NovelToon NovelToon
Rahasia Antara Kita

Rahasia Antara Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Arip

"Rahasia di Antara Kita" mengisahkan tentang seorang suami yang merasa bahagia dengan pernikahannya, namun kedatangan sahabat masa kecilnya yang masih memiliki ikatan emosional kuat membuat situasi menjadi rumit. Sahabat masa kecilnya itu mulai mendekatinya dengan cara yang tidak biasa, membuat suami tersebut merasa tidak nyaman. Sementara itu, istrinya yang selalu menuntut uang dan perhatian membuatnya merasa terjebak dalam pernikahannya. Bagaimana suami tersebut akan menghadapi situasi ini? Dan apa yang akan terjadi jika rahasia sahabat masa kecilnya dan perasaannya terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Rendy memutuskan untuk tidak membahas tentang masa lalunya dengan Lidya saat ini. Dia ingin menikmati liburan dengan Sarah tanpa gangguan. Namun, ketika Lidya melihat Rendy, dia langsung mendekat dan menyapanya. "Hai, Rendy! Apa kabar?" tanya Lidya dengan senyum cerah.

Rendy membalas sapaannya dengan ramah, tapi berusaha untuk tidak terlalu dekat. Namun, Sarah tidak bisa menyembunyikan kekesalannya. "Serius, Rendy, di mana pun kita pergi, kamu selalu bertemu dengan orang yang kamu kenal," kata Sarah dengan nada yang sedikit marah.

Rendy merasa sedikit tidak nyaman dengan reaksi Sarah. "Apa maksudmu, Sayang?" tanya Rendy, mencoba untuk meredakan situasi. Sarah tidak menjawab, tapi dia terus memandang Rendy dengan mata yang kesal. Lidya, yang tidak menyadari ketegangan antara Rendy dan Sarah, terus berbicara dengan Rendy, membuat situasi semakin tidak nyaman.

Rendy merasa heran dan sedikit tidak percaya. "Kok bisa kamu tahu kita ada di sini?" tanya Rendy kepada Lidya, sambil memandang Sarah yang masih terlihat kesal.

Lidya tersenyum dan menjawab, "Oh, aku kebetulan lewat saja. Aku tidak tahu kalian berencana ke sini." Rendy tidak sepenuhnya percaya, tapi dia tidak ingin memperpanjang percakapan yang bisa membuat Sarah semakin kesal.

Sarah memandang Rendy dan Lidya dengan mata yang masih kesal, "Kalian berdua kenal?" tanya Sarah, dengan nada yang sedikit dingin. Rendy merasa terjepit dan tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Sarah.

Ketika anak-anak Sarah dan Rendy datang, Lidya langsung menyambut mereka dengan senyum cerah. "Halo, anak-anak! Aku Lidya, teman baik ayah kalian," katanya sambil membungkuk untuk menyapa mereka.

Anak-anak memandang Lidya dengan rasa ingin tahu, tapi Lidya langsung mengambil inisiatif untuk bermain dengan mereka. "Ayo, kita main pasir! Aku punya ide untuk membuat istana pasir yang besar," katanya sambil mengajak anak-anak ke pantai.

Sarah memandang situasi itu dengan mata yang masih kesal, sementara Rendy terlihat tidak nyaman dengan perhatian Lidya yang berlebihan terhadap anak-anak. "Lidya, mungkin kamu bisa main dengan mereka nanti," kata Rendy, mencoba untuk mengurangi perhatian Lidya.

Tapi Lidya tidak menghiraukan kata-kata Rendy dan terus bermain dengan anak-anak, berusaha untuk mengambil hati mereka. Anak-anak mulai tertawa dan bermain dengan Lidya, membuat Sarah semakin kesal. "Rendy, apa kamu tidak melihat? Dia sedang berusaha mengambil hati anak-anak kita," bisik Sarah kepada Rendy.

Rendy berusaha membopong Sarah, sambil berteriak pada anak-anak, "Main dulu sama Tante Lidya, ya! Mamah sama Papah mau senang-senang dulu menikmati angin pantai di ujung sana."

Anak-anak yang sedang asyik bermain dengan Lidya memandang Rendy dan Sarah, lalu kembali bermain dengan Lidya. Lidya tersenyum dan mengajak anak-anak bermain lebih lanjut.

Sarah tidak terlalu senang dengan situasi ini, tapi Rendy berusaha untuk membawanya pergi ke ujung pantai. "Ayo, Sayang, kita jalan-jalan dulu," kata Rendy, sambil memegang tangan Sarah.

Sarah tidak melawan, tapi dia tetap memandang ke arah anak-anak yang sedang bermain dengan Lidya. "Aku tidak suka ini," bisik Sarah kepada Rendy.

Lidya berjalan menyusuri pantai, mencari keberadaan Sarah dan Rendy. Ia memandang ke sekitar, berharap melihat mereka berjalan berdua atau duduk di atas batu. Tapi tidak ada tanda-tanda mereka.

Lidya memutuskan untuk berjalan ke arah ujung pantai, berharap bisa menemukan mereka sebelum hari semakin gelap. Namun, ia tidak menyadari bahwa Rendy dan Sarah sebenarnya sudah meninggalkan pantai dan sedang menikmati makanan lezat di hotel.

Ketika Lidya mendekati ujung pantai, ia hanya melihat pemandangan laut yang indah dan kosong, tanpa tanda-tanda keberadaan Rendy dan Sarah. Lidya merasa sedikit kecewa dan bingung, tidak tahu kemana mereka pergi.

Sarah dan Rendy berencana mencari keberadaan anak-anak mereka di pantai, tapi keduanya tidak menemukan mereka di tempat yang seharusnya. Mereka hanya menemukan tumpukan pasir yang sudah tersusun rapi, membentuk sebuah istana seperti bangunan kerajaan.

Keduanya panik dan khawatir, Rendy segera menghubungi Lidya untuk menanyakan apakah anak-anak masih bersamanya. "Lidya, anak-anak masih bersamamu?" tanya Rendy dengan nada yang panik.

Lidya menjawab, "Tidak, aku sudah tidak bersama mereka sejak aku meninggalkan pantai tadi. Aku pikir mereka masih bersamamu dan Sarah." Rendy dan Sarah saling memandang, semakin panik dan khawatir akan keselamatan anak-anak mereka.

Rendy merasa kesal dan marah ketika Lidya menjawab dengan nada yang santai, seakan-akan dia tidak bertanggung jawab atas anak-anak. "Kamu tidak tahu kalau aku dan Sarah sudah meninggalkan pantai? Kamu seharusnya menjaga mereka!" kata Rendy dengan nada yang keras.

Lidya terdiam sejenak, lalu menjawab, "Aku tidak tahu kalau kalian sudah pergi. Aku pikir kalian masih di pantai." Rendy semakin marah, darahnya seakan mendidih karena merasa Lidya tidak serius dalam menjaga anak-anak mereka.

"Kamu harusnya lebih perhatian dan tidak meninggalkan mereka sendirian!" kata Rendy dengan nada yang semakin keras. Sarah memegang lengan Rendy, mencoba menenangkannya. "Rendy, kita harus cari anak-anak dulu. Jangan marah dulu," kata Sarah. Tapi Rendy masih merasa kesal dan marah pada Lidya.

Rendy dan Sarah segera memutuskan untuk mencari anak-anak mereka di sekitar pantai dan area sekitarnya. Mereka berdua berpisah untuk mencari lebih luas, berharap bisa menemukan anak-anak mereka secepatnya.

Sementara itu, Lidya masih terdiam di telepon, merasa sedikit bersalah karena tidak bisa menjaga anak-anak Rendy dan Sarah dengan baik. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa lagi dan menunggu Rendy dan Sarah untuk menghubungi lagi.

Setelah beberapa jam mencari, Rendy dan Sarah masih belum menemukan anak-anak mereka. Mereka berdua semakin khawatir dan panik, tidak tahu apa yang terjadi pada anak-anak mereka.

Rendy dan Sarah memutuskan untuk bertanya kepada penjaga pantai terlebih dahulu, mungkin mereka melihat anak-anak mereka. Mereka berdua bergegas menuju ke pos penjaga pantai dan menanyakan apakah penjaga pantai melihat anak-anak mereka.

Penjaga pantai memeriksa sekitar dan bertanya kepada beberapa orang yang ada di pantai, tapi tidak ada yang melihat anak-anak Rendy dan Sarah. "Maaf, Pak dan Bu, kami tidak melihat anak-anak Anda. Tapi kami bisa membantu mencari mereka," kata penjaga pantai.

Rendy dan Sarah berterima kasih kepada penjaga pantai dan meminta bantuan mereka untuk mencari anak-anak mereka. Mereka berencana untuk mencari lebih luas lagi dan meminta bantuan kepada orang-orang di sekitar pantai.

Lidya akhirnya memutuskan untuk menemui Rendy dan Sarah di pantai, setelah sebelumnya mereka berdua sudah mencari anak-anak mereka di sekitar pantai. Ketika Lidya tiba, Rendy dan Sarah sedang berbicara dengan penjaga pantai.

Lidya mendekati mereka dengan wajah yang khawatir. "Rendy, Sarah, apa kabar? Aku sudah mencari anak-anak, tapi aku tidak menemukannya," kata Lidya.

Rendy memandang Lidya dengan mata yang masih kesal. "Kamu tidak perlu berpura-pura khawatir sekarang. Kamu seharusnya menjaga mereka dengan baik sebelumnya," kata Rendy dengan nada yang keras.

Sarah mencoba menenangkan Rendy. "Rendy, kita harus fokus mencari anak-anak kita dulu. Kita bisa membahas ini nanti," kata Sarah. Lidya memandang Sarah dengan wajah yang sedih, tapi Rendy masih terlihat kesal.

1
Amilawati
jelek ceritanya, dialog di ulang2 terus bikin pusing bacahya.. penulis pengen banyak bab tpw ndk materi mnkin jadinya dialog ya di ulang2 tetus
Amilawati
dialog yg jelk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!