NovelToon NovelToon
Diam-diam Suka

Diam-diam Suka

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Hijab Art

Ini cerita tentang gadis yang periang, cantik dan pintar. Nina namanya, sekarang berusia 17 tahun dan telah masuk Sekolah Menengah Atas, dia tinggal bersama 2 saudarinya dan kedua orangtuanya. Mereka tinggal di sebuah desa kecil dengan pemandangan alam yang indah. Tinggal di sana bagaikan tinggal di surga, penuh dengan kebahagiaan. Namun, ada satu masalahnya. Dia diam-diam suka sama seseorang,....Ayo tebak siapa yang dia sukai yah??...

lanjut baca part-nya !

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hijab Art, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 10

"Eh Dil!, kemarin waktu aku nggk ke sekolah, kamu ngelakuin apa ajah?", tanyaku penasaran. Jangan sampai Dila sama Roni ketemuan lagi saat aku nggk ada di sekolah.

" Mmm...?, emangnya kenapa Nin?", jawab Dila dengan heran. Yah, tentu ajah sih!, pertanyaan itu kayaknya menginterogasi.

"Hhh...nggk!, aku penasaran ajah, syapa tau kamu kesepian kemarin karena nggk ada aku"

"Hm?, kesepian sih!. Tapi, kan kamu cuman satu hari doang. Nggk kerasa!",

" M?, kalau gitu nanti aku nggk datengnya berhari-hari deh!, supaya Dila kangen sama aku" Ucapku bercanda.

"Ish!, jangan dong!" Ucap Dila seraya memelukku.

"Ih! Dil, jangan dong!, diliatin sama orang-orang. Malu tau!"

"Biarin!"

"Hm hm...hhh"

Bersamaan dengan itu, tak sengaja aku melihat Iyan yang selesai menyapu keluar dari kelas dan Iyan pun balik menatap ku tajam sambil melangkah entah mau ke mana.

"Nin!, kok Iyan agak sedikit berubah yah aku lihat." Ucap Dila

"Hah?, berubah apanya?, aku lihat dia gitu-gitu ajah. Tetep jadi si VOC"

"Mm...tapi tadi dia menyapu didalam kelas. Sungguh suatu keajaiban yang luar biasa dia bisa ngelakuin itu.",

'Hmm...asal kamu tau ajah Dil, itu karena dia udah janji sama aku. Hehehe...tapi baguslah, kalau emang cara ini buat perubahan pada dirinya.', batinku.

" Nin!, kok kamu senyam-senyum sih!, hayo!! Nanti kecantol loh sama Iyan"

"Ish!, apaan sih! Amit-amit!. Udah ah!, aku mau masuk!", ucapku seraya berdiri dan melangkah masuk ke dalam kelas.

___

"Anak-anak, hari ini kita akan mengadakan praktek merakit rangkaian listrik. Kalian sudah bawakan apa yang ibu minta minggu lalu untuk membawa bahan dan alatnya?", ucap Ibu Iga selaku pengampuh mata pelajaran IPA dan sekaligus wali kelas kami.

" Bawa bu!", ucap kami serentak.

"Nah!, sekarang, ibu ingin membagi kelompok dulu dua-dua orang agar kalian tidak sulit untuk mengerjakannya. Yang kelompok pertama, adalah Dila dan Aldy...."

"Ha?, mampus gue Nin, gue sama Aldy lagi", ucap Dila terlihat panik tingkat akut mendengar namanya bersanding dengan Aldy, eh! Kayak dipelaminan ajah bersanding....wkwkwkw, canda yah Dil!,

" Tenang Dil!, Aldy mah kelihatannya ajah mager, aslinya....", ucapku memotong.

"Aslinya apa Nin?",

" Aslinya sangat sangat mager",

"Aduh!, Nin. Kamu mah bukannya buat aku tenang malahan bikin aku panik.",

" Ya udah slow ajah keles, temanmu itu memang rada-rada mager kayak pohon kelapa yang nggk gerak-gerak. Tapi, dia pintar kok"

"....Kelompok lima, Nina dan Iyan...." Ucap bu Iga terus melanjutkan menyebutkan nama masing-masing kelompok.

"A?, aduh!"

Ucapku terkejut mendengar namaku di samain sama si VOC itu.

Dila yang sadar dengan keterkejutanku kemudian memegang salah satu bahuku,

"Tenang Nin, kamu lebih beruntung...", ucap Dila menenangkan.

" Beruntung?, itu mah buntung Dil..."

"Bu!, boleh tidak saya satu kelompok sama yang lain ajah!" Sambungku sembari mengangkat tangan.

"Emangnya kenapa Nina?, kamu nggk suka satu kelompok sama Iyan?",

" Nggk begitu bu, cuman kalau aku sama dia nanti bakalan perang dingin nih bu!..."

"Udah!, Terima keputusan dan nggk ada ganti-ganti teman kelompok. Udah kerjain!",

" Aduh!" Aku menatap Iyan yang malah tetap terlihat santai.

"Sabar ajah Nin!, nasib kita sama, udah yah aku duluan", ucap Dila dan menghampiri Aldy yang terlihat mager untuk bergerak. Lihat ajah, tu pantat kayak udah merekat dengan sempurna sama tu kursi.

" Hm...", akupun beralih kembali pada Iyan yang menatapku tajam. Terlihat dia tidak mau menghampiriku. Terpaksa aku yang menghampirinya.

Dengan kesal aku menaruh alat-alatku diatas meja Iyan. Dan kembali menatapnya dengan tajam.

"Tugas kita nggk kelar-kelar kalau kamu terus natap aku kayak gitu.", ucapnya menatapku balik.

" Ih!, siapa juga yang natap kamu. Malas juga nih mata natap kamu Iyan. Jangan ger deh!"

"Mana kabel kamu?", tanya Iyan

" Kenapa tanya kabel aku?, pake ajah kabel kamu sendiri."

"Aku nggk bawa"

"Nggk mau!"

"Jadi cewek jangan kikir banget, nanti nggk ada yang mau berumah tangga sama kamu gimana?",

" Ish!", ucapku tetap tidak mau memberikan kabel ku.

"Ya udah deh, gini ajah. Kita pake kabel kamu, nanti baterai, lampu sama saklarnya pake punya aku.", Ucap Iyan.

Akupun akhirnya memberikan kabel yang kubawa pada Iyan. 'Hmmm...kasih ajah deh!, supaya nggk lama-lama sama dianya', batinku.

Iyan pun terlihat mulai merakit, sedangkan aku hanya melihatnya. Lagipun mau bantu juga kagak tau mau diapa, 'lihat ajah deh!'

"Korek!", ucap Iyan sembari mengulurkan tangannya meminta.

" Untuk apa korek?", jawabku heran.

"Ambil ajah di dekat baterai!"

"Mmm...nih!",

'Ikutin dianya aja deh, soalnya aku nggk ngerti juga' batinku.

" Plester!", ucapnya lagi meminta.

"Nih!", ucapku memberikannya.

" Bantuin dong!",

"Ya, mau di apa?, aku nggk tau."

"Gunting kek plester nya, supaya aku mudah untuk rekatkan kabelnya di baterainya."

"Owh!, bilang dong dari tadi"

Akupun segera mengguntingkannya dan memberikannya.

"Nih!"

"Terlalu besar, gunting lagi!"

Aku pun menggunting nya,

"Nih!"

"Masih kebesaran"

Aku sontak menatapnya tajam.

"Apa?, cepat gunting!", perintah Iyan.

" Ish!, VOC ", ucapku lalu menggunting nya lagi.

" Nih!"

Iyan pun mengambil nya dari tanganku. Karena plester itu kecil, membuat tangannya bersentuhan dengan tanganku, sontak itu membuat ku bergidik ngeri.

"Ish! Modus!", ucapku

Iyan malah terlihat senyum-senyum sendiri.

'Miring nih kayaknya otak nih anak!', batinku melihatnya aneh.

" Ngapain senyam senyum?, kerjain cepat!",

"Woles kali!, kamu ajah nggk kerja apa-apa. Bantuin!"

"Mmm...iya, iya. Sini!" Aku berusaha mengambil alih pekerjaan kami.

"Apa sini, sini?, orang udah jadi juga.", Iyan malah menggeser kembali rangkaian itu didepannya.

" Coba tes!, mungkin ajah nggk berhasil nyala tu lampu.", Aku berusaha membuatnya kesal.

"Idih!, siapa bilang. Nih yah! coba kita lihat apakah lampunya nyala atau tidak.", Iyan kemudian mencoba mengklik saklar yang sudah ia rangkai bersama kabel dan lampunya.

Tapi, sayangnya lampunya tidak menyala.

" Hm!, apa kubilang. Ada yang salah nih!", ucapku yakin bahwa aku benar.

Iyan malah menatapku sekilas, karena sadar ia salah.

"Ini gara-gara kau nih, selalu ngomel mulu, nggk bantu malah!",

" Kapan aku ngomel?, kamunya ajah yang nggk bener nyambunginnya.", ucapku tak mau kalah.

"Aduh!, Iyan!, Nina!. Kalian ribut banget sih, bisa nggk sih jangan ribut.", ucap bu Iga kesal karena mendengar kami yang bertengkar dikelasnya.

" Iyan nih bu!, bilangin aku ngomel mulu", aku berdiri seraya menunjuk Iyan.

"Kok aku, kamu tuh nggk bantu-bantuin. Ngomel mulu", Iyan pun tak mau kalah.

" Ish!, tuh kan. Dia bilangin aku suka ngomel bu!",

"Emang bener kan!",

" &#&#-$-$&#-$@$+&@$#....",

"STOP!" Teriak Bu Iga dengan keras, membuat seluruh ruangan terdiam, terutama aku dan si VOC yang terkejut mendengar bu Iga yang sebelumnya tidak pernah meneriaki kami, malahan sekarang teriak begitu kencangnya saking kesalnya pada kami.

___

"Gara-gara kamu nih Iyan!", ucapku kesal pada Iyan, karenanya aku dan dia dibawa ketengah lapangan sambil berdiri menatap bendera yang rasanya tinggi sekali. Membuat dahi ini terpapar sinar matahari yang menyengat di siang bolong.

Iyan tidak merespon, aku sedikit melirik nya sambil mencuri-curi pandangan bu Iga yang tengah mengawasi kami sesekali.

Iyan terlihat begitu pucat dengan keringat yang begitu sedikit keluar dari dahinya.

"Jangan tatap aku begitu. Aku nggk papa.", datarnya, tapi aku yakin dia lagi nggk papa. Dari suaranya sedikit terdengar lirih dan lemah. Gengsi keknya nih anak.

" Idih!, aku nggk khawatir juga kok. Bagus kalau begitu, kau nggk papa. Biasanya kan laki-laki kuat dibandingkan perempuan..."

"Bruk!"

"Eh!, IYAN!",

____Next!

1
kalea rizuky
ogah ron qm aja plin plan kayaknya bapaknya nina selingkuh istrinya meninggal dia biasa aja kayaknya uda nikah lagi bner kn thor
kalea rizuky
bapaknya aneh uda cerai kah kok kayaknya kehilangan istri biasa aja
Ezy Aje
lanjut
kalea rizuky
wita di sini wit Thor hehehe
kalea rizuky
lanjut Thor
kalea rizuky
gpp nin ganteng gt
kalea rizuky
ma iyan aja biar aja roni nyesel
kalea rizuky
kyaknya roni Playboy's
Hijab Art
InsyaAllah Update setiap hari pukul 00.59 WITA yah temen2 🤗 ditunggu....🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!