Reinkarnasi Sang Naga Semesta
Ribuan tahun lalu, sebelum waktu dicatat dan nama diberi makna, semesta bersaksi atas pengkhianatan yang merobek jantung keharmonian...
Di antara hamparan bintang yang bersinar tenang, tiba-tiba terukir luka besar di angkasa—sebuah retakan yang menyemburkan cahaya merah kehitaman. Suara ledakan sunyi memekakkan semesta, dan tubuh raksasa bersisik hitam keunguan terlontar jauh menabrak gugusan galaksi. Puluhan bintang runtuh seketika hanya karena hempasan itu.
Naga itu mengerang.
Tubuhnya terkoyak. Darah kosmiknya melesat liar, berubah menjadi meteor-meteor mengerikan yang menghujam kehampaan. Sayapnya hangus sebagian, dan tanduk kosmiknya retak seperti kaca pecah.
Namun matanya—dua mata bersinar seakan menampung keseluruhan sejarah semesta—belum kehilangan binarnya.
Sang Naga Semesta, makhluk pertama yang diciptakan oleh Sang Revenant, penguasa dimensi terdalam, kini terluka parah.
Di hadapannya berdiri delapan sosok bercahaya, tubuh mereka berselimut pancaran suci namun dingin. Mereka adalah Penjaga Semesta, pelindung hukum-hukum yang menjaga alam tetap seimbang.
Di atas mereka, mengambang seperti bintang mati yang tak tersentuh, terdapat empat sosok lebih besar—Elder Star, entitas tertua yang mengatur jalannya takdir galaksi.
Naga Semesta mencoba berdiri, napasnya berat, namun matanya tajam menatap mereka.
“Mengapa...?” gumamnya, suara berat itu bergema menembus realitas.
Salah satu Penjaga maju. Sosoknya tidak punya wajah, hanya cahaya. Ia berbicara tanpa suara, namun maknanya tertanam langsung dalam benak setiap yang mendengarnya.
"Ini perintah Elder Star."
Sang Naga menoleh ke atas, menatap keempat Elder Star yang menatapnya dari kejauhan, seolah ia adalah sesuatu yang kotor. Salah satu dari mereka, dengan aura seperti kabut kristal, turun sedikit mendekat.
“Untuk menjaga keseimbangan semesta,” ucap Elder Star itu datar.
“Menjaga keseimbangan...?” Naga Semesta mengulang pelan. Nafasnya mulai menghangatkan ruang di sekitarnya.
“Kalian bicara tentang keseimbangan seakan kalian pernah memahaminya. Selama eon aku tidur, kalian memainkan dunia seperti mainan! Kalian menyebut namaku sebagai ancaman, padahal aku hanya duduk diam mengawasi kalian menghancurkan tatanan yang dulu aku lindungi!”
Elder Star ketiga menjawab, nadanya tajam seperti pecahan logam.
“Lancang.”
“Kau mungkin yang terkuat, tapi hari ini kau sendirian. Hari ini adalah akhir dari keabadianmu.”
Seketika itu pula, Sang Naga Semesta tertawa.
Bukan tawa kegembiraan, melainkan tawa getir yang menggema sepanjang rasi bintang. Suara itu membuat bintang-bintang goyah dari orbitnya. Beberapa bahkan meledak hanya karena riuhnya gaung yang dikeluarkannya.
“Kalian benar-benar... meremehkan aku.”
Sinar ungu keluar dari pori-pori tubuhnya. Bekas luka di tubuhnya kini memancarkan energi liar yang seakan tak terkendali.
“Aku bukan sekadar naga biasa... Aku adalah makhluk pertama ciptaan Sang Revenant. Darahku adalah fondasi dari tata bintang pertama. Nafasku membentuk kabut kosmik yang melahirkan planet-planet pertama! Kalian pikir kalian bisa membunuh aku... hanya dengan jumlah?”
Langit bergetar.
Waktu seperti tertarik. Dan semesta—yang sebelumnya sunyi, kini menggema dengan suara raungan paling mengerikan yang pernah terdengar dalam seluruh sejarah eksistensi.
"AAAAARRRRRGGGGHHHHHHH!"
Itu bukan sekadar auman. Itu adalah kehendak yang dibebaskan. Itu adalah kutukan yang dilahirkan kembali.
Tubuh Naga Semesta menyala dalam warna yang belum pernah dikenali oleh hukum cahaya. Ia membakar esensi kehidupannya sendiri, menyulut kekuatan yang bahkan Elder Star tidak pernah prediksi.
Dalam sekejap, seluruh area medan perang berubah. Dimensi runtuh satu demi satu. Penjaga Semesta mulai gemetar. Mereka bisa merasakan… makhluk di hadapan mereka telah melewati ambang akal sehat.
“Meski aku mati... aku akan membawa kalian semua bersamaku!!”
Itu adalah deklarasi kehancuran.
Salah satu Penjaga mencoba menyerang lebih dulu—melemparkan tombak waktu yang bisa menghapus masa lalu dan masa depan sekaligus. Namun, sebelum tombak itu menyentuh sisik naga, tubuh Penjaga itu hancur seketika, tercabik oleh gelombang kekuatan yang meretakkan dimensi.
Yang tersisa darinya hanya debu berkilau, hilang ditelan kehampaan.
Panik menyebar. Elder Star serentak mengangkat tangan. Masing-masing memanggil kekuatan absolut mereka:
Elder Star Api Purba: menciptakan matahari mini yang meledak terus menerus.
Elder Star Waktu: mencoba memperlambat waktu di sekitar naga, namun gagal.
Elder Star Suara Agung: melepaskan gema yang bisa menghancurkan jiwa.
Elder Star Keseimbangan: menekan ruang realitas agar naga tak bisa bergerak bebas.
Tapi Naga Semesta justru bergerak lebih cepat dari hukum. Ia menerobos waktu. Ia menelan matahari mini seperti camilan. Ia menangkis gema pemecah jiwa dengan raungan yang jauh lebih kuat.
Para Penjaga Semesta mencoba bertahan—tetapi satu per satu mereka menghilang. Dihantam, dibakar, ditelan ledakan bintang yang dilahirkan dari cakar naga. Tak ada waktu untuk menyerang balik. Tidak ada ruang untuk berpikir.
Semuanya menjadi ladang pembantaian kosmik.
Elder Star mulai terdesak. Mereka saling menatap, dan untuk pertama kalinya dalam jutaan tahun… mereka ragu.
“Kita harus menyegel dia sekarang!” teriak Elder Star Keseimbangan.
“Sudah terlambat!” balas Elder Star Api Purba. “Dia sudah melampaui bentuk!”
Namun mereka tahu, jika tak bertindak sekarang—semesta tak akan lagi memiliki bentuk yang utuh.
Dengan tenaga terakhir, mereka membentuk lingkaran besar. Empat kekuatan tertua semesta bergabung, membentuk Segel Nirwana, sebuah penguncian mutlak yang memanfaatkan inti dimensi itu sendiri. Mereka membayar dengan tubuh mereka, menjadikan jiwa mereka sebagai bahan bakar untuk segel itu.
Sang Naga Semesta tahu. Dia tersenyum di tengah kehancuran yang ia ciptakan.
“Jadi... begini caranya kalian mencoba menghilangkan sejarah?”
“Tapi dengarlah ini, wahai bintang-bintang yang bersinar palsu...”
Tubuhnya mulai meledak, bukan karena kekalahan, melainkan karena ia membakar dirinya sendiri hingga ke akar eksistensi. Dan sudah sampai batasnya.
“...Jika aku harus musnah... maka aku akan terlahir kembali.”
“Dan saat aku kembali... kalian semua akan menyadari… bahwa kehancuran yang kalian takutkan—adalah kebenaran yang kalian tolak.”
"Ahh...Maafkan pelayan mu ini tuan Revenant..pelayanmu tidak bisa menjaga semesta yang kau titipkan.."
Dan dalam ledakan terakhir, yang mengguncang jutaan galaksi—semesta terdiam.
Naga Semesta... menghilang.
Segel Nirwana terbentuk sempurna, mengunci kehampaan tempat naga terakhir itu membakar dirinya. Tidak ada satu pun bintang di dekat area itu yang masih bersinar. Wilayah itu kini disebut Kawasan Kosong Abadi—tempat yang bahkan cahaya pun enggan melewati.
Elder Star menghilang. Para Penjaga Semesta pun tak tersisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments