Cinta sebagai sebuah permainan?
Itulah yang Jenny selalu lakukan, Cinta hanya sepotong permainan dunia bagi gadis yang memiliki segalanya, karenanya dia ingin selalu menang dan memang dia selalu menang, hingga dunianya sedikit kacau karena seorang pria mulai mengacaukan permainan cintanya, dan dia tak akan pernah tinggal diam.
Jonathan, Pria sempurna penakluk semua wanita, semua terjebak hanya dari sorot matanya, dia tertantang untuk masuk pusaran permainan Jenny dan berusaha memenangkannya.
Siapa yang akan menang? atau mereka terjebak dalam permainan yang mereka buat masing-masing?
Benar, Cinta adalah permainan.
Karena itu, Lets The Game Begin!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Satu malam.
Anxel berjalan ke arah mobil mereka, mengambil ponselnya namun tak melakukan apapun, dia hanya terdiam sejenak, lalu segera dia berbalik, sedikit terkejut menemukan sosok Chintia sudah ada di belakangnya, Anxel menutupi wajah terkejutnya dengan sebuah senyuman manis.
"Kau akan pulang sekarang?" tanya Chintia lembut.
Anxel menggigit bibirnya, melirik ke arah sekitar mereka yang mulai mengelap, terlihat sepi.
"Ya, Jenny memintanya, apalagi dia baru saja terjebak seperti tadi, aku tak bisa menolaknya," kata Anxel lembut pada Chintia.
"Tapi bukannya kau mengatakan akan melihat cahaya Utara itu bersamaku?" suara Chintia menuntut.
Anxel diam sejenak, angin berhembus di sekitar mereka, menerbangkan serpihan salju, menggelung bagaikan asap, menari di sekitar mereka.
"Aku tidak bisa menolaknya, dia adalah calon tunangan ku sekarang," kata Anxel lagi memandang mata kaca miliki Chintia yang tampak sedih dan berharap.
"Jangan pergi," kata Chintia terdengar memelas.
"Chintia, jika Jonathan mendengar hal ini, dia akan curiga padamu, bukankah kalian sudah bertunangan?" tanya Anxel lagi, senyuman manis namun tak ikhlas itu terlihat.
"Bukannya kau yang mengatakan, jika di antara kita ada yang bertunangan, yang lain juga harus bertunangan, aku sudah bertunangan dengannya, sekarang? kapan kau bertunangan dengan Jenny?" kembali suara Chintia tampak menuntut, dia benar-benar tak rela Anxel pergi dari sini, begitu susah dia merayu pria ini untuk datang ke mari, belum mereka menikmati waktu bersama, tapi kenapa pria ini harus pergi darinya?
"Aku akan segera bertunangan dengannya setelah pulang dari sini, sudah jangan menangis seperti itu, atau mereka akan curiga," kata Anxel memegang pipi halus Chintia, mengusap air mata yang mulai turun, Chintia nyatanya makin tak bisa mengontrol dirinya, bahkan langsung memeluk Anxel dengan erat.
Anxel tentu kaget, apa lagi saat ini mereka ada di tempat terbuka, jika ada yang melihat mereka pasti akan sangat curiga, namun merasakan erat dan perasaan yang berusaha di tunjukkan oleh Chintia, Anxel tak mampu menolak pelukan wanita ini, dia perlahan mengelus punggung Chintia.
"Chintia, kita tak bisa begini, kau tahu akan seperti apa nantinya jika ada yang melihat kita bersama, satu-satunya kesempatan kita untuk tetap dekat, akan hilang selamanya," bisik Anxel pada telinga Chintia yang tampak membenamkan dirinya pada pelukan Anxel.
"Maka karena itu, jangan pergi," pinta Chintia manja.
Anxel diam, tak menjawab ya atau pun tidak, tiba-tiba mereka mendengar suara, membuat Anxel mendorong tubuh Chintia, Chintia yang kaget pun melepaskan pelukannya, menghapus air matanya, namun sisa-sisa dan wajah memerahnya tak bisa ia tutupi.
Namun, ternyata yang keluar hanya asisten Jonathan, dia segera mendekati Anxel yang tampak sedikit gugup.
"Aku akan mengambil air hangat," kata Chintia menunduk, secepat mungkin menghindar dari yang lain, Anxel mengedarkan matanya mengikuti sosok Chintia, dia menggigit bibirnya, rasanya tak nyaman melihat wanita itu pergi.
"Tuan Anxel, bagaimana? saya dengar seluruh penerbangan tidak bisa terbang karena cuaca buruk," tanya Asisten Jonathan.
"Benarkah? kalau begitu akan aku tanyakan pada yang mengurusi perjalananku, terima kasih infonya," kata Anxel tersenyum, Asisten Jonathan hanya mengangguk.
Anxel melirik ke arah perginya Chintia tadi, dia memasukkan ponselnya, mengurungkan niatnya untuk bertanya apakah mereka bisa pulang atau tidak, dia melihat Chintia yang keluar dari tempat membawa sebuah termos dan beberapa cangkir, dia berhenti sejenak melihat Anxel, Anxel memberikan senyum tertahannya, dia mengangguk, membuat Chintia tahu apa maksudnya, akhirnya senyuman manis itu tampak sumringah dia sunggingkan.
---***---
Jenny hanya diam meringkuk dalam selimut tebal berwarna coklat yang tadi berikan oleh asisten Jonathan, sekarang rasanya hangat sekali, namun hatinya terasa dingin.
Sisa-sisa air mata masih menumpuk di ujung matanya, entah memang sisa atau memang air matanya masih tak mau berhenti.
Jaraknya dengan pria itu hanya beberapa langkah namun terasa sangat jauh sekarang, tak ada dari mereka yang mencoba untuk membuka suara, hanya saling terdiam mencoba memahami perasaan mereka.
"Kau tak perlu pulang," suara Jonathan akhirnya terdengar, berat dan serak, Jenny sedikit kaget namun mencoba menggulung tubuhnya agar tak tertarik untuk melihat pria itu.
Jenny mendengar langkah kaki, mendekat ke arahnya, dan dia tiba-tiba saja Jonathan sudah ada di depannya, duduk dimana tadi Anxel duduk.
"Maafkan aku," kata Jonathan, berusaha untuk melihat wajah Jenny yang terus dipalingkannya, mencoba mendapatkan perhatian dari Jenny.
"Anggap saja itu tidak pernah terjadi," kata Jenny lagi, tetap enggan melihat pria itu, bukan, dia bukan tak ingin melihat Jonathan karena marah atau bagaimana, sejujurnya, Jenny lebih takut kembali terjebak, kembali berubah pikiran, kembali tergoda dengan pria ini, bagaimana pun perasaannya saat ini begitu terpaut dengannya.
"Bagaimana bisa melupakannya?" tanya Jonathan lembut dengan suara baritonnya itu.
Jenny menggigit bibirnya, sejujurnya dia juga tak yakin bisa melupakan apa yang terjadi tadi, sensasi lembut dan bibir hangat itu, Jenny memejamkan matanya, mencoba tak mengingat rasanya, namun saat dia menutup matanya, sensasi itu malah makin terasa, ada apa dengannya?
Pintu terbuka, Anxel muncul di ambang pintu, menemukan Jenny dan Jonathan seperti sedang saling bercengkramah, Jenny memalingkan wajahnya menatap siapa yang datang, Jonathan sakit melihatnya, Jenny melewatkannya begitu saja.
"Bagaimana?" tanya Jenny dengan mata berharapnya, Jonathan bangkit dari duduknya, melihat ke arah belakang Anxel, tempat asistennya terlihat, Asistennya mengangguk, Jonathan menaikkan sendikit sudut bibirnya, dia yang meminta asistennya untuk mengatakan bahwa cuaca buruk, padahalnya sebenarnya cuaca sudah membaik.
"Maaf, tapi dari bandara mengatakan bahwa cuaca akan memburuk, jadi mereka melarang penerbangan, apalagi untuk malam ini, bagaimana jika esok?" jelas Anxel yang membuat wajah Jenny sedikit kecewa, malam ini dia harus kembali menghadapi drama-drama ini lagi.
Jonathan sedikit mengerutkan dahinya, bukannya Asistennya mendapatkan laporan cuaca bahwa cuaca sedang baik, tapi kenapa Anxel mengatakan cuaca tak baik? apa dia juga sebenarnya tak ingin kembali? tapi kenapa?
"Tuan Jonathan sepertinya malam ini kami harus kembali merepotkanmu," kata Anxel terdengar sungkan.
"Tak akan merepotkan, kesenangan bagiku bisa mengetahui kalian tetap ada di sini malam ini," kata Jonathan sambil menatap wajah Jenny yang walau sekuat tenaga tak ingin melihat ke arah pria itu, tetap saja secara refleks mereka saling berpandangan.
"Jadi kalian tak jadi pulang kan? itu menyenangkan sekali, ini," kata Chintia menyerahkan gelas pada Jonathan, menuangkan teh hangat padanya, dia juga menuangkan 2 lagi, satu diserahkannya pada Jenny, satu lagi dia serahkan pada Anxel.
Saat Anxel menerima teh itu darinya, Chintia tersenyum begitu indah dan cerah, membuat Anxel tersenyum sedikit, senang melihat ceria di wajah wanita itu.
"Baiklah, ayo kita pulang," kata Jonathan memandang wajah diam dan sendu Jenny, ternyata dari seluruh ekspresi Jenny yang sudah pernah dia lihat, ini lah yang paling dia tak sukai.
Satu malam, dia berjanji akan merubah wajah itu menjadi senyuman yang selalu dia rindukan.
🏃 🏃 🏃..... otw....
Dari Judulnya kayaknya seru deh...
ah... pasti Seru Karya Quin....
akhirnya....
😍😍😍
Terima Kasih untuk Karya-karya nya....
💕💞💖👍👍
semoga aja Cuma prank ya.....
siapa lagi sie....
Apakah Anxel sudah bebas?
next ke Meadow...
akhirnya JJ bersatu lagi
😂😂😂
biar gak kabur lagi