Bukan keinginan untuk menjadi istri pengganti. Karena ulah saudara tirinya Zahra harus menjadi korban akibat saudara tirinya tidak hadir di acara pernikahannya membuatnya menggantikan dirinya untuk berada di pelaminan.
Pria yang menikah dengan Zahra tak lain adalah Dokter bimbingannya dengan keduanya sama-sama praktik di rumah sakit dan Zahra sebagai Dokter coast. Zahra harus menjadi korban untuk menyelamatkan dua nama keluarga.
Merelakan dirinya menikah dengan orang yang tidak dia sukai. Tetapi bukannya niatnya dihargai dan justru. Suaminya menganggap bahwa dia memanfaatkan keadaan dan tidak. Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahan Zahra.
Bagaimana Zahra menjalani pernikahannya dengan pria yang membencinya, pria itu awalnya biasa saja kepadanya tetapi ketika menikah dengannya sikap pria itu benar-benar menunjukkan bahwa dia tidak menyukai Zahra?"
Apakah Zahra akan bertahan dalam rumah tangganya?
Jangan lupa ngantuk terus mengikuti dari bab 1 sampai selesai.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6 Dia Kembali
"Kau mengatakan apa barusan?" Naldy berdiri dari tempat duduknya berhadapan dengan sangat serius dengan Zahra.
"Jika pengalaman kamu sudah cukup baik dalam dunia kedokteran, maka kamu tidak akan membohongi seseorang hanya karena permasalahan yang terjadi," jawab Zahra.
"Hasil analisis saya benar, bahkan saya sudah mencari jawaban klarifikasi dari Dokter lain, ada juga jawaban yang sama dengan teman saya, tetapi saat kamu mengoreksi dan mengatakan semua jawabannya salah. Lalu Di mana letak pengalaman kamu bekerja selama bertahun-tahun dalam dunia kedokteran, jika kamu membohongi jawaban untuk seseorang yang sedang berjuang untuk menjadi Dokter. Hanya karena saya terlibat permasalahan dengan kamu!" tegas Zahra.
Kata-kata Zahra tampak tenang tetapi makna dibalik kata-kata tersebut cukup nyelekit membuat Naldy terdiam.
"Jika tidak menyukai saya berada di rumah ini dan tentang kehidupan kita, maka jangan kaitkan dengan rumah sakit. Bukankah kamu yang mengatakan kepada saya untuk kita tidak saling mengenal satu sama lain saat berada di rumah sakit dan itu artinya, kita bukan orang yang saling kenal dan seharusnya kamu bisa profesional dan bukan memberi jawaban berdasarkan kebencian kamu kepada saya!" tegas Zahra.
Zahra merasa cukup mengeluarkan semua unek-uneknya kepada suaminya dan kemudian membuatnya kembali berbalik badan tetapi tangannya ditahan oleh Naldy dengan mencengkram cukup kuat.
"Berani sekali kau membandingkan aku dengan Dokter lain, berani sekali kau mencari pembenaran atas koreksi yang aku berikan dengan Dokter lain dan berani sekali kamu ceramah iku!" tegas Naldy dengan menekan suaranya yang tidak terima atas perlakuan Zahra.
"Lepas, sakit!"
Zahra berusaha untuk melepaskan, tetapi semakin dia memberontak dan justru Naldy semakin mencengkram dengan kuat.
"Aku hanya berusaha menjadi pembenaran, jika kamu mengatakan jawaban itu salah dan seharusnya berikan alasannya aku tidak bingung," ucap Zahra.
"Siapa kau berani memerintahku!" bentak Naldy.
"Sakit!"
Zahra sudah meneteskan air mata di balik cadangan itu ketika tangannya dicengkeram semakin sakit. Akhirnya Naldy melepaskan cukup kasar dan hampir saja membuat Zahra terjatuh.
"Kau dengarkan aku jangan sekali-sekali berani berbicara seperti itu lagi di depanku, membandingkan diriku dengan orang lain dan apalagi mencari pembenaran dari orang lain. Jika kau tidak suka maka berhenti saja dari rumah sakit dan cari rumah sakit untuk tempatmu belajar!" tegas Naldy menekankan dan kemudian langsung berlalu dari hadapan Zahra.
"Jadi tujuan utamanya hanya pernah menginginkan saya untuk berhenti menjadi dokter coast di rumah sakit tersebut?" pertanyaan itu kembali menghentikan langkah Naldy.
Naldy sepertinya tidak suka jika istrinya itu terlalu banyak berbicara. Naldy membalikkan tubuhnya.
"Benar! aku tidak suka melihatmu di mana pun di rumah ini dan maupun di rumah sakit," jawab Naldy dengan jujur.
"Tetapi saya tidak akan pernah menyerah, saya akan tetap berada di rumah sakit apapun yang terjadi. Ini adalah profesi dan tidak berkaitan dengan urusan pribadi!" tegas Zahra dengan keyakinannya. Dokter adalah salah satu impiannya dan cita-cita yang besar, dan mana mungkin dengan apapun harus dihancurkan begitu saja.
"Terserah saya tidak peduli sama sekali!" tegas Naldy kemudian langsung keluar dari dalam kamar dan suara pintu kamar yang tertutup begitu keras sudah menggambarkan kemarahannya kepada istrinya.
Zahra memejamkan mata dengan menarik nafas panjang dan kemudian membuang perlahan ke depan.
"Kenapa semua serba salah," batin yang mencoba untuk tenang mungkin menghadapi masalah rumah tangganya.
*******
Zahra dan Naldy menjalankan pernikahan dengan penuh dramatis dan sandiwara, jika hanya berdua maka pasangan suami istri itu tidak bertutur satu sama lain, tetapi bukan berarti di depan kedua orang tua Naldy lalu keduanya bersikap manis, tetap saja tidak ada perubahan dan hanya saja Naldy tidak terlalu banyak berbicara dan tidak mungkin juga menegur atau berbicara sedikit kasar kepada Zahra di depan kedua orang tuanya.
Di rumah sakit mereka layaknya seperti orang yang tidak kenal satu sama lain, ini lagi parah sebelum Zahra menikah dengan pria yang seharusnya menjadi suami kakaknya, sebelumnya Naldy masih bersikap baik kepada calon adik iparnya itu, walau mereka tidak terlalu akrab tetapi paling tidak setia berpapasan adanya komunikasi paling atas satu sama lain itupun jarang.
Sekarang sudah menikah semuanya semakin menjadi-jadi dan bahkan Naldy cukup tidak profesional yang selalu menganggap apapun yang dilakukan Zahra salah di matanya. Dia memang memiliki keinginan untuk membuat Zahra keluar dari tempat itu.
Tetapi Zahra berusaha untuk menghadapi sifat suaminya, bagaimanapun dia tidak akan mengorbankan cita-cita yang ingin dia capai.
Bandara.
Seorang wanita berusia 25 tahun terlihat berjalan anggun menggunakan dress di bawah lututnya dengan menyeret kopernya. Wanita cantik bertubuh langsing dan tinggi itu tampak begitu ceria dengan memakai kacamata.
"Naldy tidak akan percaya jika aku kembali ke Indonesia lebih cepat daripada sebelumnya. Dia pasti akan kaget melihat kedatanganku. Nadya, kamu pasti marah kepadaku, karena aku tidak pernah mengangkat telpon kamu," gumam Tasya terlihat begitu sangat senang.
"Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya, sebaiknya aku langsung saja ke rumah sakit dan dia pasti kaget ketika melihatku," ucap Tasya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan kekasihnya.
Rasa rindu dari sorot matanya terlihat begitu jelas.
Tidak lama akhirnya Tasya sampai juga di rumah sakit, Tasya memilih ke rumah sakit terlebih dahulu daripada pulang ke rumahnya. Tasya sebenarnya tidak berat dipulang ke Indonesia karena takut dimarahi Wildan sang ayah.
Tasya buru-buru keluar dari taxi dan langsung memasuki rumah sakit tersebut dengan buru-buru, saking buru-buru nya Tasya harus menabrak seseorang.
"Sorry!" ucapnya dengan menutup kedua mulutnya saat melihat wanita yang dia tabrak terjatuh dan wanita tersebut perlahan mengangkat kepalanya.
Zahra benar-benar terkejut ketika melihat wanita itu tak lain adalah kakak tirinya sendiri.
"Zahra!" sahut Tasya dengan dahi mengkerut.
"Kamu kebiasaan deh kalau jalan itu tidak hati-hati," ucap Tasya.
"Kak Tasya!" pekik Zahra mencoba untuk memastikan wanita di hadapannya itu dan bahkan sudah berdiri.
"Apa sih, ekspresi wajah kamu tidak jelas seperti itu hah! Kamu seperti melihat hantu saja," ucap Tasya geleng-geleng kepala.
"Kakak sudah kembali?" tanya Zahra.
"Ya memang kenapa?"
"Apa aku tidak boleh pulang, ini adalah tempat kelahiranku dan aku juga punya rumah, Kamu itu aneh sekali pertanyaannya," ucap Tasya geleng-geleng kepala.
Mata Tasya tiba-tiba melihat ke arah koridor dan wajahnya yang tampak kesal tiba-tiba saja tersenyum saat orang yang dia cari sudah dia temukan.
"Naldy!" Tasya memanggil kekasihnya itu dan kemudian berlari menghampiri Naldy yang menghentikan langkahnya dan juga terkejut melihat Tasya.
Zahra berbalik badan melihat bagaimana Tasya menghampiri Naldy dan sekarang memeluk Naldy.
"Sayang aku benar-benar sangat merindukan kamu!"
Dengan nafas naik turun Zahra terus saja memperhatikan suaminya itu, sebagai seorang istri maupun ada cinta atau tidak diantara pasangan suami istri itu dan mengingat mereka juga sudah menikah memasuki angka 3 minggu, melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain jelas ada rasa tidak suka, ada rasa sedih dan marah.
Sementara Naldy masih schok yang sangat tidak percaya jika kekasihnya akan kembali dan sekarang sudah memeluknya, saking tidak percayanya Naldy bahkan tidak membalas pelukan itu.
Bersambung.....