Bismillah karya baru FB Tupar Nasir
WA 089520229628
Sekuel dari Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten
Kapten Excel belum move on dari mantan istrinya. Dia ingin mencari sosok seperti Elyana. Namun, pertemuan dengan seorang perempuan muda yang menyebabkan anaknya celaka mengubah segalanya. Akankah Kapten Excel Damara akan jatuh cinta kembali pada seorang perempuan?
Jangan lupa ikuti kisahnya, ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Erni Ngamuk
Excel yang memang dalam perjalanan menuju rumahnya, segera mempercepat laju mobilnya. Mendengar kabar kalau Erni datang dan mengancam serta menghina Zinni, Excel tidak bisa tinggal diam. Baginya Erni sudah mengusik privasinya.
"Ada apa lagi wanita itu? Kenapa dia kembali datang dan mengusik ketenangan hidupku?" Excel mendengus kesal dengan Erni yang tiba-tiba datang lalu mengancam orang di rumahnya.
Sementara di rumah Excel, sudah terjadi adu mulut. Zinni membela dirinya, dia tidak terima Erni menghinanya dengan kasar, apalagi menudingnya tidak benar.
"Stop, Mbak, jangan hina saya lagi. Lagipula saya tidak merasa seperti yang Mbak tuduhkan. Pak Excel tidak seperti itu," lawan Zinni sembari menahan tangan Erni yang akan menarik kerah bajunya.
"Muka polos dan sok cantik, tapi bawahan diobral. Lihat saja, gue laporkan pada pihak RT setempat, bahwa di rumah ini telah terjadi kumpul kebo pasangan tidak menikah. Lihat saja, akan gue permalukan kalian," ancam Erni lagi semakin tidak terkendali bicaranya.
"Tidak. Jangan sembarangan ngomong kotor seperti itu, Mbak. Uhhhh." Zinni menghindar saat tangan Erni akan meraih rambut panjangnya. Untuk melindungi diri, Zinni membentengi tubuhnya dengan gagang lapel dorong.
Hati Zinni sakit dituding yang tidak-tidak oleh Erni yang notabene orang asing bagi Zinni.
"Mbak Erni, jangan lakukan!" cegah Bi Ocoh. Tapi Erni tidak peduli, ia tetap merangsek dan kini meraih rambut Zinni ingin ditariknya. Namun, Zinni tidak kalah cepat, ia meraih ember air kotor bekas kain pel. Kemudian Zinni menyiramkannya di tubuh Erni.
"Eh ehhhhh, sialannnn," pekik Erni seraya menghindar.
"Dasar cabe-cabean, munafik. Tinggal di sini sengaja dipiara mantan suami gue, hanya modal ngangkang," teriak Erni.
Zinni tercengang, sedih dan merasa terhina dituduh kotor seperti itu.
"Apa-apaan ini? Siapa yang kamu bilang cabe-cabean modal ngangkang? Jaga bicaramu Erni, dia tidak sekotor tubuh dan mulutmu. Harusnya sebelum mengatai orang, kamu introspeksi diri. Dulu saat menjadi istri siriku, kamu ingat pernah bermain di belakangku dengan seorang dokter? Lalu kenapa sekarang kamu nuduh dan mengatai dia sehina itu?"
Excel tiba-tiba datang dan meradang melihat Erni berbicara kotor terhadap Zinni. Sementara Zinni, saat ini merasa terpukul, dia menangis karena ucapan Erni begitu menyakiti hatinya.
"Alah dasar munafik. Lihat saja, akan aku laporkan pada pihak RT kalau di rumah ini sudah terjadi ...."
"Terjadi apa? Memangnya apa yang kamu lihat? Justru perbuatan brutalmu akan aku laporkan ke dinas kesehatan karena telah mengganggu privasi seseorang dan mengganggu kenyamanan tempat tinggal seseorang. Biarkan CCTV di rumah ini jadi bukti," potong Excel tegas.
Erni tercengang, dia kaget ternyata gerak-geriknya terekam oleh kamera CCTV.
Keluar dari rumahku sekarang juga, atau aku laporkan perbuatanmu pada pihak dinas kesehatan?" ancam Excel sambil melotot.
"Huhhhh." Erni menghela nafas kasar, dia menatap Excel dengan nafas turun naik.
"Bi Ocoh, seret perempuan pengacau ini keluar! Usir dia! Ingat, ya, bukti CCTV ini akan aku jadikan bukti sebagai perbuatan tidak menyenangkan kamu di rumahku," ancam Excel lagi seraya membentangkan tangannya supaya Erni pergi.
"Pergi Mbak. Atau saya lapor pada pihak berwajib sekarang juga?" Bo Ocoh menarik lengan Erni, kemudian menyeretnya keluar.
Erni sudah keluar dari pintu pagar rumah Excel. Sementara Zinni yang tadi menangis, kini berlari menuju kamar dan menghindar dari Excel.
"Zinni tunggu!" Excel menyusul Zinni menuju kamarnya, dia tahu Zinni pasti sangat sedih mendapat hinaan kotor dari Erni.
"Zinni," panggil Excel. Akan tetapi Zinni tidak menggubris. Dia sakit hati oleh Erni, yang bisa Zinni lakukan adalah menangis.
Karena Zinni tidak membuka pintunya, Excel terpaksa pergi. Dia harus bertindak cepat sebelum Erni lebih dulu menyebarkan berita yang tidak-tidak tentang dirinya pada pihak-pihak yang berwenang.
"Aku harus kasih pelajaran pada Erni. Biar bukti CCTV itu yang bicara. Aku akan buat Erni menyesal karena sudah membuat rumahku menjadi tidak aman," dengus Excel seraya berlalu menuju ruang CCTV dan menginput hasil rekaman CCTV tadi ke dalam Hp nya.
Sementara itu, Zinni masih menangis karena hinaan Erni, di dalam kamar. Tuduhan dan hinaan Erni membuat Zinni berpikir untuk pergi dari rumah Excel saja. Karena tidak menutup kemungkinan, ancaman Erni akan jadi nyata.
"Daripada aku dituduh yang tidak benar oleh perempuan tadi, lebih baik aku pergi dari rumah Pak Excel," gumamnya masih terisak.
"Tapi, aku harus ke mana? Aku tidak punya tempat tinggal dan uang," bingungnya.
kawal si exel sm zinni sampai ke pelaminan