NovelToon NovelToon
Pemburu Para Dewa

Pemburu Para Dewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sistem / Kelahiran kembali menjadi kuat / Akademi Sihir / Harem / Elf
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ex_yu

Mati sebelum kematian, itulah yang dirasakan oleh Jeno Urias, pria usia 43 tahun yang sudah lelah dengan hidupnya. keinginannya hanya satu, mati secara normal dan menyatu dengan semesta.

Namun, Sang Pencipta tidak menghendakinya, jiwa Jeno Urias ditarik, dipindahkan ke dunia lain, Dunia Atherion, dunia yang hanya mengenal kekuatan sihir dan pedang. Dunia kekacauan yang menjadi ladang arogansi para dewa.

Kehadiran Jeno Urias untuk meledakkan kepala para dewa cahaya dan kegelapan. Namun, apakah Jeno Urias sebagai manusia biasa mampu melakukannya? Menentang kekuasaan dan kekuatan para dewa adalah hal yang MUSTAHIL bagi manusia seperti Jeno.

Tapi, Sang Pencipta menghendaki Jeno sebagai sosok legenda di masa depan. Ia mendapatkan berkah sistem yang tidak dimiliki oleh siapa pun.

Perjalanan panjang Jeno pun dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ex_yu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Menolak Tawaran.

Bab 17. Menolak Tawaran secara Halus dan Elegan.

Gerbang besi Balai Kota Velden menjulang di hadapan mereka seperti pintu menuju dimensi lain, dihiasi ukiran naga perak yang tampak bergerak dalam cahaya lentera malam. Langit gelap telah menghamparkan selimut bintang-bintang, menciptakan kontras dramatis dengan kehangatan cahaya yang terpancar dari jendela-jendela gedung megah di depan mereka.

Sebelum kaki mereka menyentuh anak tangga marmer yang telah diinjak ribuan diplomat selama berabad-abad, suara langkah kaki yang berbeda memecah keheningan malam. Bukan derap keras sepatu boot prajurit, melainkan langkah yang ringan namun penuh percaya diri, seperti langkah seorang predator yang bergerak dalam bayangan.

Dari kegelapan malam yang menutupi jalanan berbatu, muncul sosok yang keluar dari kegelapan. Seorang wanita berkulit eksotis dengan warna perunggu yang berkilau seperti logam mulia, mata dan rambut berwarna perak yang memancarkan cahaya mistis dalam gelap. Telinga runcing yang khas menegaskan identitasnya, ia adalah seorang Dark Elf yang dikenal dengan sebutan Drow untuk bangsa Elf. Dark Elf telah menjadi musuh bebuyutan High Elf sejak zaman ketika dunia masih belum mengenal sistem kekuatan.

Kecantikannya bukan jenis kecantikan yang lembut dan menenangkan, melainkan kecantikan yang berbahaya, seperti pedang yang berkilau atau api yang menari. Setiap gerakan tubuhnya dipenuhi dengan keanggunan yang mematikan, seolah ia sedang menari dengan bayangan maut itu sendiri.

"Jeno Urias," panggilnya dengan suara yang terdengar seperti madu yang dicampur dengan racun. Namanya bergulir dari bibirnya dengan sensualitas yang membuat udara di sekitar mereka terasa lebih hangat.

Panggilan itu membuat seluruh rombongan berhenti berjalan seketika, seolah waktu telah membeku. Mereka membalikkan badan dengan gerakan yang hampir sinkron.

Amelia Silverleaf, yang darahnya mengalir dari keturunan High Elf yang mulia, merasakan setiap serat tubuhnya menegang dengan insting yang telah diwariskan di DNA-nya bergejolak. Matanya menyipit dengan kewaspadaan yang telah tertanam dalam semenjak lahir.

"Mau apa kau, Viconia?" tanyanya dengan nada yang dingin seperti es di puncak gunung tertinggi. Setiap kata yang keluar dari bibirnya dipenuhi dengan kebencian yang telah mengakar selama berabad-abad konflik antar ras.

Viconia tersenyum tipis, senyuman yang menyimpan seribu makna tersembunyi dan seribu rahasia yang tidak mungkin diungkapkan. Dengan gerakan yang begitu elegan sehingga terlihat seperti tarian, ia mengabaikan pertanyaan Amelia dan mengarahkan seluruh perhatiannya kepada Jeno.

"Tuan Jeno," ucapnya dengan suara yang bergetar dengan emosi yang sulit diidentifikasi, "aku telah menyaksikan kekuatan yang kau tunjukkan di arena. Kekuatan yang melampaui pemahaman kami tentang batasan manusia biasa." Ia berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya meresap ke dalam pikiran semua orang yang mendengar.

"Aku siap menjadi pengikutmu, bahkan mau menjadi pelayan tanpa meminta bayaran apapun. Hidupku, jiwaku, segala yang kumiliki, semuanya untukmu."

Pernyataan yang begitu terang-terangan dan penuh passion itu membuat Jeno, Rai Recaldo, dan Justus terkejut hingga hampir tidak bisa berkata-kata. Tetapi yang paling terkejut adalah Amelia Silverleaf, intuisinya yang telah diasah oleh pengalaman berabad-abad konflik antar ras, ternyata benar.

Viconia memang mengincar Jeno, dan ini bukan sekadar ketertarikan biasa. Ini adalah sesuatu yang jauh lebih mendalam, lebih berbahaya, dan lebih kompleks daripada yang bisa dipahami oleh pikiran manusia biasa.

Rai Recaldo, yang selama bertahun-tahun telah belajar untuk menjaga netralitas di tengah konflik yang selalu mengancam meledak, berdehem pelan dan berkata dengan nada yang berusaha diplomatik. "Melady Viconia, mengapa tidak bergabung dengan kami untuk makan malam? Setelah itu, kita bisa mengobrol sepuasnya dalam suasana yang lebih... santai."

Viconia menerima undangan itu dengan senyum yang bersinar seperti bulan purnama. Dengan gerakan yang tiba-tiba dan penuh kepercayaan diri, ia memeluk lengan Jeno, sebuah tindakan yang begitu intim sehingga membuat Amelia semakin marah.

Jeno membeku sejenak, tubuhnya menjadi kaku seperti patung. Ia tidak mengerti mengapa wanita yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya bisa begitu tertarik padanya. Dalam keheningan pikirannya, ia bertanya-tanya, "apakah ini ada hubungannya dengan kekuatan aneh yang telah mengubah hidupnya?"

Tindakan Viconia yang begitu berani membuat darah muda Amelia berdesir dengan kemarahan yang hampir tidak bisa dikontrol. Wajahnya memerah dengan intensitas yang mengingatkan pada matahari terbenam.

"Lepaskan dia!" tegurnya dengan suara yang bergetar antara marah dan panic. "Bersikaplah sopan, wanita tak tahu malu!"

Sebelum situasi memanas hingga mencapai titik yang tidak bisa dikontrol lagi, Rai Recaldo dengan bijaksana mempersilahkan semua orang masuk ke balai kota. Justus, yang telah mengenali tanda-tanda bahaya, dengan cepat menengahi dengan merangkul bahu Jeno dalam gesture persahabatan yang penuh perlindungan.

Gerakan Justus memaksa Viconia untuk melepaskan lengan Jeno, dan hal itu membuat Amelia tersenyum dengan kepuasan yang tidak bisa disembunyikan. Tetapi kemenangan kecil itu tidak mengurangi tension yang terus mengalir di antara kedua wanita.

Viconia dan Amelia saling berpandangan dengan intensitas yang membakar, mata mereka bertemu dalam pertarungan silent yang lebih berbahaya daripada pertarungan fisik. Mereka bukan hanya mewakili diri mereka sendiri, tetapi juga mewakili dua kerajaan, Lumina dan Greaves, yang telah saling bermusuhan selama berabad-abad.

Pandangan mereka seperti mengeluarkan listrik yang saling berbenturan, menciptakan percikan yang bisa dilihat oleh siapa saja yang cukup sensitif untuk merasakannya. Udara di sekitar mereka bergetar dengan energi yang hampir bisa disentuh.

"Jadi kau memang mengincar Jeno!" tuduh Amelia dengan suara yang tajam seperti pisau yang baru diasah.

Viconia, alih-alih menyangkal atau menghindar, malah tersenyum dengan keanggunan yang provokatif. "Tentu saja," jawabnya dengan nada yang penuh kepercayaan diri. "Aku tertarik dengan ketampanan dan kekuatan yang dimiliki Tuan Jeno. Tidak seperti seseorang yang tidak tahu malu setelah dikalahkan berkali-kali olehnya."

Kata-kata yang penuh racun itu membuat kemarahan Amelia meningkat hingga hampir meledak. Wajahnya berubah merah padam, dan tangannya bergetar dengan keinginan untuk meraih tongkat sihirnya di punggungnya.

Namun, sebelum kedua wanita itu bisa terlibat dalam pertarungan yang akan menghancurkan malam yang relatif damai ini, Rai Recaldo dengan suara yang penuh otoritas memberikan peringatan yang membuat keduanya membeku.

"Dengarkan baik-baik," ucapnya dengan nada yang tidak memerlukan pengulangan. "Aku tidak peduli status kalian... bangsawan, penyihir agung, atau bahkan pahlawan sekalipun. Jika kalian melanggar aturan kota ini, kalian akan diusir dari Velden dan tidak akan pernah diperbolehkan kembali. Dan aku tidak membuat ancaman kosong."

Kedua wanita itu, menyadari bahwa mereka berhadapan dengan seseorang yang tidak akan ragu-ragu melaksanakan ancamannya, mereka saling membuang muka dengan kesal namun terpaksa menahan diri. Dengan gerakan yang penuh dengan frustrasi yang tertekan, mereka berlomba-lomba menyusul Jeno yang sudah masuk ke balai kota.

------

Di ruang makan begitu megah, dengan langit-langit tinggi yang dihiasi lukisan-lukisan kuno. Para pelayan berbaris rapi menyambut tamu.

Justus tidak bisa menahan diri untuk tidak menggoda Jeno yang telah, tanpa sadar, membuat dua Penyihir Agung saling bertengkar karena merebutnya. "Jeno, kau tahu tidak?" ucapnya dengan senyum yang penuh amusement, "dalam sejarah yang tercatat, belum pernah ada seorang pria yang berhasil membuat dua penyihir agung dari ras yang bermusuhan saling bertengkar hanya dalam satu malam."

Jeno, yang tampaknya salah paham dengan maksud perkataan Justus, merespons dengan keseriusan yang tak terduga. "Aku tidak akan berpihak kepada faksi manapun," ucapnya dengan nada yang tegas namun tidak menantang. "Aku sudah cukup melihat bagaimana kekuasaan hanya untuk menghancurkan segalanya."

Pada saat yang sama, Viconia dan Amelia memasuki ruang makan dengan atmosfer yang masih penuh dengan tension yang belum terselesaikan. Melihat kedua wanita itu, Rai Recaldo dengan gesture yang penuh keramahan mempersilahkan semua tamu untuk menikmati hidangan makan malam khas Kota Velden.

"Makanan terbaik di kota ini," ucapnya dengan bangga, "dibuat oleh chef yang telah melayani keluarga kerajaan selama tiga generasi."

Tanpa sungkan atau rasa malu, Jeno langsung mengambil piring dan mengisinya dengan berbagai menu makanan yang anehnya sangat familiar, hampir mirip dengan makanan yang pernah ia nikmati di kehidupan di Bumi. Aroma rempah-rempah yang kompleks dan cita rasa yang kaya membuat matanya berbinar dengan kebahagiaan yang alami.

"Makanan gratis," ucapnya dengan senyum yang polos namun penuh kepuasan, "adalah kesukaanku."

Pernyataan yang begitu jujur dan bersahaja itu membuat Justus dan Rai Recaldo tertawa dengan tulus, tawanya bisa mencairkan suasana tegang.

Rai Recaldo, yang memutuskan untuk tidak ikut makan, mengambil gelas berisi anggur terbaik dari koleksi pribadinya. Dengan gesture yang penuh perhitungan, ia menyaksikan Jeno makan dengan lahap dan sesekali mengomentari betapa lezatnya makanan yang disajikan.

Setiap komentar positif dari Jeno membuat Rai Recaldo semakin puas, seolah ia sedang menerima pujian untuk karya seni yang telah lama ia persiapkan. Setelah memastikan bahwa Jeno dalam mood yang baik, ia akhirnya melontarkan pertanyaan yang telah lama ia persiapkan.

"Jeno," ucapnya dengan nada yang casual namun penuh makna, "bagaimana kalau kau bergabung dengan kami sebagai kekuatan netral? Kerajaan Naga Perak telah lama menjadi penjaga stabilitas politik di antara dua faksi besar. Dengan kekuatan yang kau miliki, kita bisa memastikan bahwa perdamaian tidak hanya menjadi impian."

Mendengar tawaran yang begitu diplomatik namun penuh dengan implikasi politik yang kompleks, Viconia dari Kerajaan Greaves yang mendukung Faksi Kegelapan merasa kecemasan yang mendalam. Demikian juga dengan Amelia Silverleaf, utusan Kerajaan Lumina yang mendukung Faksi Cahaya.

Kedua wanita itu menyadari bahwa jika Jeno bergabung dengan faksi netral, keseimbangan kekuatan yang telah mereka perjuangkan selama ini akan berubah secara drastis.

Jeno, yang dalam kehidupan sebelumnya di Bumi pernah menjadi seorang pegawai investigasi yang membongkar praktik korupsi pemerintahan, segera mengenali arah dan tujuan sebenarnya dari pembicaraan Rai Recaldo. Pengalamannya berhadapan dengan politisi yang licik membuat ia bisa membaca setiap nuansa dan subtext yang tersembunyi di balik kata-kata yang diplomatis.

Namun, ekspresi wajahnya tetap biasa saja, bahkan terlihat santai. Ia tetap menikmati makanan seolah-olah tawaran dari Rai Recaldo hanya pemanis acara atau small talk yang tidak penting.

"Sebenarnya," ucapnya dengan nada yang begitu casual sehingga terdengar seperti pembicaraan tentang cuaca, "tujuan utamaku datang ke kota ini hanya ingin menjadi petualang resmi. Tidak lebih, tidak kurang."

Penolakan yang dilontarkan dengan begitu halus dan elegan, tanpa menyinggung atau menghina, dan juga tidak meninggalkan celah untuk negosiasi lebih lanjut, membuat Justus hampir tersedak makanannya sendiri.

Untuk mencairkan suasana yang mulai menjadi canggung, Justus tertawa dengan nada yang berusaha ringan. "Jeno sudah resmi menjadi petualang sejak hari ini, identitasnya sudah aku siapkan lengkap dengan semua dokumentasi yang diperlukannya."

Tetapi di dalam hatinya, Justus merasakan kagum yang mendalam atas cara Jeno menolak tawaran yang sangat menggiurkan itu. Penolakan yang begitu halus, begitu elegan, namun begitu final, seolah ia sedang menyaksikan seorang master diplomat yang bekerja.

Rai Recaldo, meskipun terkejut dengan penolakan yang begitu halus namun tegas, tidak bisa tidak merasa terkesan. Ia menyadari bahwa Jeno Urias bukan hanya memiliki kekuatan yang luar biasa, tetapi juga kebijaksanaan dan kematangan politik yang jarang ditemukan pada seseorang seusianya.

Sementara itu, Viconia dan Amelia saling bertukar pandangan, untuk pertama kalinya malam itu bukan dengan permusuhan, tetapi dengan sesuatu yang mendekati rasa hormat. Keduanya menyadari bahwa pria yang sedang mereka rebut ini jauh lebih kompleks dan berbahaya daripada yang mereka bayangkan.

Dan dalam keheningan yang mengikuti, semua yang hadir di ruangan itu menyadari satu hal: permainan politik tiga faksi besar baru saja dimulai, dan Jeno Urias baru saja membuktikan bahwa dia bukan pion yang bisa dimainkan oleh siapapun.

1
black swan
...
Kang Comen
Udh OP malah gk bisa terbang ????
Situ Sehat ??!
Kang Comen
lah mkin trun jauh kekuatan nya....
Buang Sengketa
masih pingin baca petualangan excel 😁
Stra_Rdr
kerennnn🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!