Bagaikan seorang Cinderella, Belinda Caleste yang memiliki tubuh gemuk dan penampilan tidak menarik tiba-tiba saja dilamar oleh sang idola yang dia puja selama ini. Semua itu berawal dari aksinya yang mengintip sang idola saat mendengar suara anak-anak. Belinda kepergok dan karena aksi nekatnya, dia justru dilamar oleh sang idola, Evan Barack. Belinda tentu saja menerima meski pernikahan mereka dilakukan dengan sebuah perjanjian sebab Evan mengajaknya menikah hanya untuk memanfaatkan Belinda agar publik tidak mengetahui keberadaan si kembar yang mengaku sebagai putranya. Dia tidak ingin ada scandal yang bisa mempengaruhi kariernya dan menikahi Belinda adalah pilihan tepat apalagi mereka sepakat untuk berpisah setelah dia menemukan ibu Oliver dan Xavier namun semua tidak berjalan sesuai dengan rencana dan ketika saatnya sudah tiba, di mana mereka harus berpisah setelah kebenaran akan Xavier dan Oliver terkuak, akankah Evan menceraikan Belinda seperti kesepakatan mereka berdua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Korban Bullying
Belinda sedang mengantri es cream ketika beberapa sahabat lamanya menghampiri dirinya untuk menyapa dan tentunya mengomentari bentuk badannya yang berubah drastis semenjak dia ditolak mentah-mentah oleh seorang pria yang dia sukai dulu.
Kejadian itu menjadi trauma terberat dalam hidupnya yang membuat Belinda mengurung diri dan tidak lagi peduli dengan penampilan. Karena hal itu pulalah yang membuatnya menjadi fans fanatik Evan dan mencuri beberapa barang pribadi milik Evan untuk dijadikan koleksi karena setelah kejadian itu, dia lebih suka menyukai seseorang secara diam-diam lalu menyimpan barang-barangnya untuk kepuasan diri.
Dia sudah belajar dari apa yang pernah dia alami dulu. Segala perjuangan yang dia lakukan hanya untuk seorang pria justru membuatnya menjadi bahan tertawaan yang tak bisa dia lupakan sampai kapan pun. Karena itu pulalah yang membuatnya langsung menyetujui permintaan Evan meskipun dia tahu dia hanya dimanfaatkan.
Belinda sangat tahu jika dia tidak akan pernah memiliki Evan, sang artis yang selalu dia idolakan jadi dia hanya memanfaatkan keadaan di mana dia bisa memiliki Evan meski hanya sementara. Asalkan hatinya senang dan tidak ada penghinaan, itu sudah cukup baginya.
Dua es cream sudah berada di tangan juga dua botol minuman dingin yang akan dia berikan pada Evan. Belinda bergegas kembali karena apa yang dia inginkan sudah dia dapatkan namun tiba-tiba saja langkahnya terhenti sebab beberapa sahabatnya dulu, tidak, mantan sahabatnya menghampiri dirinya lalu mengelilingi dirinya.
“Wah… wah, Coba kita lihat. Bukankah ini Belinda?” salah satu dari mereka mulai bertanya dan menatap Belinda dengan tatapan seolah-olah dia jijik dengan bentuk badan Belinda yang berubah drastis.
Belinda melangkah mundur dan menunduk, Kenapa mereka ada di sana? Padahal dia ingin menikmati waktunya di taman bermain itu tapi kedatangan mereka merusak semuanya. Semoga saja mereka tidak mengganggu dirinya dan semoga saja Evan dan si kembar tidak melihat apa yang mereka lakukan pada diri.
“Kenapa? Apa kau kira kami tidak akan mengenalimu walau kau menjadi gemuk dan tambah jelek seperti ini?”
“Hei, kau lihat lemak di lengannya!” seseorang menarik lemak yang ada di lengan Belinda dengan tidak sopan.
“Pergi, jangan mengganggu aku!” teriak Belinda.
“Sudah lama tidak bertemu, apa kau tidak senang bertemu dengan kami?” mereka justru semakin sengaja.
“Pantas saja kau dicampakkan. Apa yang dia katakan tentang dirimu memang tidak salah. Mau seberapa keras kau berdandan dan mempercantik diri, orang jelek tetap saja jelek dan tak akan bisa menjadi Cinderella dan kau lihat, kau justru seperti kuda nil!” begitu perkataan itu diucapkan, gelak tawa mereka terdengar.
“Pergi kalian semua!” Belinda kembali berteriak. Es cream yang ada di tangan dicengkeram sampai membuat es cream itu Jatuh di atas tangannya.
“Jangan mengusir seperti itu, kita adalah teman. Seharusnya kau senang bertemu dengan kami tapi kau justru mengusir. Apa kau tidak rindu dengannya atau kau ingin kami memanggilnya datang supaya dia melihat keadaanmu yang luar biasa ini?”
“Wah, ide bagus. Bagaimana jika kita panggil dia saja, dia pasti akan terkejut dengan perubahan Belinda” lagi-lagi gelak tawa terdengar, menertawakan Belinda.
Kenangan buruk yang sangat ingin dia lupakan di mana perjuangannya sia-sia semakin teringat dengan jelas. Kedua mata Belinda sudah berkaca-kaca. Dia tidak menyakiti siapa pun, dia hanya berusaha saja untuk mendapatkan pria yang dia sukai tapi kenapa mereka menjadikan dirinya bahan bullying. Apakah mereka tidak akan berhenti mengganggu dirinya ataukah dulu dia sudah salah menyukai seseorang?
“Pergi kalian, pergi!” Belinda melemparkan es krim yang ada di tangannya ke arah mantan para sahabat yang selalu mengganggu dirinya.
Mereka menghindar sambil berteriak namun Belinda tak berhenti dan melemparkan minuman ke arah mereka juga.
“Kalian semua jahat… jahat!” Belinda berteriak lalu berlari pergi.
Padahal dia tidak pernah menyinggung siapa pun bahkan dia tidak pernah mencari perkara dengan mereka tapi dia justru menjadi bahan olok-olok hanya karena dia berusaha melakukan yang terbaik untuk menyatakan perasaan.
Belinda berlari sambil menangis. Apa kesalahan yang telah dia lakukan sehingga mereka begitu tega membully dirinya? Dulu dia melakukan perawatan menggunakan uangnya sendiri, dia juga membeli kosmetik menggunakan uangnya. Tapi kenapa mereka begitu membenci dirinya?
Kenapa dia harus mengalami kejadian tak menyenangkan seperti itu? Padahal dia tidak pernah berharap akan bertemu dengan mereka lagi sebab itu dia pindah tapi lagi-lagi dia harus bertemu dengan mereka.
“Kalian semua jahat, kalian jahat!” teriak Belinda sambil berlari pergi.
Evan dan si kembar yang menunggu Belinda membeli es cream sangat heran karena Belinda tak juga kembali padahal Belinda sudah lama pergi. Seharusnya Belinda sudah selesai karena dia hanya membeli es cream saja.
“Kak Winnie kenapa begitu lama?” tanya Oliver yang sudah tak sabar mendapatkan es creamnya.
“Ayo kita pergi lihat Kakak, Daddy,” ajak Xavier sambil menarik tangan Evan karena dia sudah bosan menunggu.
“Tunggulah sebentar lagi, dia pasti akan segera kembali,” Evan melihat jam. Sudah setengah jam Belinda pergi, apa kedai es cream begitu ramai sehingga membuatnya harus mengantri?
“Ayo Daddy, kami sudah tidak sabar. Setelah makan es cream kami mau kembali bermain!” Oliver dan Xavier mulai menarik tangan Evan agar Evan mau pergi mencari Belinda.
“Baiklah, jangan menarik tanganku!” mau tidak mau Evan pergi bersama kedua anak nakal itu untuk mencari Belinda.
Memang kedai es cream begitu mengantri tapi Belinda yang memiliki tubuh gemuk tidak terlihat sama sekali. Si kembar sampai berlari untuk melihat apakah Belinda ada di antara para pengunjung yang sedang mengantri atau tidak tapi mereka tidak mendapati Belinda.
“Kak Winnie tidak ada. Apa dia sudah ditangkap oleh seorang penjahat?” tanya Oliver.
“Kakak begitu lucu. Jangan-jangan dia diculik,” ucap Xavier.
“Jangan asal bicara. Tidak akan ada yang mau melakukan hal itu!” dengan tubuh sebesar itu, mana ada penculik yang bisa membawa Belinda tanpa ketahuan?
“Jika begitu kakak pergi ke mana? Cepat hubungi kakak, Daddy!” pinta si kembar. Evan mencoba menghubungi Belinda namun Belinda tak menjawab panggilan darinya. Hal itu tentu saja membuatnya cemas, jangan sampai apa yang dikatakan oleh si kembar jika Belinda diculik adalah benar.
“Kita cari tapi jangan pergi yang jauh!” ke mana Belinda pergi? Apa dia pergi ke kamar mandi?
Mereka mulai mencari keberadaan Belinda dan bertanya kepada beberapa orang namun mereka tidak melihat bahkan sebagian dari mereka tidak ada yang mau menjawab.
Oliver dan Xavier menghampiri seseorang petugas yang ada di taman bermain itu. Mereka akan bertanya di mana Belinda berada pada petugas itu.
“Uncle.. Uncle, apa kau melihat kak Winnie The Pooh?” tanya Oliver.
“Oh, dia ada di sana,” Jawab petugas itu sambil menunjuk ke arah sebuah boneka Winnie The Pooh yang dipakai oleh seseorang.
“Bukan itu, Uncle. Tubuh kakak gemuk, dia memakai kacamata dan wajahnya lucu. Itu boneka, bukan yang kami cari!” ucap Xavier.
“Oh, jika itu aku tidak melihatnya,” jawab sang petugas.
Oliver dan Xavier kembali menghampiri Evan dan mengatakan Jika mereka tidak menemukan keberadaan Belinda. Evan pun sudah mencari namun dia tak menemukan keberadaan Belinda juga. Ke mana Belinda pergi dan Kenapa dia tidak memberitahu mereka?
Mereka terus mencari sampai akhirnya mereka menemukan keberadaan Belinda yang sedang menangis di balik sebuah pohon besar yang ada di taman bermain itu.