Beside Story Of [SELEPAS KATA TALAK]
"Separah itukah garis takdir sampai aku mendapat gelar istri yang haram disentuh?"
Gevanya Rianti adalah seorang Dokter Muda, dia harus menelan pil pahit disaat dirinya harus berdiri di pelaminan tanpa mempelai pria karena calon suaminya, Loki Ardiansyah lebih memilih pergi bersama selingkuhannya.
Refal Argantara, seorang pria lumpuh kakak dari Loki memilih menjadi pengganti Loki sebagai suami Gevanya, namun siapa sangka dimalam pertama mereka Gevanya mendapatkan fakta bahwa dirinya hamil setelah pernikahan itu yang membuat dirinya menjadi istri yang haram disentuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23. Semuanya Masih Sama
"Semuanya baik-baik saja, sayang," Arga menangkup wajah Gevanya dan mengusap air mata istrinya itu dengan kedua jempolnya.
Arga menatap dalam wajah Gevanya kemudian menarik wajahnya dan mengecup keningnya. "Percaya sama Abang, semuanya masih baik-baik aja."
"Anak aku mana?" Pertanyaan itu masih terlontar dari bibir Gevanya yang membuat Arga semakin tidak tahan dengan tangisan istrinya.
"BISA TIDAK KAU BERHENTI MENANGIS?" Arga membentak yang membuat Gevanya melepas pelukan Arga dan menatap wajah Arga.
Arga menghela napas, ia kemudian meraih dagu Gevanya dan mengapitnya dengan jempol dan telunjuknya. "Aku sakit hati melihat air matamu, sayang."
Gevanya terdiam, dia masih belum bisa mencerna dengan baik ucapan Arga, perlahan Arga mengelus pipi Gevanya yang kemudian naik ke bagian bawah mata Gevanya dan kembali mengusap air mata Gevanya. "Ini air mata terakhirmu yah? Abang gak bakal biarin istri Abang nangis lagi."
"Bang Arga?" lirih Gevanya yang kaget akan sikap Arga kepadanya.
"Abang sayang sama kamu dek, Abang mungkin cinta, Abang gak mau kamu menangis, perasaan macam apa ini?" Arga berucap lugas kemudian menyandarkan kepala Gevanya di dadanya sehingga wajah Gevanya terbenam di dada Arga.
"Abang gak lagi bercanda kan?"
Arga mendorong kepala Gevanya dari dadanya kemudian menangkupnya dengan kedua tangannya. "Tatap mata Abang?"
Gevanya menunduk. Dia tidak berani menatap dua manik mata penuh sorotan bermakna itu, Arga mengangkat perlahan wajah Gevanya yang menunduk agar ingin menatapnya.
"Apakah Abang keliatan berbohong? Perasaan Abang tulus dek! Dimata Abang cuma ada kamu! Kamu kenapa sih bikin Abang jadi lemah begini?" jelas Arga saat manik matanya bertemu pandang dengan manik mata Gevanya.
Hening.
Gevanya terdiam dan bingung harus bereaksi apa-apa, dia sedikit menjauhkan badannya dari Arga. "Aku perlu waktu sendiri."
Arga menghela napas panjang, ia kemudian kembali ke kursi rodanya, dia menatap Gevanya yang masih duduk diatas ranjangnya.
Tak lama kemudian, pintu ruangan tersebut terbuka, dimana Adam, Dikta bersama seseorang yang Arga tidak kenali datang.
"Assalamualaikum,"
"Wa'alaikumsalam,"
Dikta langsung berjalan ke arah Gevanya dan memeluk sahabatnya itu, Gevanya kembali menangis dalam pelukan Dikta.
"Ga? Kenalin ini Ustad Zaky," Adam mengenalkan Ustad Zaky kepada Arga yang membuat Arga mengangguk.
"Yang ikhlas yah Ge, aku datang kesini bareng Ustad Zaky, biar beliau bisa kasih kamu wejangan untuk mengikhlaskan apa yang sudah terjadi," Dikta menatap iba sahabatnya.
Ustad Zaky tersenyum, Ustad muda itu menghela napas. "Betul Mbak Ge, yang sabar yah dalam menghadapi cobaan dari Allah karena ini sesungguhnya langkah baru bagi kehidupan Mbak Gevanya, Maka ketahuilah Barangsiapa yang berusaha menjaga diri, maka Allah menjaganya, barangsiapa yang berusaha merasa cukup, maka Allah mencukupinya. Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bisa bersabar dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang melebihi kesabaran."
Gevanya mengangguk mendengar penuturan Ustad Zaky. "Makasih Pak Ustad."
"Sholat, bicara sama Allah dari hati ke hati, supaya kamu bisa tenang," Dikta menatap Gevanya dalam.
"Ge kan baru aja keguguran jadi dia belum wajib sholat dulu, dek," tegur Adam.
"Iyakah setahu aku bisa Mas," Dikta menatap Adam.
Ustad Zaky menatap keduanya. "Sebenarnya keguguran dibagi dua, Nifas dan Istihadhah, dan ada dua pendapat tentang wanita keguguran wajib sholat atau tidak, pertama adalah Mazhab imam Syafii, yaitu semua darah wanita keguguran adalah nifas."
"Dan yang kedua adalah. Jumhar Ulama, yang berpendapat bahwa jika janin yang keluar telah membentuk organ, maka darah yang keluar mengiringinya adalah disebut darah nifas. Namun jika belum membentuk, masih berupa gumpalan darah, gumpalan daging. Maka darah yang keluar megiringinya belum dihukumi sebagai darah nifas, melainkan istihadhah. Sehingga ibunya tetap punya kewajiban shalat, puasa dan lainnya. Dan segala hal yang diharamkan bagi wanita nifas tidak berlaku bagi wanita istihadhah." lanjut Ustad Zaky.
Dikta dan Gevanya saling menatap. "Jadi harus ikut pendapat yang mana Ustad?"
"Kembali lagi kepada diri kita, dan kembalikan pula kepada Allah, apa yang kita yakini itu yang kita lakukan," jawab Ustad Zaky.
•
•
•
TBC
Assalamualaikum
Jangan Lupa Like