NovelToon NovelToon
Di Culik Tuan Mafia

Di Culik Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Mafia / Cinta Terlarang
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Yilaikeshi

Sofia Putri tumbuh dalam rumah yang bukan miliknya—diasuh oleh paman setelah ayahnya meninggal, namun diperlakukan tak lebih dari seorang pembantu oleh bibi dan sepupunya, Claudia. Hidupnya seperti neraka, penuh dengan penghinaan, kerja paksa, dan amarah yang dilampiaskan kepadanya.

Namun suatu pagi, ketenangan yang semu itu runtuh. Sekelompok pria berwajah garang mendobrak rumah, merusak isi ruang tamu, dan menjerat keluarganya dengan teror. Dari mulut mereka, Sofia mendengar kenyataan pahit: pamannya terjerat pinjaman gelap yang tidak pernah ia tahu.

Sejak hari itu, hidup Sofia berubah. Ia tak hanya harus menghadapi siksaan batin dari keluarga yang membencinya, tapi juga ancaman rentenir yang menuntut pelunasan. Di tengah pusaran konflik, keberanian dan kecerdasannya diuji.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yilaikeshi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23

Mereka berdansa di lantai seolah-olah mereka pemilik tempat itu. Bagi orang lain, mereka tampak sempurna. Namun, bagi Sofia Putri, satu-satunya hal yang membuatnya bertahan hanyalah tekad untuk tidak mengacau. Kupu-kupu di perutnya semakin bergejolak, terutama ketika tangan Kenith makin berani menelusuri tubuhnya. Bukannya merasa nyaman, ia justru semakin tercekik dalam kegelisahan.

Awalnya, tangan pria itu hanya di pinggangnya, sementara tangan Sofia bertengger kaku di dadanya. Tapi lama-kelamaan, genggaman itu makin merayap turun ke punggungnya, membuatnya semakin tidak tenang.

“Maaf,” Sofia buru-buru meminta maaf saat tanpa sengaja menginjak kakinya. “Itu salahku.”

“Tidak, tidak apa-apa.” Kenith hanya terkekeh, melambaikan tangan dengan senyum menawannya. “Sepertinya ini saat yang tepat untuk mengakhiri tarian kita.”

“Oh, syukurlah,” batin Sofia begitu lega sampai hampir meluncur keluar dari bibirnya.

Namun, rupanya semesta tak berpihak padanya. Suasana di ruangan mendadak berubah. Semua orang menoleh ke arah pintu. Ada apa?

“Sepertinya Pangeran akhirnya tiba,” bisik Kenith, sambil merapikan dasi dan lipatan jasnya yang agak berantakan setelah menari.

…..

“Tersenyumlah,” ujarnya ringan, lalu ia sendiri pun memasang senyum lebar.

Senyum? Apakah itu topeng wajib bagi semua orang di sini? Tapi Sofia segera teringat—suaminya akhirnya datang. Rasa penasaran bercampur ketakutan berdesakan di dadanya.

Pintu itu terbuka perlahan, dramatis, seolah ingin menegaskan betapa pentingnya tamu yang baru datang. Sofia hanya bisa memutar bola matanya. Inilah dia, sosok yang disebut-sebut sebagai Suami Terbaik Tahun Ini. Semoga malam ini bukan malam pernikahannya, kalau tidak, ia rela mati saja.

Dan akhirnya, dia datang.

“Kau pasti bercanda...” bisik Sofia tak percaya saat menatapnya lekat-lekat. Julukan “Pangeran” yang disematkan padanya terasa seperti lelucon kejam.

Saat sosok itu mendekat hingga jarak dua meter, barulah Sofia sadar—ia terlalu lama menatap. Sekarang masuk akal mengapa Kenith dan para staf selalu menghindari pembicaraan tentang suaminya. Rupanya semua orang sudah tahu... kecuali dirinya.

Semoga Tuhan menolongnya. Pangeran itu... pendek. Ya, tingginya bahkan tak lebih dari tujuh puluh sentimeter, hanya sebatas pinggangnya.

Sofia ingin pingsan. Tidak, ia sungguh ingin pingsan. Sayangnya, kenyataan tidak pernah semudah drama.

Ketika Kenith mengatakan ia akan menjadi istri yang baik, seharusnya Sofia bertanya: apakah Pangeran ini juga layak disebut suami yang baik?

Dia tidak pernah membayangkan dirinya menikah dengan pria bertubuh mungil. Bukan bermaksud merendahkan siapa pun, tapi setiap orang punya preferensi. Dan menikah dengan pria pendek tak pernah masuk dalam daftar pilihannya. Takdir jelas sedang mempermainkannya.

Pantas saja Kenith terlalu ramah padanya. Pasti karena kasihan. Alih-alih merasa terbantu, Sofia justru terbakar amarah. Berani-beraninya dia mengasihani dirinya padahal dialah yang menjerumuskannya ke dalam situasi ini! Rasanya ia ingin meninjunya di tempat.

“Umm... Halo, Pak?” Sofia tergagap, bingung harus menyapanya dengan panggilan apa. Mereka bahkan belum cukup akrab untuk saling berbicara mesra—dan membayangkannya saja sudah membuatnya ingin menjerit malu.

Pangeran itu tidak menjawab. Ia hanya menjentikkan jarinya, dan seketika para pengawal bergerak. Sofia menyaksikan bagaimana sebuah bangku besar diletakkan di depan, lalu dua pria berbadan kekar mengangkat tubuh mungilnya dan menempatkannya di atas bangku itu.

Musik pun berhenti. Semua mata menatap ke arah mereka. Hingga tiba-tiba, seorang wanita tak sanggup menahan tawa.

“Oh...” wanita itu terkejut sendiri, lalu menutup mulutnya. “Maaf... aku sungguh tidak bermaksud... itu hanya—lucu...”

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, dua pria menghampiri, mencengkeram lengannya, dan menyeretnya keluar meski ia berteriak-teriak minta dilepaskan.

Sofia tahu mereka takkan membunuhnya. Wanita itu pasti punya pengaruh cukup besar sehingga tak bisa disingkirkan sembarangan. Namun, peristiwa itu sudah cukup membuktikan—Pangeran sangat sensitif soal tubuh mungilnya. Sofia pun menahan lidahnya sekuat tenaga.

Ia masih menyimak kejadian itu ketika tiba-tiba dagunya dicekal kuat-kuat. Ia terperanjat. Tatapannya langsung beradu dengan pria mungil yang kini resmi menjadi suaminya. Pandangan tajam itu membuatnya merasa seolah sedang dipajang di etalase.

“Tidak buruk,” ujar Pangeran kepada Kenith, yang langsung menunduk senang mendapat pujian.

Tidak buruk? Sofia hampir mendidih. Apa dia hanya dianggap ‘lumayan’? Padahal banyak perempuan di luar sana pasti rela antri demi bisa menikah dengannya. Sedangkan dirinya? Ia ada di sini karena tak pernah diberi pilihan. Kalau saja ia punya keberanian, mungkin ia sudah membunuh pria ini lalu mengakhiri hidupnya sendiri.

Pangeran lalu mengangkat tangannya, berseru lantang, “Kenapa musiknya berhenti? Ayo, ini hari istimewaku! Menarilah! Nikmati jamuan ini!”

Seolah tak terjadi apa-apa, semua orang kembali larut dalam riuh pesta.

Sofia hanya bisa menatap terpana ketika tubuh mungil itu diangkat turun dari bangku dengan penuh kehati-hatian. Baginya, pemandangan ini tetap terasa aneh dan sulit diterima.

“Sekarang... kemarilah, istriku,” ucapnya sambil mengulurkan tangan. “Izinkan aku mengenalmu lebih dekat.”

Tangan mungil itu terjulur ke arahnya, dan Sofia menatapnya seperti melihat jerat maut.

Ada dorongan untuk menepuk tangannya lalu kabur sejauh mungkin. Tapi siapa yang ia bohongi? Mustahil ia bisa melarikan diri dari neraka ini.

Jadi, dengan berat hati, ia menggenggam tangan sang Pangeran.

1
Alfiano Akmal
Terima kasih sudah Mampir jangan lupa tinggalkan jejak kalian .....
Shinichi Kudo
Satu kata buat cerita ini: keren abis!
cómics fans 🙂🍕
Gak sabar nunggu lanjutannya thor!
Nami/Namiko
Terima kasih author! 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!