NovelToon NovelToon
Because I Want You

Because I Want You

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lorong kecil

"Hai apa yang kalian lakukan di sini?"

"Ka ... ka ... kami tidak," belum selesai ucapan Rara.

"Pak ini tidak bisa di biarkan, udah seret saja mereka berdua ke rumah pak ustad secarang."

"Perbuatanya membuat malu kampung ini." sahut salah satu warga lalu menyeret gadis di dalam tidak lupa mereka juga menarik pria yang ada di dalam kamarnya.

"Jangan ..., jangan bawa kakakku." Teriak gadis berusia belasan tahun memohon pada warga yang ingin membawa kakaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lorong kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Devan dan Al sudah sampai terlebih dahulu, mereka masih menunggu kedatangan Athur. Tak berselang lama yang di tunggu akhirnya datang juga. Namun kedua gadis di dalam mobil mereka belum sadar jika sudah sampai di tujuan.

"Kok berhenti Bang?" tanya Nina mengejutkan Rara dalam lamunan.

"Hah ... berhenti?"

"Kita sudah sampai." sahutnya lalu melepaskan sit bell.

"Sampai?" ucap Rara polos. Melihat sekeliling yang terlihat hanya mobil-mobil dan motor yang terpakir. Bingung tempat apa ini? Selama ini kedua gadis itu belum pernah menginjakkan kakinya di tempat seperti itu?

"Dimana kita Mas? Mana rumahnya?" tanyanya polos.

Athur terseyum simpul menanggapi pertanyaan Rara, tanganya terulur tak tahan tidak mengacak rambut gadis polosnya. Apa benar dia begitu polos, tapi kadang gadis itu memberikan kejutan yang tak terduga.

"Iya Bang mana rumahnya? Katanya sudah sampai?" tambah Nina tak kalah heran.

Drrrttt ... Drrrttt ... Drrrttt

Getar ponsel seseorang berbunyi, kedua manusia berbeda jenis sama-sama melihat ponsel mereka. Ternyata memang ponsel keduanya sama-sama berbunyi. Athur mengabaikan panggilan itu, tapi kali ini Rara yang justru langsung mengangkatnya dengan cepat.

"Hallo."

"Ra ...., kemana aja kamu? Ngga ada kabar. Chat ku nggak di balas, di tempat kerja juga katanya cuti. Aku di rumahmu tapi tak ada orang. Dimana lo Ra ...," cecar Aurora dengan begitu pertanyaan.

"Gendang telinga gua Kaya mau pecah dengerin suara lo yang Kaya motor bobrok." ujar Rara usil menjaili temannya.

"Hei ... gua bener kawatir Ra? Dimana lo?" tanyanya yang memang benar apa adanya yang di rasakan saat ini.

"Ampun deh, jangan keras-keras napa? Gua ...," ucapnya terputus karena sorot mata indah gadis itu saat ini menatap Athur seakan meminta ijin padanya dengan bahasa isyarat. Tetapi tak ada respons dari lelaki itu, membuat Rara mengurungkan niatnya untuk memberi tahu.

"Nanti lagi. Ini sudah larut ayo naik." tutur Athur mengingatkan gadis manisnya.

"Siapa itu Ra?"

"Eh bukan siapa-siapa kok."

"Jangan-jangan lo ... , Ra ingat jangan nglakuin hal bodoh. Masa depan lo jangan di hancurin?"

"Maksud lo?" tanya Rara di sebrang telephone bingun dengan ucapan sahabatnya.

"Lo lagi sama cowo kan, dan ini sudah malam. Apa lo bener-bener ngelakuin hal itu Ra?"

"Hal apa?"

"Ya perempuan dan pria?"

"Bacot lo Aurora gua robek juga!" Rara berteriak membuat beberapa orang menoleh kearahnya. Gadis itu justru memamerkan deretan giginya yang putih karena canggung di tatap banyak orang yang berada di basement.

"Lah trus itu laki-laki siapa coba?"

"Udah ah, gua sibuk. Besok di sekolah siap-sia gua robek mulut lo itu." ucapnya sedikit mengancam lalu menutup langsung panggilan itu tanpa permisi.

Devan sudah terlebih dahulu membawa Nina ke atas. Sedangkan Alden di tadi berpamitan untuk pulang karena takut Sintia kawatir diringa tak ada kabar. Athur masih menunggu istrinya, lalu menggandeng gadis itu masuk kedalam lif. Rara memerhatikan gerakan tangan Athur, ternyata menekan angka 14.

Di dalam apartemen Devan langsung membaringkan tubuhnya pada sofa panjang yang terlihat empuk. Sedangkan Nina masih bingung harus berbuat apa dan canggung. Apartemennya bagi Nina sangat nyaman, tata letak barang yang rapih dan sesuai membuat kesan tersendiri. Melihat ke arah dapur terihat sangat bagus bagi perempuan itu.

Nina berjalan ke arah dapur melihat-lihat sekeliling. Di belakang dapur itu terdapat balkon untuk menjemur pakaian. Jemarinya menyentuh granit dapur sembari berjalan. Kompor tanam yang bersih, wastafel yang luas dan barsi ada juga oven yang lumayan besar.

Semua perabotan itu sungguh sangat Mahal bagi Nina. Kini tanganya berhenti di mesin cuci tabung satu yang otomatis. Perlahan tanganya membuka dan melihat dalamnya. Berjalan kembali berhenti di depan kulkas dua pintu yang lumayan besar.

Ketika Nina ingin membukanya, suara familiar terdengar mengejutkan. "Ngapain Nin." tegur Rara menghetikan tanganya yang ingin membuka.

"Kakak. Lihat kak, dapurnya bagus banget. Nggak kaya dapur kita." celetuk gadis itu menunjukan pada Rara dengan wajah berbinar.

"Hem ..., Nin ingat jaga sikapmu." Rara memperingatkan namun ucapannya terdengar oleh Athur dan Devan.

"Nin ini rumah kalian apa yang ingin kamu lakukan tidak ada yang ngelarang." Sela Athur memberitahu kedua gadis itu.

"Beneran Bang?" tanya Nina serius.

"Iya pastilah itu Nin, milik Athur juga milik kakakmu. Ingat mereka sudah menikah dan kamu adalah adiknya. Jadi semua milih Athur milik Rara." Devan menyahut menjelasakan kemudian bangkit dan mengambar kunci di atas meja.

"Bro gua pulang dulu, cape mau istirahat. Bye ...." ucapnya berjalan satu tanganya keatas dan melambai.

"Hem ...."

"Hati-hati Bang." Sahut Nina dengan tingkat bar-barnya.

"Di sini cuman ada dua kamar." terang Athur, kedua perempuan di belakangnya mengangguk.

"Nggak apa-apa, nanti bisa tidur sama Nina." sahut Rara santai sembari mengikuti langkah Athur berjalan. Jawaban Rara seketika membuat Athur menghentikan langkahnya.

Bug! Rara menabrak tubuh beras dan kekar suaminya. "Aduh ...." mengusap keningnya, bibirnya mengerucut.

"Kenapa Kak?" tanya Nina kepalanya maju menoleh ke arah away Rara, karena posisinya saat ini tepat di belakangnya menenteng satu ransel kecil.

"Siapa yang memperbolehkanmu?" balas Athur menatap sang istri. Rara yang saat itu masih memegangi keningnya mendongak.

"Maksudnya?"

"Nina tidur sendiri di sana." tunjuk Athur pada ruangan yang tak tertutup rapat.

"Dan kamu," jedanya menunjuk sang istri lalu berbisik di telinganya. "Tidur di kamar ini denganku."

"Hah .... Nggak!' membuat Nina terkelonjat kaget.

"Kanapa kak?" tanya Nina seketika menghentikan langkahnya.

"Tidak apa-apa." sahut Rara lalu Nina melanjutkan langkahnya menuju kamar yang di maksud.

"Kamu istriku, jadi nggak ada yang ngelarang." tambah Athur sedikit menekan kata istri?

"Tapi kenapa? Bukanya Mas udah punya tunangan. Kita nikah kan juga terpaksa."

"Because I want."

1
🌹Widianingsih,💐♥️
kemana kedua orang tua nya kak ?
kok bisa dinikahkan sih ?
🌹Widianingsih,💐♥️: ohh ..kasihan yaa, tapi mereka anak-anak yang mandiri👍
total 2 replies
Cahaya 17
Nina Katro🤭 nggak pernah lihat dapur bagus
🌹Widianingsih,💐♥️
hai kakak...aku mampir🙏
Duh kasihan sekali masih muda 17 tahun sudah dinikahkan, terlalu muda sekali, mana suaminya juga baru kenal.....kok begitu sih ?😭
Embhul82: makasih bnyak.kak 👍
total 1 replies
me
semangat terus thor
me
wah papah Louise sedang honey moon nih 🤣
Embhul82: 🤭mumpunh nggak ada yg ganggu
total 1 replies
me
lanjut thor👍💪
Cahaya 17
lanjut💪
me
lanjut 💪
Cahaya 17
lanjut 👍
rokhatii
lanjut thor💪
Embhul82: makasih dukunganya
total 1 replies
me
💪
Cahaya 17
jangan kasih lemah karakter Rara Thor. ku tunggu kelanjutanya💪
Embhul82: makasih sudah selalu dukung
total 1 replies
Cahaya 17
lanjut up double 🤭
Embhul82: tidak janji ya kak🤭
total 1 replies
Cahaya 17
Bagus Thor lanjut pantang nyerah
Cahaya 17
buat penasaran pembaca kamu thor
Embhul82: makasih sudah mampur
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!