NovelToon NovelToon
Blood & Oath

Blood & Oath

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Tentara / Perperangan / Fantasi Timur / Action / Fantasi / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:526
Nilai: 5
Nama Author: Ryan Dee

Tharion, sebuah benua besar yang memiliki berbagai macam ekosistem yang dipisahkan menjadi 4 region besar.

Heartstone, Duskrealm, Iron coast, dan Sunspire.

4 region ini masing masing dipimpin oleh keluarga- yang berpengaruh dalam pembentukan pemerintahan di Tharion.

Akankah 4 region ini tetap hidup berdampingan dalam harmoni atau malah akan berakhir dalam pertempuran berdarah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryan Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Act 7 - A chance for redemption

Aku masih memikirkan apa yang akan terjadi ketika sidang dilanjutkan nanti.

Para penjaga menyeretku ke sebuah ruangan. Awalnya kupikir aku akan dilempar ke sel tahanan, tapi ternyata tidak. Mereka membawaku ke salah satu kamar di dalam gedung persidangan.

"Diamlah di sini, dan jangan coba macam-macam!" bentak salah satu penjaga.

Aku masuk dan menjatuhkan tubuhku ke kursi. Kelelahan membuatku ingin sejenak melupakan semua yang terjadi. Tapi sebelum sempat menarik napas, Sir Garrick datang.

"Kau harus tetap waspada," katanya pelan, suaranya penuh tekanan. "Dia sedang mengincarmu."

Aku mengangkat kepala, bingung. "Siapa?"

"Draco."

Namanya saja cukup membuat bulu kudukku meremang, seolah sekawanan serigala tengah memburuku.

"Kenapa dia mengincarku?" tanyaku, suaraku bergetar.

"Ketika dia melihat cincin dan liontin itu, ada sesuatu dalam matanya. Seperti ia tahu sesuatu yang orang lain tidak boleh tahu. Percayalah, sekali Draco menetapkan sasaran, mustahil baginya membiarkannya pergi."

Aku terdiam, perasaan gelisah menggulung dalam dadaku.

"Aku akan mencari cara supaya kau bisa keluar dari kota ini," lanjut Garrick.

"Lalu... ke mana aku harus pergi? Rivera?"

"Tidak." Dia menggeleng cepat. "Kau kembali ke sana, kota itu akan hancur. Kita harus pergi jauh. Sejauh mungkin."

Tiba-tiba pintu berderit terbuka. Seorang pria masuk. Sir Garrick langsung sigap, tangannya hampir menyentuh gagang pedang.

"Tenanglah."

Pria itu melangkah masuk dengan wibawa. Pakaian mewah menghias tubuhnya, lambang singa emas besar terpampang di dadanya. Aku menelan ludah-aku tahu siapa dia. Raja Rowan Arendale, kakak dari Lord Celdric.

Sir Garrick segera berlutut dan menunduk. "Saya tidak tahu Anda akan datang, Yang Mulia."

"Bangkitlah, Garrick," ujar sang raja tenang. "Aku datang untuk memastikan sesuatu."

Tatapannya beralih padaku. "Katakan, anak muda. Apa kau tinggal bersama seorang petani di ladang gandum dekat Rivera?"

Pertanyaannya menusuk jantungku. "Y-ya... dia kakekku."

"Benar, ternyata." Ada kelegaan di wajah sang raja.

"Apa maksudnya, Yang Mulia?" tanya Garrick.

"Selain liontin, Celdric juga menemukan catatan yang ditulis oleh kakek anak ini. Aku memerintahkan agar tidak ada seorang pun yang tahu, demi keselamatan kalian berdua."

Aku menahan napas.

"Dalam catatan itu," lanjut sang raja, "ada tulisan berusia tujuh belas tahun. James..." ia menatapku dalam, "apa kau sekarang berumur tujuh belas?"

"Ya. Tapi... apa hubungannya?"

"Pada hari yang sama, tujuh belas tahun lalu, aku menerima surat dari sahabatku. Ia menulis bahwa benteng keluarganya terancam. Ia tak punya pilihan selain meninggalkan putranya di sebuah ladang dekat Rivera."

Seketika sebuah bayangan berkelebat di kepalaku. Ingatan yang muncul di persidangan tadi kembali menyergap: seorang wanita berlari dalam badai, menggenggam bayi. Menyerahkan bayi itu pada seorang petani-kakekku.

"Saat persidangan tadi... aku melihat sesuatu," suaraku tercekat.

"Apa yang kau lihat?" tanya Raja Rowan serius.

"Seorang wanita membawa bayi. Mereka tiba di ladang gandum... kakekku menerima bayi itu. Bayi itu..." aku menunduk, gemetar. "...aku."

Wajah sang raja memerah, matanya berkaca-kaca.

"Jadi benar," bisiknya. "Kau adalah keturunan keluarga Thariel."

Aku terdiam, tubuhku kaku. Garrick terperanjat. Nama itu sudah kudengar sejak kecil-Thariel, keluarga yang dikabarkan musnah, dibantai habis oleh dua keluarga besar Duskrealm.

Orang-orang berkata keluarga Thariel berbeda. Mereka lahir dengan ikatan pikiran: seorang anak bisa mewarisi ingatan penuh dari ayahnya, seolah hidup dua kali. Sebuah anugerah... yang dianggap kutukan. Tak seorang pun bisa mengendalikan mereka. Maka mereka dihancurkan.

"Aku... keturunan Thariel?" suaraku hampir tak terdengar.

"Ya," jawab sang raja. "Ayahmu adalah Lord Marcell Thariel-sahabatku."

Jantungku berdetak keras.

"Dalam suratnya, ia menulis bahwa pembantaian itu dilakukan atas perintah Draco. Aku sudah lama mencurigainya, tapi tak pernah bisa menemukan bukti. Sekarang aku tahu mengapa dia ingin menjebloksanmu ke penjara Duskrealm. Di sana, dia bebas berbuat apa pun padamu, jauh dari pengawasanku."

Aku terdiam, antara marah, takut, dan tak percaya.

"Dengarkan aku, James." Sang raja menatap tajam. "Mungkin kau adalah kunci untuk menjatuhkan Draco. Dan itu berarti kau adalah harapan terakhir kami."

Sebelum aku sempat menjawab, seorang penjaga masuk terburu-buru.

"Yang Mulia, sidang akan segera dimulai. Kami harus membawa tahanan ini ke ruang persidangan."

Raja Rowan menghela napas, lalu berdiri. "Baiklah. James, aku akan ada di ruang sidang. Jangan takut."

Ia melangkah pergi, meninggalkan aku dan Garrick dalam keheningan.

Aku hanya bisa menatap lantai, pikiranku bergolak. Aku bukan sekadar petani yatim piatu dari Rivera. Aku adalah darah Thariel... dan itu bisa berarti keselamatan-atau kehancuranku.

Ketika para penjaga menggiringku kembali ke ruang sidang, jantungku berdegup makin kencang. Pintu besar dari kayu hitam itu terbuka perlahan. Di dalam, para bangsawan sudah duduk menanti.

Mataku langsung bertemu dengan tatapan Lord Draco. Tatapannya dingin, penuh rahasia. Bibirnya melengkung, seolah sudah tahu sesuatu yang belum kuketahui tentang diriku.

Dan saat itu juga, aku sadar-pertarungan ini baru saja dimulai.

1
Mr. Wilhelm
kesimpulanku, ini novel hampir 100 persen pake bantuan ai
Ryan R Dee: sebenernya itu begitu tuh tujuannya karena itu tuh cuma sejenis montage gitu kak, kata kompilasi dari serangan disini dan disana jadi gak ada kata pengantar buat transisi ke tempat selanjutnya, tapi nanti aku coba revisi ya kak, soalnya sekarang lagi ngejar chapter 3 dulu buat rilis sebulan kedepan soalnya bakalan sibuk diluar nanti
total 7 replies
Mr. Wilhelm
transisi berat terlalu cepat
Mr. Wilhelm
Transisinya jelek kyak teleport padahal narasi dan pembawaannya bagus, tapi entah knapa author enggak mengerti transisi pake judul kayak gtu itu jelek.
Ryan R Dee: baik kak terimakasih atas kritik nya
total 1 replies
Mr. Wilhelm
lebih bagus pakai narasi jangan diberi judul fb kek gni.
Mr. Wilhelm
sejauh ini bagus, walaupun ada red flag ini pake bantuan ai karena tanda em dashnya.

Karena kebnyakan novel pke bantuan ai itu bnyak yg pke tanda itu akhir2 ini.

Tapi aku coba positif thinking aja
perayababiipolca
Thor, aku hampir kehabisan kesabaran nih, kapan update lagi?
Farah Syaikha
🤔😭😭 Akhirnya tamat juga, sedih tapi puas, terima kasih, author.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!