Ayesha seorang gadis muda yang harus merawat bayi kembar yang ditinggalkan ibu kandungnya begitu saja pasca melahirkan.
Luma tahun kemudian satu persatu identitas dari bayi kembar itu mulai terungkap dengan sendirinya saat ia bertemu langsung ayah kandung si kembar.
Ironisnya ayah kandung si kembar mengira Ayesha adalah seorang janda dan dia jatuh cinta dengan gadis yang telah merawat anak kandungnya selama ini.
"Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?
" Apakah ibu kandung si kembar meminta kembali anaknya dari Ayesha ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Kehebatan Ciky
Setibanya di rumah sakit, Eca memeriksa sendiri keadaan Lea. Baru saja ia selesai menangani teman putrinya itu, dokter Renata masuk dan mengambil alih pasien Lea.
"Keluarlah!" Ini bukan jadwal tugasmu. Bukankah jadwal tugasmu malam hari?"
"Tapi keadaan anak ini sedang sekarat. Tolonglah!"
"Jam terbang mu sebagai dokter bedah, baru berjalan dua tahun ini. Pengalamanmu belum banyak dan kau selalu mempermasalahkan hal kecil seakan anak ini mau mati.
Sekarang kamu pulang dan tidur. Biar aku yang mengurus pasien ini."
Sinis dokter Renata membuat dokter Eca akhirnya mengalah.
"Tolong tangani anak ini dengan baik!"
Eca mengajak si kembar meninggalkan rumah sakit. Sementara itu kedua orangtuanya Lea sudah datang dan menemui putrinya yang sedang di rawat dokter Renata.
"Bagaimana keadaan putri saya dokter?"
"Dia hanya mengalami sakit perut biasa. Ini akibat setress yang menyebabkan asam lambungnya naik. Kalian boleh membawanya pulang."
Ujar dokter Renata.
"Oh syukurlah. Aku merasa lega sekarang. Terimakasih dokter!"
Nyonya Luna dan tuan Heru membawa pulang putri mereka dengan rasa kesal begitu dalam karena merasa di kerjai dokter Eca.
"Sialan! Aku harus meninggalkan pekerjaan ku hanya urusan yang tidak penting ini." Umpat tuan Heru.
"Apakah putrimu tidak penting?"
"Yah penting, tapi lihatlah! Penyakitnya cuma sepele tapi di besar-besarkan oleh dokter Eca."
"Setidaknya dia sudah membantu kita membawa putri kita ke rumah sakit."
"Sudahlah! Aku tidak ingin berdebat denganmu."
Tukas Tuan Heru mempercepat laju kendaraannya agar cepat tiba di rumah.
"Bunda! Tolong lakukan pemeriksaan ulang pada kasus penyakitnya Lea bunda!" Pinta Ciky.
"Iya sayang. Kita coba lihat apa yang bunda dapatkan dari kasusnya."
Rupanya Eca dan si kembar belum pulang. Mereka ke kantor ibunya dan membuka laptop melihat hasil sampel penyakit Lea yang di kirim oleh lab ke email Eca.
"Hasil tesnya bunda terlihat ambigu" Ucap Ciky.
"Apa maksudmu Ciky?"
Lihatlah pergerakan video dari hasil USG perut Lea. Temanku itu menderita malrotasi usus dan terjadi volvulus.
Tes ambigu memberitahukan bahwa kondisi yang dialami oleh temanku Lea adalah faktor genetik. Gejalanya mirip dengan setress."
Ucap Ciky membuat Eca terpana.
"Sayang! Kamu pintar sekali. Kalau begitu temanmu Lea harus segera di selamatkan. Tapi bunda tidak bisa melakukan apapun padanya kalau saat ini bunda dibebas tugaskan. Paling nanti malam baru bisa menangani Lea."
"Kenapa bunda tidak coba bicara dengan atasan bunda tentang kasus Lea."
"Sayang semua pekerjaan yang berhubungan dengan hal-hal tertentu, orang tidak lagi mementingkan nilai kemanusiaan karena tujuan mereka hanya politik."
"Maksud bunda ada yang mengincar jabatan tertentu di rumah sakit ini untuk memperlihatkan otoritas mereka sebagai tim medis handal?"
Tanya Chiko yang melihat keberadaan bundanya sangat di sepelekan di rumah sakit ini.
"Ya seperti itulah sayang kalau kita sudah hidup membaur dengan manusia-manusia munafik hingga kebaikan yang memiliki nilai mulia dianggap suatu bentuk ancaman untuk mereka."
"Semoga bunda kami tetap konsisten dengan cita-cita mulianya." Ucap Ciky.
Eca tersenyum haru mendapatkan pujian dari Chiko.
Setibanya di rumah Eca langsung makan siang bersama si kembar lalu istirahat untuk memulihkan tenaganya dan si kembar.
Si kembar juga ikut tidur siang.
Saat malam tiba, Eca bergegas berangkat ke rumah sakit untuk melihat kondisi Lea. Ia begitu kaget kalau Lea sudah di bawa pulang oleh keluarganya.
Ia ijin keluar dan langsung ke rumah Lea untuk menjemput lagi teman putrinya itu.
Sekuriti mansion keluarga Lea menolak permohonan Eca untuk bertemu dengan Tuannya. Tapi Eca terus meyakinkan petugas keamanan itu tentang kondisi Lea.
"Baiklah. Aku akan mencoba membangun mereka, dokter. Tapi jika aku kehilangan pekerjaanku, anda harus bertanggung jawab atas semua ini."
"Baik. Kamu bisa bekerja di rumahku atau di perusahaan suamiku."
Ucap Eca sekenanya.
Tuan Heru dan istrinya keluar menemui Eca dengan wajah kesal.
"Apakah anda tidak tahu sekarang pukul berapa dokter. Hanya karena hasil tes penyakit Lea, anda berani menganggu kami di jam satu pagi?"
"Tolonglah Tuan! saya hanya ingin memastikan sendiri keadaan Lea."
"Apakah bos mu tahu tentang kedatangan mu ke rumahku?"
"Tidak!"
"Kalau begitu hubungi kami lagi di pagi hari."
"Putri kalian tidak akan bertahan sampai besok pagi."
Deggggg...
Tuan Heru dan istrinya saling menatap dan keduanya mempersilahkan Eca untuk melihat putri mereka.
Di dalam sana keadaan Lea sangat memperhatikan karena gadis kecil itu muntah di atas tempat tidur dan pingsan tanpa ketahuan orangtuanya.
"Leaaaaa!" Jerit nyonya Luna panik.
"Aku akan menelpon ambulans." Ujar tuan Heru.
"Kita tidak punya waktu. Sebaiknya bawa Lea dengan mobil pribadi."
Eca menggendong sendiri Lea. Ia duduk di jok belakang sambil mengawasi denyut nadi Lea. Sementara nyonya Luna dan suaminya duduk di depan. Tuan Heru membawa mobilnya sendiri.
"Denyut nadinya terlalu lemah untuk memompa ke organnya."
"Apa artinya dokter?"
Kita harus cepat tiba di rumah sakit karena anakmu sakrat.
Tuan Heru menambah kecepatan mobilnya menuju rumah sakit.
"Pasien wanita usia lima tahun. Dia mengalami bradikardia dengan syok hipovolemik.
Dibutuhkan oksigen dan infus adrenalin dan satu liter garam dengan aliran di buka lebar." Ucap Eca sambil memompa jantung Lea diatas brangkar menuju ruang IGD.
"Tolong beri kami jalan!"
Pinta suster sambil mendorong brangkar Lea.
"Denyut jantungnya sudah lebih baik. Dia butuh USG itu. Usus kecil terlilit di sekitar arteri mesentrik superior. Lea perlu segera di operasi.
"Kita perlu mengkonfirmasi dokter Renata."
"Tidak suster! Dokter Renata saat ini sedang melakukan operasi. Sebagian usus Lea sakarat dan membunuhnya dengan itu.
"Tidak! Kau tidak bisa memutuskannya sendiri. Dokter Renata lebih kompeten daripadamu dokter baru di sini." Ujar suster Ana.
Eca tidak peduli dengan ocehan suster Ana. Eca menelpon bagian pengaturan operasi.
"Apa ini pengaturan jadwal operasi?"
"Apa ini dengan dokter Eca?"
"Ya, tolong siapkan ruang operasi untuk pembedahan." Pinta Eca tegas.
Di ruang operasi Eca sudah siap melakukan operasi pada perut Lea di bantu tim dokter lain."
"Pisau bedah sepuluh."
Pinta Eca pada suster.
Baru saja Eca mau menyayat permukaan perut Lea, tiba-tiba datang dokter Renata datang.
"Aku akan mengambil alih dari sini. Diagnosa mu sangat baik. Aku yang akan tangani pembedahan nya."
Pinta dokter Renata sambil merebut pisau bedah di tangan Eca.
"Apakah kamu ingin aku membantumu dokter?" Tanya Eca.
"Ini kasus yang sangat mendasar dan aku bisa tangani ini. Sebaiknya kamu kunjungi pasien yang lain."
Usir dokter Renata yang tidak begitu suka dengan dokter Eca.
"Biarkan dokter Eca tetap di ruang operasi. Aku meyakini opini kita pada kebijakan menerima dokter Eca.
Pertempuran mu sudah kalah, dokter Eca di sini dan kita harus menerimanya. Kita harus memperlakukan dia seperti residen lain."
Ucap dokter Gaes yang ikut hadir di ruang operasi.
"Tapi, dokter Gaes ini timku."
"Ini rumah sakit ku." Sarkas dokter Gaes.
Akhirnya operasi itu di ambil alih oleh dokter Eca selaku dokter bedah Lea.
Dokter Gaes meninggalkan ruang operasi itu dan pulang.
aku rindu.
eh mlah tamat /Angry/