NovelToon NovelToon
Mystic Guard : Hari Kebangkitan Ibu Iblis Jahanam

Mystic Guard : Hari Kebangkitan Ibu Iblis Jahanam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Misteri / Horror Thriller-Horror / Roh Supernatural
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

Sebuah desa terpencil di Jawa Tengah berubah menjadi ladang teror setelah tambang batu bara ilegal tanpa sengaja membebaskan roh jahat yang telah tersegel berabad-abad. Nyai Rante Mayit, seorang dukun kelam yang dulu dibunuh karena praktik korban bayi, bangkit kembali sebagai makhluk setengah manusia, setengah iblis. Dengan kekuatan untuk mengendalikan roh-roh terperangkap, ia menebar kutukan dan mengancam menyatukan dunia manusia dengan alam arwah dalam kekacauan abadi.

Dikirim untuk menghentikan bencana supranatural ini, Mystic Guard—tim pahlawan dengan keterikatan mistis—harus menghadapi bukan hanya teror makhluk gaib dan jiwa-jiwa gentayangan, tetapi juga dosa masa lalu mereka sendiri. Dalam kegelapan tambang, batas antara kenyataan dan dunia gaib makin kabur.

Pertarungan mereka bukan sekadar soal menang atau kalah—melainkan soal siapa yang sanggup menghadapi dirinya sendiri… sebelum semuanya terlambat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebuah Nama dan Masa Lalu Mengerikan

Udara hutan Borneo terasa lebih sejuk saat malam kian larut. Di dalam kuil yang hanya diterangi cahaya jamur dan sulur bercahaya dari dinding-dinding tumbuhan, mereka berenam duduk melingkar, dikelilingi bekas teh akar buatan Asvara dan sisa makanan ringan yang entah dari mana Raga dapatkan.

Tapi kali ini mereka tak bicara soal kematian, monster, atau trauma masa lalu. Topik mereka sekarang jauh lebih sulit… menentukan nama kelompok.

“Harusnya ‘Guardians of the Ghoib’,” kata Raga sambil menunjuk ke udara. “Keren, kan? Internasional. Ada unsur spiritualnya juga.”

Yama langsung mencibir. “Kedengerannya kayak pengajian yang keliru branding.”

“Apa coba ‘Ghoib’ pakai G?” Taki mengernyit. “Kayak singkatan grup WhatsApp bapak-bapak.”

Sasmita tertawa kecil. “Gue juga gak setuju. Tapi ‘Guardians’ itu emang keren sih.”

“Gimana kalau ‘Wardens of the Void’?” Yama menyela. “Lebih dark. Ada unsur kehampaan. Mistis banget.”

Asvara mengangguk pelan, “Estetika-nya dapet. Tapi terlalu barat. Kita ini berdiri di tanah leluhur. Harus ada unsur lokal.”

“Kalau begitu,” Sasmita mencoba, “‘Laskar Gaib’? Simpel.”

Raga mendelik. “Buset, itu mah kayak sinetron religi jam 5 pagi. Gue ogah.”

“Serius amat sih,” Yama menguap. “Kita bukan band metal, tapi juga bukan koperasi kampung. Cari yang pas di tengah.”

Perdebatan terus berlanjut. Dari nama-nama yang kelewat keren sampai yang kelewat absurd:

“Divine Reapers.”

“Pasukan Hijau Daun.”

“Anti Arwah Arwah Club.”

“Enam Jahanam Plus Satu.”

Ningsih hanya duduk menyimak, matanya menatap api kecil di tengah ruangan. Sampai akhirnya, ketika semua sudah mulai kehabisan energi untuk adu argumen, ia membuka mulutnya pelan.

“Mystic Guard.”

Semua menoleh.

“Maksudmu?” tanya Taki.

“Kalian semua punya sisi gelap, tapi... juga penjaga. Penjaga sesuatu yang gak semua orang bisa lihat. Sesuatu yang... mistik.”

Ia menunduk. “Kalian bisa ninggalin aku tadi, tapi enggak. Kalian nyelamatin aku, nyelamatin desa. Bagi aku… kalian penjaga. Mystic Guard. Sederhana aja.”

Keheningan menyelimuti ruangan.

Asvara tersenyum lembut. “Aku suka. Ada kehangatan sekaligus kekuatan.”

Sasmita mengangguk. “Dan enggak terlalu norak.”

Taki menatap tangan-tangan mereka yang masih terasa lelah. “Mystic Guard… cocok.”

Yama mengangkat bahu. “Gue bisa hidup dengan itu.”

“Asal jangan bikin mars,” gumam Raga.

Dan begitulah, tanpa tepuk tangan, tanpa deklarasi resmi...

Lahir sebuah nama.

Sebuah ikatan yang tak terucap, tapi tertanam dalam.

Mystic Guard.

Dan di luar sana, dunia sudah mulai bergeser.

Asvara bersila di hadapan gadis itu, cahaya hijaunya kini nyaris tak bersinar. Hanya tatapannya yang penuh kejelasan, seperti ingin masuk ke relung yang paling dalam dari jiwa Ningsih.

“Aku harus tahu…” ujarnya pelan, namun tajam.

“…siapa Nyai Rante Mayit. Dari mana asalnya. Dan apa hubunganmu dengannya.”

Taki bersandar dengan tangan bersedekap.

Yama duduk di pojok ruangan sambil merangkai kembali alat-alatnya, tapi matanya ikut menoleh.

Sasmita yang tengah membersihkan senjatanya menghentikan gerak.

Raga memainkan satu nada kecil di gitarnya, tapi tak bersuara. Mereka semua diam.

Ningsih menggigit bibirnya. Pandangannya menunduk, seperti ada sesuatu yang menjerat dadanya. Nafasnya berat. “Aku nggak tahu dari mana mulai cerita ini...”

Asvara mencondongkan tubuhnya sedikit. “Mulai dari apa yang kamu tahu. Kami sudah bertarung melindungimu. Sekarang biarkan kami mengerti kenapa.”

Lama Ningsih hanya diam. Tapi akhirnya, dengan suara rendah dan berat seperti menarik beban berabad-abad, dia mulai bicara.

“Nyai Rante Mayit… dia bukan sekadar entitas jahat.”

Semua menegang.

“Dia adalah darahku. Nenek buyut dari jalur ibuku. Seorang dukun perempuan dari zaman Mataram yang dihukum mati karena dituduh mengorbankan bayi untuk pemanggilan makhluk dari alam lain.”

Taki menarik nafas pelan.

Yama menegakkan tubuhnya.

“Tapi yang orang-orang nggak tahu…” lanjut Ningsih, suaranya bergetar, “…dia nggak pernah mati sepenuhnya. Tubuhnya dikubur dalam sumur terkutuk, dikunci oleh tujuh sesajen dan tujuh darah suci, termasuk dari keturunannya.”

Mata Sasmita menyipit. “Dan kamu… adalah garis terakhir itu?”

Ningsih mengangguk. “Aku… adalah kunci. Kalau aku jatuh ke tangan dia, dia bisa bangkit utuh. Bukan cuma entitas bayangan. Tapi iblis yang nyata, dengan tubuh dan kekuatan utuh dari zaman dulu.”

Raga mencengkram lututnya, matanya membelalak.

“Dia pengorbanan terakhir buat kebangkitannya.” gumamnya.

Ningsih menghapus air mata yang tak disadari menetes. “Aku lari seumur hidup dari ini. Ibuku mati melindungi aku. Kakekku mengikat jiwanya sendiri agar bisa mengunci makam itu dari alam roh. Tapi sekarang... semua segel itu udah dibuka.”

Asvara memejamkan mata sejenak. Cahaya hijau di belakangnya kembali menyala, kali ini seperti reaksi spiritual.

“Maka kami juga harus bangkit... dan menghentikannya.” katanya tenang.

Taki menoleh ke yang lain.

Yama menggenggam botol zat birunya.

Sasmita menghela nafas dalam, kemudian meletakkan tangannya di bahu Ningsih.

“Kamu nggak sendirian lagi.”

Dan malam itu, di tengah keheningan hutan yang mulai berubah suhu udaranya…

Sebuah kebenaran mulai terkuak,

Sebuah takdir mulai menuntut harga.

Asvara membuka matanya, pupilnya kini bercahaya samar hijau. Ia bangkit perlahan, mendekati Ningsih yang mulai kembali tenang setelah pengakuannya. Jemarinya membentuk mudra rumit di udara, dan angin hutan seakan berhenti berembus. Cahaya dari tubuhnya merambat, seperti akar yang hidup—menyentuh pelipis Ningsih.

“Aku ingin melihat luka yang kamu warisi… bukan dari tubuhmu, tapi dari darahmu.”

“Apa yang akan kamu lakukan…?” tanya Ningsih pelan.

“Aku akan masuk ke dalam ingatanmu. Ke bawah sadarmu. Di mana kenangan dari leluhurmu mengendap seperti arang yang belum padam.”

Dengan mantera yang diucap dalam bahasa tua Dayak, dunia di sekeliling mereka berubah. Kabut hijau mulai menyelimuti ruangan. Suara detak jantung Ningsih menggema seperti genderang. Dunia nyata memudar…

Dan dalam sekejap, mereka berdua sudah tidak lagi di kuil itu.

Alam Bawah Sadar – Masa Lalu

Asvara membuka mata dalam dunia baru. Dia berdiri di sebuah desa kuno, suasananya temaram, tanahnya merah berlumpur, dan kabut pekat menggantung di udara seperti asap dupa. Aroma darah dan bunga kematian memenuhi indra.

Di tengah jalan desa, seorang perempuan muda duduk bersimpuh di altar bambu. Tubuhnya kurus tapi sorot matanya tajam seperti mata kucing malam hari. Ia belum menjadi sosok yang menakutkan seperti yang dikenal sekarang.

“Itu dia,” bisik suara Ningsih di samping Asvara. “Namanya dulu… Raras Sukesi.”

Asvara menoleh cepat. “Itu nama aslinya?”

“Ya. Raras Sukesi, anak dari dukun agung kerajaan. Dia dikenal sebagai penyembuh dan pelindung desa… sebelum semuanya berubah.”

Kilasan demi kilasan muncul—Raras kecil belajar ilmu penyembuhan dari ibunya, menolong warga dengan ramuan dan doa, bahkan menangis ketika harus memotong nyawa seekor ayam dalam ritual. Dia dulu… penuh kasih.

Tapi waktu berputar ke masa yang lebih kelam.

Raras dewasa duduk sendiri di ruangan gelap. Di sekelilingnya, jenazah-jenazah bayi tak berdosa. Tangannya gemetar, tapi wajahnya pasrah. Di baliknya, bayangan-bayangan mengerikan berbisik dari dinding, menawarkan kekuatan, menawarkan kehidupan kekal.

“Mereka bilang... aku bisa menyelamatkan desa dari kelaparan. Dari wabah. Dari penjajah. Tapi bayarannya… adalah bayi-bayi itu.”

Suara Raras menggema seperti kenangan buruk.

Asvara menahan napas. Ia menyaksikan saat Raras menari di altar darah, memanggil makhluk-makhluk dari dunia lain. Saat tubuhnya tak lagi manusia, saat rambutnya berubah kelam seperti jelaga, dan tatapan matanya menjadi kosong seperti sumur mati.

Ia tidak berubah menjadi Nyai Rante Mayit karena keserakahan. Tapi karena keputusasaan.

Karena janji-janji iblis yang datang saat semua manusia meninggalkannya.

“Aku ingin menjadi cahaya untuk rakyatku…” kata Raras dalam satu kenangan yang memudar, “…tapi aku justru menjadi kegelapan yang membakar mereka semua.”

Dan terakhir—Asvara melihat saat Raras ditangkap. Diikat dan dilempar ke sumur dalam oleh orang-orang yang dulu menyembahnya. Dituduh pembunuh bayi, pembawa malapetaka, dukun iblis.

Namun sebelum tubuhnya hancur di dasar sumur itu, Raras tertawa.

“Kalian semua akan kembali memanggilku… ketika dunia ini kembali butuh darah.”

Asvara terhuyung ketika keluar dari dunia bawah sadar itu. Nafasnya tercekat.

Ningsih membuka mata bersamaan. Air mata mengalir di pipinya.

“Sekarang kamu tahu… kenapa dia belum mati. Karena dunia belum selesai dengan luka yang dia wariskan.”

1
EsTehPanas SENJA
ihhh serem banget ini ... 😳
Vergenha Cardoso
Penjelasan tentang tokohnya berulang ulang kayak ngebaca satu bab doang
Saepudin Nurahim: Terima kasih kak support nya 🙏
total 1 replies
EsTehPanas SENJA
ayo ningsih! kamu ga sendirian ✊🏻
EsTehPanas SENJA
ayo ningsih! bangkit! mas mu udah jadi korban kayanya ...😳 jangan sia siakan dia ning! ✊🏻
EsTehPanas SENJA
kenapa namanya berbau bau J. ada taki ada yama 😳🤭
EsTehPanas SENJA
the vault ini macam x files fbi gitu? atau Men in Black 🤭😁
Saepudin Nurahim: The Vaul itu Organisasi Rahasia yang di bawah pemerintah, kalau mau lebih tau tentang the vault, kakak bisa baca di novel The Closer, sama Agent Liana. masih satu Universe. nyambung
total 1 replies
EsTehPanas SENJA
wwwih setan AKAP ehh lintas Pulau malah ini 😱😳
Saepudin Nurahim: makasih sudah mampir kak 🙏
total 1 replies
awesome moment
awal baca yg horor n
Saepudin Nurahim: terimakasih support nya kak
total 1 replies
Ahmat Zabur
campuran mitologi dan super hero di kemas rapi,, serasa masuk kedalam alur cerita nya,, salam merinding buat penulis
Ahmat Zabur
ngeri yaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!