NovelToon NovelToon
Blind Girl And Cold Mafia

Blind Girl And Cold Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Pengantin Pengganti / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Roman-Angst Mafia
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: La-Rayya

Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa ibunya dan membuatnya buta karena melindungi adiknya, pernikahan Intan dibatalkan, dan tunangannya memutuskan untuk menikahi Hilda, adik perempuannya. Putus asa dan tak tahu harus berbuat apa, dia mencoba bunuh diri, tapi diselamatkan oleh ayahnya.

Hilda yang ingin menyingkirkan Intan, bercerita kepada ayahnya tentang seorang lelaki misterius yang mencari calon istri dan lelaki itu akan memberi bayaran yang sangat tinggi kepada siapa saja yang bersedia. Ayah Hilda tentu saja mau agar bisa mendapat kekayaan yang akan membantu meningkatkan perusahaannya dan memaksa Intan untuk menikah tanpa mengetahui seperti apa rupa calon suaminya itu.

Sean sedang mencari seorang istri untuk menyembunyikan identitasnya sebagai seorang mafia. Saat dia tahu Intan buta, dia sangat marah dan ingin membatalkan pernikahan. Tapi Intan bersikeras dan mengatakan akan melakukan apapun asal Sean mau menikahinya dan membalaskan dendamnya pada orang yang sudah menyakiti

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masa Lalu Sean

Julian kemudian mulai meminta semua orang untuk pergi dan Sean kembali ke danau tempat Intan menunggunya, begitu dia sampai di sana dia tersenyum.

"Rumah ini milik kita seutuhnya." Ucap Sean.

"Apa? Tapi bagaimana dengan para tamu?" Tanya Intan terkejut.

"Mereka sudah pergi, sekarang bagaimana kalau kita pergi ke balkon, di sini agak dingin." Ucap Sean.

"Ayo pergi." Balas Intan.

Mereka berpelukan dan berjalan ke balkon, tempat mereka duduk di bangku ayunan besar.

Mereka berdua duduk di sana. Sean memeluk Intan dan mereka menikmati kebersamaan, tapi mata Sean tidak pernah lepas dari Intan.

"Apakah kau sungguh akan terus menatapku seperti itu?" Tanya Intan.

"Bagaimana mungkin? Bagaimana kau tahu kalau aku sedang menatapmu?" Tanya Sean tidak percaya.

"Rasanya seperti sebuah sensasi. Kau tahu, aku rasa kau pernah mengalaminya saat kau berada di tengah banyak orang dan kau merasa seperti ada yang memperhatikan mu." Ujar Intan.

"Ya, sepertinya begitu." Ucap Sean.

"Jadi itulah perasaan yang aku dapatkan, ketika kau kehilangan penglihatan kau benar-benar perlu menggunakan indera mu yang lain untuk menebusnya, pada awalnya itu sangat sulit. Ketika seseorang lahir buta mereka tidak kehilangan apa pun, mereka telah terbiasa menggunakan indera mereka yang lain sejak lahir. Sekarang ketika kau kehilangan penglihatan mu sebagai sebagai orang dewasa, itu sangat sulit, semua yang pernah kau ketahui, perlu kau pelajari kembali." Ujar Intan panjang lebar.

"Aku bisa bayangkan itu pasti sangat sulit." Ucap Sean.

"Ya, tidak bisa melihat bayanganku di cermin, tidak tahu seperti apa pakaianku saat keluar, tidak bisa melihat matahari terbit atau terbenam, dan tidak bisa melihat wajah pria yang aku sukai." Ucap Intan.

Sean menyentuh wajah Intan dan mencium keningnya sebelum berbicara.

"Kita akan mendatangi dokter spesialis terbaik, kita akan mencoba segala cara agar kau dapat melihat lagi, aku janji Intan." Ucap Sean.

"Aku berharap bisa mempercayainya, tapi aku tidak bisa. Ketika dokter mengatakan aku buta dan perlu menemui dokter spesialis di bidang tersebut, Papaku sudah mencoba beberapa dokter yang merujuknya, karena dia tidak dapat menerima jika dia memiliki anak perempuan cacat sepertiku. Setiap kali kami memiliki secercah harapan, harapan itu direnggut dariku minggu berikutnya, dengan itu tekanan fisik dan emosional menjadi terlalu besar, tunanganku putus denganku dan beberapa minggu kemudian dia mengumumkan bahwa dia akan menikahi saudara perempuanku. Jadi kau dapat membayangkan apa yang terjadi selanjutnya." Ucap Intan.

Intan menggerakkan jari-jarinya di atas bekas luka itu dan Sean meraih tangan Intan dan mencium tempat dia baru saja menyentuhnya.

"Dengar, aku tidak tahu apa yang terjadi padamu sampai-sampai kau menerima diagnosis yang mengatakan bahwa kebutaan mu tidak dapat disembuhkan. Aku telah mempelajari sedikit tentang hal ini dan terlepas dari beberapa penyakit degeneratif dan beberapa lainnya, ada perawatan dan operasi yang dapat memulihkan penglihatan bagi mereka yang kehilangan penglihatan karena trauma kepala seperti yang terjadi padamu. Dan tentang mantan tunanganmu, aku hanya ingin mengatakan satu hal, kehilangannya adalah keuntunganku. Karena jika dia menikahi mu, sekarang aku tidak akan punya kesempatan bertemu denganmu. Jadi, aku tidak mengeluh. Dia pasti akan menyesalinya seumur hidupnya karena telah kehilangan seseorang yang spesial sepertimu." Ujar Sean.

"Dan kau, katakan padaku, apakah kau punya pacar dari masa lalu yang telah menjadi bagian hidupmu?" Tanya Intan.

"Kenapa kau bertanya?" Tanya Sean.

"Aku hanya ingin tahu saja. Kau seolah tahu segalanya tentang hidupku, sedangkan aku tak tahu apa pun tentangmu." Jawab Intan.

Sean terdiam beberapa saat, lalu mulai berbicara lagi.

"Ya, aku pernah memiliki seseorang yang aku cintai, tapi itu sudah lama sekali." Ucap Sean.

"Ceritakan padaku, aku ingin tahu lebih banyak tentangmu." Balas Intan.

“Yah, aku tumbuh di jalanan, di tengah-tengah geng, dan preman-preman pasar. Aku dibully dan selalu dipermalukan oleh anak-anak yang lebih kuat dariku berkali-kali. Jadi aku memutuskan untuk mengubah situasiku. Aku bergabung dengan sebuah geng. Aku membuat namaku mulai dikenal orang lain, dan sedikit demi sedikit aku mendapatkan pengakuan dari anggota geng lain. Aku melakukan pekerjaanku dari hal-hal buruk." Ujar Sean.

Dia menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Dan begitulah aku menjadi pria seperti sekarang ini."

"Apakah saat itu kau jatuh cinta?" Tanya Intan.

"Saat itu aku masih remaja, berumur 16 atau 17 tahun, dia adalah putri dari ketua kelompok geng kami. Dia gadis yang cantik, tapi sangat bermasalah. Kami pergi bersembunyi karena ayahnya tidak akan pernah menerima dia bersama dengan orang yang tidak dikenal sepertiku. Jadi aku berusaha keras untuk memenangkan hati ayahnya, dan ketika akhirnya aku mendapatkan kepercayaannya, aku meminta putrinya untuk menikah denganku. Tapi aku mengetahui bahwa dia sudah memiliki tunangan. Ayahnya memberi dia kesempatan untuk memilih antara aku dan tunangannya dan akulah yang dia lepaskan. Sejak saat itu aku menyadari bahwa ketika kau punya uang dan kekuasaan, kau bisa mendapatkan apa saja, jadi aku mulai bekerja keras untuk mendapatkan uang yang banyak." Ujar Sean panjang lebar.

"Begitu penuh lika-liku. Tapi apa kau tidak pernah peduli pada siapa pun setelah itu?" Ucap Intan.

Pada saat itu Sean memikirkan Vina. Itu adalah hubungan terlama yang pernah dijalaninya setelah patah hati. Tapi Sean dengan cepat menyingkirkan pikiran itu, karena sekarang dia tahu apa arti sebenarnya mencintai seseorang. Dia tahu bahwa apa yang dia rasakan untuk Vina tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan perasaan yang dia rasakan untuk Intan saat ini.

"Tidak, sekarang setelah aku tahu apa artinya sebenarnya peduli terhadap seseorang, ingin selalu dekat dengan orang yang aku pedulikan, aku tahu bahwa aku belum jatuh cinta pada siapa pun kecuali denganmu." Ucap Sean.

Intan mendekat dan mencium bibir Sean, lalu Sean memeluknya dan memperdalam ciuman mereka.

"Kurasa aku tidak menunjukkan kamar kita dengan baik, omong-omong, tempat tidurnya besar." Ucap Sean.

"Hahaha, jadi kenapa kau tidak menunjukkannya padaku?" Balas Intan tertawa.

Sean mengangkat Intan dan menggendongnya masuk, di tengah tawa dan kata-kata nakal yang diucapkan pasangan, mereka masuk dan berhadapan langsung dengan Bi Lila yang tengah membereskan rumah.

"Oh, ada Bi Lila?" Ucap Sean.

"Turunkan aku, Sean." Ucap Intan malu pada Bi Lila.

Sean melakukan apa yang Intan katakan.

"Selamat malam, Bi Lila." Sapa Intan.

"Selamat malam, Non Intan, dan selamat ulang tahun." Ucap Bi Lila.

"Terima kasih." Balas Intan.

"Tidurlah, ini sudah malam, Bi Lila. Petugas kebersihan akan datang untuk membereskan semua ini." Ucap Sean.

"Saya mengerti, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu." Ucap Bi Lila.

"Selamat malam." Ucap Sean.

"Selamat malam Pak." Balas Bi Lila.

"Selamat malam Bi Lila." Ucap Intan juga.

Bi Lila lalu pergi meninggalkan keduanya.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!