NovelToon NovelToon
Ciuman Sang Mafia

Ciuman Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Bakwanmanis#23

Nayla Arensia hanyalah gadis biasa di kota Valmora hingga suatu malam, dua pria berpakaian hitam datang mengetuk pintunya. Mereka bukan polisi, bukan tamu. Mereka adalah utusan Adrian Valente, bos mafia paling kejam di kota itu.

Ayah Nayla kabur membawa hutang seratus ribu euro. Sebagai gantinya, Nayla harus tinggal di rumah sang mafia... sebagai jaminan.

Namun Adrian bukan pria biasa. Tatapannya dingin, kata-katanya tajam, dan masa lalunya gelap. Tapi jauh di balik dinginnya, tersembunyi luka yang belum sembuh dan Nayla perlahan menjadi kunci untuk membuka sisi manusiawinya.

Tapi bisakah cinta tumbuh dari ancaman dan rasa takut?
Atau justru Nayla akan hancur sebelum sempat menyentuh hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bakwanmanis#23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23: Cinta dan Kematian

Mereka berdiri dalam diam di bawah cahaya bulan yang sayup. Kabut menyelimuti hutan Lvov, menciptakan suasana yang seolah bukan nyata. Nayla nyaris tak percaya, tubuhnya gemetar bukan karena dingin, tapi karena sosok di hadapannya benar-benar Adrian meski tampak jauh dari yang ia kenal dua tahun lalu.

“Adrian...”

Adrian tak bergerak. Matanya menatap Nayla, tapi wajahnya tak menampakkan kebahagiaan atau kehangatan. Justru sebaliknya dingin, datar, seolah ada tembok tebal memisahkan mereka.

“Kau... masih hidup,” lanjut Nayla, suaranya bergetar. “Aku mencarimu ke mana-mana.”

Adrian menarik napas dalam. “Kau seharusnya tidak datang.”

“Kenapa?” tanya Nayla, matanya basah. “Kenapa kau tak pernah mencariku? Kenapa tak kembali padaku?”

Adrian menunduk, tangannya mengepal. “Karena aku bukan pria yang dulu, Nayla. Apa yang terjadi malam itu... mengubahku.”

“Tapi aku di sini! Aku hidup, Adrian! Aku mencintaimu!”

Adrian menatapnya, dan di matanya, ada sisa-sisa cinta yang lama terpendam. Tapi wajahnya tetap keras.

“Aku tidak bisa membiarkanmu ikut tenggelam dalam kekacauan ini lagi. Dunia kita sudah hancur. Aku... sudah penuh dengan darah.”

Nayla melangkah maju. “Kalau begitu, biarkan aku berdarah bersamamu. Kita bisa....”

“Tidak!” potong Adrian, suara kerasnya menggema di antara pepohonan.

Dia memalingkan wajah. “Kau punya hidupmu sekarang. Bapak angkatmu, kekuasaanmu, wilayahmu. Jangan musnahkan itu demi bayang-bayang yang sudah lama mati.”

Nayla tercekat. “Kau bukan bayangan, Adrian. Kau cinta pertamaku. Satu-satunya tempat di mana aku merasa pulang.”

Hening kembali turun. Adrian memejamkan mata sejenak, menahan perang batin yang terus mengoyaknya. Ia ingin menyentuh Nayla, memeluknya, dan berkata bahwa semua ini bisa diperbaiki. Tapi realita tak memberi ruang untuk mimpi.

“Aku harus pergi,” katanya pelan. “Jangan ikuti aku lagi.”

Dan seperti hantu, ia menghilang ke dalam kabut.

_______

Hari-hari berikutnya menjadi labirin emosi bagi Nayla. Meski Adrian menolak, ia tetap mencoba mencarinya. Mengirim pengintai, menyusup ke jaringan bawah tanah, berharap menemukan tempatnya bersembunyi. Tapi pria itu seperti bayangan selalu hadir namun tak bisa digenggam.

Hingga suatu malam...

Sebuah telepon masuk dari Karem Malik.

“Nayla... aku minta maaf.”

Nayla langsung berdiri dari kursinya di kantor pusatnya di Praha. “Apa maksudmu?”

Karem terdiam sejenak. “Kami menemukan Adrian. Di sebuah penginapan tua di perbatasan Hungaria. Tapi dia... dia sudah tak bernyawa.”

Nayla menjatuhkan ponselnya.

Dunia seperti berhenti berputar.

Detik itu, dadanya sesak. Suaranya tercekat. Air mata mengalir tanpa henti. Ia tak percaya. Ia menolak. Tapi nyatanya, tubuh Adrian telah dibaringkan dingin, luka tembak di dadanya, dan sepucuk surat ditemukan di sampingnya.

Nayla terbang malam itu juga. Dalam diam, ia duduk di samping jenazah pria yang pernah mengisi setiap ruang hatinya. Ia menyentuh jemarinya yang sudah dingin, mengusap wajahnya, dan menahan tangis yang hampir meledak.

Ia membuka surat yang ditinggalkan Adrian.

“Nayla...

Maafkan aku. Aku selalu tahu bahwa jika aku dekat denganmu, kau akan terluka. Orang-orang yang mengejarku tak akan berhenti mereka bukan hanya mafia, tapi monster yang kubakar jaringannya dulu.

Aku menyayangimu. Tapi aku tahu satu-satunya cara melindungimu adalah menjauh.

Jika aku mati, biarlah kematianku membungkam mereka. Tapi jika mereka menyentuhmu, Nayla...

Maka bakarlah dunia.”

Tangis Nayla pecah. Ia memeluk surat itu seolah itu bagian terakhir dari Adrian yang bisa ia miliki. Tapi di balik luka itu, mulai menyala bara. Bara dendam, kehilangan, dan tekad yang tak bisa dibungkam.

_______

Tiga hari setelah pemakaman Adrian yang dilaksanakan diam-diam, Nayla berdiri di ruang bawah tanah markas mafia-nya. Di sekelilingnya, para loyalis dari Balkan, Italia, hingga Timur Tengah berdiri dalam hening.

Ia mengenakan pakaian hitam, dan sorot matanya tak lagi lembut. Kini Nayla adalah badai yang tenang mematikan dan tak bisa dihentikan.

“Mulai malam ini,” ucapnya dingin, “semua jaringan yang berafiliasi dengan pembunuh Adrian akan diburu. Kita bakar pelabuhan mereka. Kita hancurkan mata-mata mereka. Kita tumpahkan darah seperti mereka menumpahkan darah Adrian.”

“Apa kau yakin?” tanya tangan kanannya, Ivan.

Nayla menatap lurus. “Aku tidak akan berhenti... sampai orang terakhir yang bertanggung jawab dikubur hidup-hidup.”

Dan malam itu, dunia bawah mafia berubah.

Nayla bukan lagi sekadar pewaris kekuasaan.

Dia adalah kobaran api balas dendam.

1
Pa'tam
Sayangnya sudah segitu banyak bab nya tidak di kontrak. Harusnya di bab 20 sudah ajukan kontrak biar dapat bab terbaik dan dapat reward kontrak.
Pa'tam: Iya, aku juga masih perlu banyak belajar dan terus belajar.
Bolang2: siap, jangan lupa dukung novelku uhuy, masih pemula/Facepalm/
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!