Ini hanya kisah fiktif belaka.
Nirmala merasa tidak suka ketika anak majikannya membawa kekasihnya pulang, dia nekat pergi ke dukun agar pria itu mau menjadi suaminya. Dia memuja setan agar anak majikannya, Leo mau memutuskan hubungannya dengan kekasihnya itu.
"Aku bisa membantu kamu demi mendapatkan anak majikan kamu itu, tapi kamu harus memuja setan."
"Aku bersedia," jawab Nirmala dengan yakin.
Akan seperti apa kehidupan Nirmala selanjutnya?
Apakah dia akan mendapatkan Leo?
Yuk kita baca kisahnya, buat yang suka jangan lupa kasih bintang 5 dan komen yang menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan-jalan
Hari ini Leo begitu bersemangat sekali mencoba setiap ruangan yang ada di sana, tentunya dia mencoba setiap tempat yang ada di sana untuk memadu kasih dengan istrinya, Nirmala.
Leo merasa tak ingin melepaskan istrinya tersebut, Karena jarang sekali ada waktu yang begitu luang seperti ini untuk bisa berduaan dengan istrinya.
Setiap hari dia habiskan untuk bekerja, walaupun memang dia sering mencuri waktu untuk pergi berduaan dengan Nirmala. Namun, tetap saja tidak sebebas seperti sekarang ini.
Tentu saja hal panas itu membuat Nirmala begitu lelah dan juga lapar, perutnya terasa begitu keroncongan. Walaupun memang dia sudah memakan makanan yang dikirimkan oleh orang yang disewa oleh Leo.
"Mas, aku laper banget loh!"
Nirmala merengek kepada suaminya, Leo sampai mengernyitkan dahinya mendengar apa yang dikatakan oleh istrinya tersebut. Karena belum lama istrinya itu habis makan bersama dengan dirinya.
"Mau minta dikirimin makanan lagi?"
"Nggak mau ah, maunya cari makanan di luar."
Leo tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh istrinya tersebut, mereka berada di pelosok desa. Seperti yang diinginkan oleh istrinya, tempatnya tenang, sunyi dan juga tentunya tidak ada tukang dagang di luaran sana.
"Kalau kita mau makan di luar, harus menempuh perjalanan selama 1 jam dulu. Kamu tahu di sini itu cuma perkampungan terpencil, makanya makan saja minta dianterin."
Nirmala cemberut, karena memang yang dikatakan oleh suaminya itu benar adanya. Tak lama kemudian wanita itu memeluk lengan Leo, kemudian dia berkata dengan begitu manja.
"Kalau tidak salah di dekat sini ada sungai, bagaimana kalau kita memancing di sungai? Terus ikannya dibakar gitu, bikin sambelnya yang banyak, makannya pakai nasi liwet."
Air liur Nirmala seakan hendak menetes membayangkan ikan bakar yang begitu enak, lalu dimakan dengan nasi liwet dan dicocol sambel yang pedas.
"Boleh, Yang. Tapi aku nggak punya alat pancing," ujar Leo.
"Bagaimana kalau kita minjem aja alat pancingnya sama yang punya rumah?"
"Oke," ujar Leo yang tidak mau mengecewakan istrinya.
Akhirnya Leo dan juga Nirmala pergi ke tempat sang pemilik rumah, mereka berkata ingin memancing di sungai. Ternyata di sungai itu masih banyak ikannya, mereka diberikan serokan untuk menangkap ikan di sungai.
"Emang bisa dapet banyak kalau pakai serokan ikan?"
"Bisa, Neng. Di sungai ikannya masih banyak banget, bahkan udang sungai aja masih banyak."
"Oh, oke!"
Nirmala nampak begitu bersemangat mengajak Leo untuk pergi ke sungai, tentunya dia pergi ke sungai dengan membawa banyak perlengkapan untuk membuat nasi liwet dan juga ikan bakar, tiba di sana mereka langsung menyerok ikan. Nirmala bersorak kegirangan karena melihat Leo yang menangkap ikan dengan banyak.
"Ikannya banyak banget, aku mau bikin nasi liwet dulu. Kamu cuci ikannya," ujar Nirmala.
"Siap, Sayang. Kamu urus nasi liwetnya," ujar Leo.
"Oke," jawab Nirmala.
Pertama-tama Nirmala mengumpulkan ranting-ranting pohon yang kering, lalu dia membuat api untuk membuat nasi liwet.
Wanita itu tersenyum-senyum senang sekali, sesekali dia akan menolehkan wajahnya ke arah Leo yang sedang sibuk membersihkan ikan.
Krosak!
"Apa itu?"
Nirmala tiba-tiba saja mendengar suara berisik dari semak-semak yang tidak jauh dari dirinya, dia merasa ketakutan. Dia bahkan hampir saja menjerit, karena melihat ada ular yang keluar dari semak-semak itu.
"Ternyata uler, itu ulernya gede banget."
Setelah beberapa saat melihat ular itu, tiba-tiba saja dia ingin memakannya. Ini adalah keinginan yang begitu aneh, tetapi Nirmala ingin.
"Uler itu montok banget, pasti kalau dimakan dagingnya enak."
Nirmala menelan ludahnya dengan kasar, berkali-kali dia menggelengkan kepalanya agar tidak melakukan hal yang tidak wajar. Namun, keinginannya tidak bisa dibendung.
Nirmala menolehkan wajahnya ke arah Leo, pria itu sibuk membersihkan ikan yang begitu banyak sampai tak menolehkan wajahnya ke arah dirinya. Nirmala tersenyum menyeringai, lalu wanita itu berjalan ke arah ular tersebut.
"Dapat!" uja Nirmala pelan tapi penuh penekanan ketika dia mampu menangkap kepala ular itu.
Nirmala yang tidak mau ketahuan oleh suaminya akhirnya melangkahkan kakinya menuju semak-semak, dia memakan ular itu dengan lahap di sana.
Menurutnya rasanya sangatlah enak, walaupun setiap kali dia menggigit ular tersebut, akan ada darah yang keluar. Bajunya sampai penuh dengan darah, tetapi dia seakan tidak peduli.
"Sayang, ikannya udah bersih semua nih. Kamu lagi nyari kayu bakar ya?"
Terdengar suara Leo yang mencari dirinya, Nirmala cepat-cepat membuang sisa ular yang masih ada di tangannya. Lalu, dia berlari ke arah sungai dan menceburkan tubuhnya ke sana.
Byur!
"Yang! Kamu jatuh?" teriak Leo panik.
Nirmala sengaja menceburkan tubuhnya ke sungai agar darah yang ada di bajunya menghilang, karena dia tidak mau bertemu dengan suaminya dalam keadaan tubuhnya yang penuh dengan darah.
"Tadi aku lagi nyari kayu bakar, Yang. Malah kepeleset," jawab Nirmala.
Wajah Leo begitu khawatir melihat istrinya yang tercebur ke dalam sungai, dia mendekat ke arah istrinya dan hendak membantu Nirmala untuk naik ke permukaan.
"Ayo, Yang. Naik," ajak Leo.
"Nanti aja dulu, ini enak berendem di sini." Nirmala tersenyum ke arah suaminya.
"Tapi nanti kamu kedinginan loh," ujar Leo.
"Nggak apa-apa, Yang. Ada api, kamu mending nyalain lagi apinya. Udah padam tuh," ujar Nirmala.
Sebenarnya air sungai itu terasa begitu dingin sekali, tetapi dia tidak ingin langsung naik karena masih ada sisa darah pada baju yang dia pakai. Dia ingin mengucek darah itu sampai bersih.
"Ya udah, aku akan menyalakan apinya. Kamu jangan lama-lama berendamnya, airnya lumayan deras."
"Ya, Sayang," jawab Nirmala.
Sebenarnya dia merasa heran, kenapa perutnya tak pernah merasa kenyang kalau belum memakan daging mentah. Atau hewan hidup, sampai saat ini dia belum menemukan jawabannya.
"Makanlah yang banyak, biar nanti nggak ribut kelaparan."
Kini Leo dan Nirmala sedang duduk di pinggir sungai, Leo sudah menata ikan yang dia bakar di atas batu besar. Nirmala juga sudah menata nasi liwet itu di atas daun pisang.
Sebelum dia keluar rumah dia merasa begitu lapar sekali, tetapi kini rasa laparnya sudah hilang. Melihat ikan bakar pun tidak berselera, tapi dia tidak mau mengecewakan Leo.
"Ya, aku akan makan." Nirmala tersenyum penuh kepalsuan.