak kepergiannya ke pemakaman suaminya, Rafael Vergara, di Tondo, dia tidak mengabari keadaannya sama sekali. Kami khawatir terjadi sesuatu padanya di sana,"

Louis Hendrik membuang tatapannya dari Bella. Rahangnya mengeras,

"Katakan apa yang Anda inginkan?,"

"Saya dan keluarga Ivy hanya ingin tahu kabarnya. Dan kalau bisa kami mendapat nomor kontak keluarga Rafael yang ada di sana," ucap Bella dengan wajah memelas.

"Nyonya Bella, saya hargai kedatangan mu ke sini dan saya tahu sebagai sahabatnya Anda pasti merasa sangat khawatir. Tapi percayalah, Ivy pasti dalam keadaan yang baik-baik saja. Mungkin dia hanya belum sempat menghubungi. Karena jika terjadi sesuatu yang buruk padanya setidaknya aku pasti mendapatkan informasi," tandas Louis Hendrik.

"Syukurlah kalau memang begitu. Tapi bolehkah saya meminta kontak keluarga Rafael di Tondo, kami hanya ingin berbicara dengan Ivy, memastikan dia baik-baik saja,"

"Sayang sekali nyonya, saya tidak punya kontak mereka. Saya pun hanya bekerja di perusahaan mereka ini, tapi tidak terlalu dekat dengan keluarga mereka,"

Bella kecewa mendengarnya. Dia berharap bisa mendapat informasi dari Louis Hendrik, tapi sepertinya usahanya sia-sia.

"Begini saja, nyonya," Louis Hendrik memperbaiki posisi duduknya,"Kalau saya kebetulan menghadiri rapat para distributor di Manila, saya akan coba ke keluarganya Rafael. Jika di sana ada Ivy, akan saya sambungkan ke Anda. Bagaimana?,"

Louis Hendrik memberi jalan keluar . Sekalipun itu bukan jalan keluar yang Bella inginkan, setidaknya Bella sedikit mendapat angin segar bahwa Ivy dalam keadaan baik-baik saja dan tentu saja masih hidup. Bella membaca beberapa berita tentang kehidupan mafia di Tondo dan bagaimana kota itu begitu kumuh dan masyarakatnya hidup dalam ketakutan karena bayang-bayang mafia yang kekuasaannya melebihi pemerintah di sana. Dia bergidik saat membayangkan bagaimana kalau Ivy disandera mafia, diperkosa, lalu dibunuh, dan Aiden dijual ke luar negeri. Semua bayangan buruk itu sering melintas di pikiran Bella.

"Baiklah Tuan Hendrik. Ini saya tinggalkan nomor hp saya. Saya minta tolong Anda bisa menghubungi saya di nomor ini jika ada informasi tentang Ivy," Bella meletakan kartu namanya.

Louis Hendrik mengambil kartu itu dan menyimpannya dalam saku celananya.

"Akan saya hubungi begitu dapat kabar, Nyonya,"

Bella pun pamit dengan hati yang belum puas tapi setidaknya ada sedikit kelegaan di sana.

**

"Aku pilih ruangan ini. Kamu saja yang di lantai dua," ujar Ivy menunjuk kamar berukuran sedang yang berada di dekat tangga.

"Terserah padamu," Lukas berkata sambil berlalu menaiki tangga.

Raut wajahnya tidak menyukai keputusan Ivy untuk pisah kamar. Tapi dia juga tidak bisa menolak keinginan Ivy.

"Pakaian Anda berdua sudah diatur di walk-in closet kamar," ujar Damon yang sudah ada di lantai dua terlebih dahulu begitu Lukas muncul di tangga. Lukas mendongak ke dalam ruangan kamar yang seharusnya untuk dia dan Ivy. Kamar itu sangat luas. Harusnya memang cukup untuk dia, Ivy, bahkan Aiden.

"Ehm Tuan, di lemari pendingin di kamar sudah saya letakan ginseng merah pemberian nyonya untuk Anda minum," ujar Damon

Lukas menatapnya dengan tatapan tajam setajam silet.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!