Sepasang Mantan 2 One Night With Mantan

BAB 22.

Riana keluar dari kamarnya, setelah beberapa saat membuat Brian menunggu dengan gelisah seperti seorang suami yang menanti detik detik persalinan sang istri.

Penantiannya Brian terbayar, ketika melihat Riana keluar dengan tampilan yang membuat Brian tak bisa berkedip walau sesaat, Riana begitu memukau, walau hanya memakai make up tipis seadanya, Riana juga melepas kacamatanya, dan menggantinya dengan softlens, mahkota bunga membuat Riana terlihat imut dan manis seperti seorang putri, begitulah yang Brian pikirkan.

Brian tersenyum samar, ia kembali merasakan desiran aneh di dadanya, beberapa saat Brian tak bisa memalingkan wajahnya, sungguh ini pertama kalinya Riana terlihat cantik sempurna di matanya, wanita calon ibu dari anaknya ini ternyata tak hanya memiliki kecerdasan diatas rata rata, tapi ia juga sangat cantik.

“Ehm …” Riana berdehem agar Brian segera tersadar dari lamunannya.

Riana berjalan lebih dulu menuju pintu, disusul kemudian Brian, masih dengan wajah datar, tidak menyangka Riana berhasil membuatnya terpesona.

Keduanya berjalan menuju pintu, tanpa suara, tanpa kontak fisik, seperti biasa hanya diam membisu, seperti dua orang asing.

tit

tit

tit

tit

tit

Riana dan Brian terbelalak, tidak menyangka akan bertemu dengan mereka, bagaimana mungkin? seharusnya ini tidak boleh terjadi.

Keduanya terlihat seperti maling yang ketahuan masuk kerumah orang tanpa permisi.

Kedua orang yang berdiri di hadapan Riana dan Brian pun tak kalah terkejut.

Baru baru ini, Richard dan Nisya mendapat undangan untuk menghadiri sebuah acara, dan mereka putuskan untuk datang lebih awal, agar bisa menghabiskan waktu dengan satu satunya putri mereka, tapi sungguh kejutan pagi ini tak pernah sedikitpun melintas dalam benak mereka.

“Pa …. pa …” panggil Riana dengan bibir bergetar, bahkan buket bunga yang ada di genggamannya jatuh begitu saja di lantai.

Riana mendekati papa Richard, bahkan di peluknya sang papa dengan erat, sungguh papa Richard adalah orang yang paling ia khawatirkan dalam hal ini, tapi sepertinya papa Richard cukup kuat melihat pemandangan di hadapannya, ia hanya tak bisa menyembunyikan marah yang kini bergolak di dadanya, apalagi penyebabnya jika bukan karena ie melihat Brian, putra dari Roger kawan baiknya, pria yang pernah menjadi menantunya, sekaligus pria yang sudah sangat menyakiti putri kesayangannya.

“Papa … aku bisa jelaskan semuanya,” bisik Riana.

Papa Richard mengangguk, ia tersenyum lembut, seraya mengusap kepala putri kesayangannya, namun ketika menatap wajah dingin Brian, pandangan mata Richard sarat akan emosi dan kebencian, “bisa kita bicara berdua?” pinta Richard pada Brian.

Brian tak punya pilihan lain selain mengiyakan keinginan calon papa mertuanya ini. 

Keduanya berlalu meninggalkan dua orang wanita yang kini berpelukan dalam tangis lirih.

🌹

🌹

🌹

Richard membawa Brian ke roof top apartemen, dan kini kedua pria beda generasi itu saling berhadapan.

Suasana tegang sungguh terasa, tapi entah kenapa Brian tak sedikit pun merasa gentar menghadapi calon papa mertuanya tersebut, Brian justru bangga karena ia merasa bahwa tindakannya membawa Riana ke altar pernikahan adalah benar adanya. 

“Jelaskan apa yang terjadi.” 

Brian menarik nafas, sesaat sebelum mulai berkisah, kedua tangannya yang berada di dalam saku celana kini terkepal. “Semuanya terjadi begitu saja, malam itu kami sama sekali tidak saling mengenali, hingga kami melakukannya, dan kini Riana tengah mengandung anak kami.”

Tak perlu penjelasan rinci, Richard sudah paham apa yang terjadi, marahkah Richard? 

Tentu saja.

Putri kesayangannya, melakukan perbuatan yang tak seharusnya dilakukan oleh seseorang yang belum menikah, dan kini bahkan sedang mengandung.

Dahulu ketika Riana bercerai, ada luka yang menganga begitu besar di hatinya, tentu wajar karena Riana adalah putri kesayangannya, hingga kini luka itu belum sembuh sempurna, dan kini mendengar bahwa Riana akan kembali menikah dengan mantan suami breng Sek nya, luka di hati Richard seperti tersiram air garam, sungguh pedih tak terkira, membayangkan Riana akan kembali menikah dengan Brian saja membuat Richard kembali memiliki luka baru, tapi membiarkan calon cucunya tak memiliki papa akan lebih membuatnya sakit.

“lalu?” tanya Richard lagi.

“Tentu saja kami akan menikah karena bayi itu memerlukan papa, dan saya juga menginginkannya, dia adalah calon pewaris Gustav.Inc.” 

Mendengar Brian membicarakan warisan, membuat Richard kembali mengingat tentang wasiat terakhir Roger, ‘jadi itu sebabnya, kenapa kamu berkeinginan menikahi putriku’, Richard membatin, akan lebih baik jika Brian tak tahu, jika ia sudah mengetahui isi dari wasiat Roger sebelum meninggal.

“Saya yakin, anda pun tak ingin nama baik keluarga William ternoda gara gara peristiwa ini.”

BUGH 

Richard melayangkan tinjunya ke pipi kiri Brian.

BUGH

Disusul kemudian ke pipi kanannya.

BUGH

Dan terakhir, sebuah tendangan tepat di ulu hati pria yang pernah menjadi menantunya tersebut.

Brian terhuyung hingga jatuh ke lantai, tapi ia masih bisa tertawa, entah apa maksudnya.

Nyeri?

Jangan lagi ditanya, Richard memang sudah berumur, tapi pria itu menguasai ilmu bela diri yang tak bisa dianggap main main.

Jadi Brian pun terdiam tak berani melakukan serangan balik, selain karena kemampuan berkelahinya tak sehebat Richard, Brian masih menghormati Richard sebagai kawan baik papa Roger.

Brian hanya mengusap darah segar yang mengalir di kedua sudut bibirnya.

Richard mendekat, kemudian berlutut dan mencengkram kerah kemeja Brian yang sudah berantakan.

“Itu untuk perlakuan kasarmu pada putriku, bahkan menurutku itu tak seberapa, karena seharusnya aku membuatmu berakhir di kamar jenazah, tetap saja itu belum sebanding dengan luka batin yang kamu berikan padanya,”

Brian merasakan tatapan Richard yang tajam menusuk.

“Tapi untuk kesalahan ini, aku tak akan menghajarmu, karena kalian berdua ikut andil di dalamnya, jadi sudah selayaknya kalian mendapatkan hukuman.”

“Kalian … aku izinkan menikah kembali, secara resmi, bukan pernikahan kontrak, seperti yang kalian rencanakan, tapi aku ingin pernikahan mewah, dan diketahui banyak orang, diliput berbagai media cetak dan elektronik.”

Brian kembali tertawa sumbang, Rupanya papa mertuanya adalah seseorang yang gila hormat, pikir Brian.

“Baiklah dengan senang hati akan kulakukan, tapi saya akan membawa Riana tinggal di mansion setelah kami menikah.”

"Tentu saja tak masalah, tapi aku juga akan menempatkan orang orang kepercayaan ku di sana, kamu pikir aku akan begitu saja melepaskan putri ku tanpa pengawasan?" Suara Richard terdengar lirih, namun sarat akan ancaman yang tak bisa Brian anggap remeh.

Hingga akhirnya, dengan terpaksa Brian pun menyetujui syarat dari Richard.

'Si Alan, gagal semua rencana awalku, ah terserah lah, aku akan memikirkan lagi caranya, tapi nanti setelah pernikahan'. Brian bermonolog.

"Siapkan semuanya, waktu mu satu minggu lagi," Richard menghempaskan tubuh Brian sembari memberikan ultimatumnya. 

"DAN … jika kamu berani menyakiti putriku lagi, maka bersiaplah, karena kamu tak akan bisa menatap mentari esok hari."

'Tak selayaknya pria Breng s ek sepertinya, dibiarkan berhadapan dengan Riana yang terlalu baik, perbuatan Breng Sek juga harus dilawan dengan kebreng Sek kan, itu baru benar'. Richard bergumam, sembari berjalan menuju Lift.

Mendiang Roger sudah pernah berpesan pada Richard secara pribadi, jika Brian berulah dan kembali menyakiti Riana, maka Richard sudah diizinkan memberikan pelajaran setimpal pada satu satu nya putra yang ia miliki, karena Roger sangat yakin, sepeninggalnya nanti, Brian pasti akan segera bercerai dengan Riana.