Seperti halnya alinea yang membutuhkan penggabungan beberapa rangkaian kata dan kalimat untuk bisa terbentuk sempurna, begitu pula dengan kisah cinta yang membutuhkan rangkaian perasaan untuk menjadi sebuah kisah cinta yang sempurna.
Berangkat dari sebuah tikaman tak kasat mata yang membuat hati begitu terluka, seonggok daging yang bernyawa mempunyai harapan untuk bisa mendapatkan sebuah cinta layaknya Rasulullah yang begitu mencintai Khadijah.
Mungkin semua orang bisa menentukan tujuan mereka, tapi tidak dengan apa yang akan mereka temukan. Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Disinilah perjalanan diantara suka dan duka dalam kehidupan yang terakit indah menjadi sebuah ALINEA CINTA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lin Aiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
"Meera! Sini dulu, Nak."
Ameera menghampiri dua pria tua yang sedang duduk berjongkok dibalik Jendela ruang tamu rumah mereka hanya untuk membunuh rasa penasaran mereka dengan seorang wanita yang 'katanya' disukai oleh kakaknya.
"Apa, Pa?" tanya Ameera.
"Itu anak mana lagi?" tanya Hiko.
Ameera ikut melihat keberadaan kakaknya didepan pintu gerbang rumah mereka.
"Cantik bener yang itu." Tambah Genta, "Boleh itu kalau Al gak mau, kasih ke aku aja."
"Itu Mbak Sora, Oom." Jawab Ameera.
"MasyaAllah, cantik bener..., jadi pengen halalin aja nih." Ujar Genta.
"Mulut lo, Ta!" Hiko menampar pelan bibir Genta.
"sora bukannya yang gak pake hijab ya, Sayang?" tanya Hiko.
Ameera mengangguk, "Iya, Pa. Tapi Inshaa Allah mbak Sora akan terus memakai hijab, Pa."
"Sora suka sama Al?" tanya Hiko lagi.
"Kayaknya sih, Pa. Lihat gerak gerik mereka sepertinya saling suka."
"Gila! Anak lo beruntung banget sih, Ko. Disukain cewek cantik, kakak adek, anak orang kaya pula." Kata Genta.
"Turunan gue, Ta! Bibitnya beda, emang elo? tumbuh sendiri." Sahut Hiko, ia berdiri dan ganti duduk di sofa.
"Jadi kakak adik sama-sama suka sama mas mu, Sayang?" tanya Ruby yang baru datang bergabung.
"Meera belum tahu pasti tentang perasaan mbak Sora ke mas Al, Ma. Tapi mbak Sora sering tanya-tanya gitu tentang mas Al, trus mas Al juga perhatian banget sama mbak Sora. Padahal kan mas Al gak pernah nanggepin cewek diluaran sana."
"Berat tuh kalo papa jadi, Al. Kakak adek pilihannya." Kata Hiko.
"Di do'akan saja, Mas. Semoga Al bisa mendapatkan istri yang terbaik menurut Allah." Ujar Ruby.
"Iya, Sayang...,"
***
Sementara itu percakapan singkat Almeer dan Sora harus terhenti ketika sebuah sedan hitam kepunyaan Aga berhenti didepan rumah Sora. Aga keluar dari mobil dan diam disamping pintu mobil menunggu Sora.
"Kamu udah mau masuk kerja?" tanya Almeer.
"Iya, dong. Masa' aku harus dirumah aja. Gak dapet gaji dong aku ntar." Jawab Sora.
Almeer tersenyum, "Ya udah, berangkat gih. Aku berangkat juga."
Sora mengangguk dan melambaikan tangannya, " Hati-hati ya, Al."
Almeer menyalakan mesin motornya, " Iya, Sora. Kamu juga. Assalamu'alaikum "
"Wa'alaikumsalam...," Jawab Sora.
Almeer pun melajukan motornya dan Sora masih menatapi punggung Almeer hingga pria itu menghilang di persimpangan jalan raya. Ia pergi menghampiri Aga yang sudah membukakan pintu mobil untuk Sora.
"Ga, gimana penampilanku?" tanya Sora sebelum masuk ke dalam mobil. Senyumnya mengembang lebar sambil memainkan bagian bawah gamisnya.
"Lebih baik dari kemarin, Nona." Jawab Aga dengan wajah datarnya.
"Cocok?" tanya Sora.
"Cocok, Nona."
"Cantik?"
"Cantik, Nona."
Senyum Sora memudar dan berubah jutek menatap Aga, "Nyesel aku tanya sama kamu! Jawabanmu gak inovatif banget."
Sora hendak masuk ke dalam mobil, Tiba-tiba saja tangan Aga menahan bagian atas pintu mobil hingga membuat Sora terkejut menatap Aga.
"Anda selalu cantik setiap saat, Nona. Memakai apapun pasti cocok di badan anda. Tapi untuk pakaian ini, anda lebih terlihat sempurna."
Sora tercengang mendengar kalimat yang keluar dari mulut Aga. "Kamu...., Mikail Tyaga?"
Aga diam tak menjawab.
"Wooaaaah! Ini kalimat terpanjangmu yang membicarakan hal-hal diluar pekerjaan. Wooaaaaah, Aga bisa juga kayak gini." Sora bertepuk tangan.
"Sebaikya anda segera masuk, Nona. Anda bisa telat datang ke kantor." Kata Aga.
"Ngapain juga takut telat, toh mereka semua udah tahu siapa aku, gak bakal ada yang marahin aku." Ujar Sora sambil masuk ke dalam mobil.
"Anda tetap harus profesional, Nona."
"Iya iya iya," Ucap Sora.
Aga menutup pintu mobil dan memutar masuk lewat pintu depan untuk duduk disamping pengemudinya.
"Sky gak ikut kantor, Ga?" tanya Sora ketika sopir sudah menjalankan mobil Aga.
"Tuan muda ikut menemani Tuan Besar dan Tuan Marko bertemu rekan bisnis." Jawab Aga.
"Ooh...,"
Sora tak melanjutkan pertanyaannya dan duduk diam menatap keluar jendela mobil.
***
Udara dinginnya pagi kota Jogja masih belum hilang sepenuhnya walau sang surya sudah naik lebih tinggi ke peraduannya. Langit biru tergelar indah berlukis sedikit awan putih dengan satu jalur kondensasi berwarna putih lurus yang terbentuk dari pesawat jet.
Sky yang masih memakai celana pendek dan kaos oblong baru keluar rumah hendak pergi ke sebuah mini market.
"bip bip!"
Bunyi kunci otomatis pintu mobil terbuka ketika Sky menekan sebuah tombol di tangannya. Niatnya untuk segera masuk ke dalam mobil terhenti ketika melihat Ameera dan Susi keluar dari pintu gerbang rumahnya.
Bibir Sky seakan kelu dan bingung ingin berbuat apa, ingin tak acuh atau malah tersenyum menyapa Ameera. Matanya sibuk memandang apapun disana asal bukan gadis manis didepannya sana.
"Assalamu'alaikum, Mas...,"
Sapaan Ameera membuat Sky kaget hingga menjatuhkan kunci mobilnya. "Wa'alaikumsalam," Jawabnya cepat, ia segera mengambil kunci mobilnya yang jatuh dan menuju ke mobilnya.
Sky menghentikan langkahnya membuka mobil ketika melihat pantulan Ameera dan Susi sedang melihatnya dengan tatapan yang membuatnya tak nyaman. Ia baru menyadari jika mungkin sikapnya barusan terlihat angkuh dimata mereka, walau sebenarnya yang ia rasakan adalah rasa gugup.
Sky membalikkan badannya, melihat Ameera yang sudah mulai melangkah.
"Amerra!" Panggil Sky setelah mengumpulkan keberaniannya.
"Ya, Mas?"
"Mm...," Sky menunduk, menggaruk kepalanya yang tidak gatal kemudian memberanikan diri menatap Ameera. "Mau kemana?" tanya Sky.
"Mau belanja, Mas." Jawab Ameera.
"Mau ku anter?" tanya Sky.
Ameera menggeleng pelan, "Terimakasih tawarannya, Mas. Kami jalan kaki saja, deket." Ia menutup kalimatnya dengan senyuman.
"Aah, iya iya." Sky mengangguk.
"Kami duluan, Mas. Assalamu'alaikum...,"
"Wa'alaikumsalam ...,"
Ameera melanjutkan langkahnya sedangkan Sky berdiri menyandarkan diri di mobilnya. Ia menempelkan dua jari telunjuk dan jari tengahnya dipergelangan tangan kirinya.
"Gini banget nyapa cewek, aja." Gumam Sky, ia mengatur nafas agar detak jantungnya kembali normal.
***
Mobil yang ditumpangi Sora dan Aga telah berhenti didepan pintu utama loby. Satpam yang berjaga di depan pintu loby langsung membuka pintu belakang mobil. Ia terkejut ketika yang keluar malah wanita cantik berhijab pink yang Selam ini ia kenal sebagai karyawan namun ia anak pemilik perusahaan tempatnya bekerja.
"Selamat pagi, Bu!" Sapanya.
Sora terkekeh, "Please lah, kamu nyapa aku pakai panggilan 'Bu' kesannya aku udah tua banget."
"Panggil aja seperti biasa, dia disini tetap seorang sekretaris." Ujar Aga yang baru keluar dari pintu depan.
"Baik. Pak." Ucap satpam itu.
Baru Sora dan Aga melangkah masuk ke dalam loby, jajaran orang-orang penting dan beberapa karyawan yang sudah hadir berbondong menyambut kedatangan mereka.
"Ada apa ini?" tanya Aga.
"Kami disini ingin menyampaikan permohonan maaf pada bu Sora karena kami memperlakukan ibu dengan tidak hormat." Kata seorang direktur personalia.
"Hahaha... Ups!" Kebiasaan lama Sora masih terbawa, ia menutup mulutnya. "Geli tahu di panggil 'Bu' itu. Berasa tua." Kata Sora.
"Kalian tidak perlu bersikap seperti ini, dia disini sebagai karyawan, perlakukan dia sewajarnya saja. Tidak perlu berlebihan." Kata Aga.
Para karyawan itu masih terlihat segan.
"Udah, bubar aja. Kerja lagi..., dan inget, jangan panggil aku pake sebutan 'Bu'. Oke?" Kata Sora.
"Kalian bisa kembali Bekerja." Lanjut Aga.
Semua membubarkan diri, memberi jalan untuk Aga dan Sora melangkah lebih dulu. Sampai didepan pintu lift, Aga menatap Sora.
"Kenapa?" tanya Aga.
"Bukannya kamu seharusnya masuk di lift sebelah sana?" tanya Aga.
Sora mengernyit, "Kamu?" Sora mengulang panggilan Aga padanya.
"Ini di kantor, Jabatanku masih lebih tinggi dari kamu." Aga menyunggingkan senyum kemenangan.
"Hah!" Sora tercengang, "Bukannya kamu bilang kalau karyawan juga boleh pakai lift ini?"
"Tapi kenyataannya gak ada karyawan yang mau pakai lift ini."
Sora menggertakkan satu kakinya ke lantai, "Hih!" keluhnya kesal sambil melangkah ke antrian karyawan yang akan masuk ke lift.
"Ingat! Perlakukan dia seperti karyawan lain!" Kata Aga pada karyawan-karyawannya.
"Baik, Pak."
Aga pun masuk ke dalam lift khusus untuknya, dan Sora masuk ke dalam lift karyawan. Keadaan didalam lift sangat hening. Biasanya akan ada saja yang mengomentari pakaiannya, namun kali ini mereka diam seribu bahasa untuk mempertahankan karir mereka di Actmedia.
Sora keluar dilantai tiga dengan beberapa orang yang ada di lift. Kedatangannya sudah disambut oleh orang yang sebenarnya tidak ingin ia temui. Tapi, bagaimanapun juga ia harus menemui wanita berambut pendek itu.
"Ada yang harus saya bicarakan dengan anda." Ujar Nadia dengan wajahnya yang penuh dengan penyesalan.
Sora ingin tertawa namun ia menahannya dan mengangguk menyetujui permintaan Nadia.
Dapur lantai tiga menjadi tempat Sora dan Nadia berbicara. Tak ada seorang pun yang berani masuk kesana. Semua orang tahu jika Nadia harus meminta maaf pada Sora.
"Saya—"
"Bicara seperti biasanya saja, Kak. Aku disini bukan sebagai anak pemilik Actmedia, aku karyawan biasa didalam sini." Ujar Sora.
Nadia diam untuk berfikir sejenak, menuruti kemauan Sora atau menuruti kenyamanan hatinya yang lebih sopan berbicara formal dengan Sora.
"Aku sudah memaafkanmu, Kak." Ujar Sora karena terlalu lama menunggu kalimat yang keluar dari mulut Nadia. "Dan aku juga mengucapkan terimakasih padamu." Lanjut Sora.
"Terimakasih?" Nadia kebingungan, "Untuk apa? aku selalu berbuat jahat padamu."
"Berkat kamu, aku bisa seperti ini sekarang. Mungkin Allah menitipkan pesan padamu untukku. Terimakasih, aku tulus mengucapkannya."
"Tapi...,"
"Kamu tidak perlu meminta maaf, Kak. Aku menjamin perbuatanmu padaku tidak akan mempengaruhi karirmu. Kedepannya, bersikaplah apa adanya padaku. Kamu gak perlu berpura-pura baik padaku." Kata Sora.
Mata Nadia berkaca-kaca mendengar pernyataan Sora, "Terimakasih, aku sangat berterimakasih kamu mau memaafkanku." Ujarnya.
Sora mengangguk, "Aku keluar dulu." Ucap Sora kemudian keluar dapur meninggalkan Nadia.
"Ya Allah, nih mulut kenapa, ya? bisa-bisanya keluar kalimat-kalimat lembut yang bukan aku banget. Hahahaha." Sora kembali menutup mulutnya dan menepuk-nepuk mulutnya, "Nih mulut masih nyablak aja." keluhnya.
"Sora!"
Sebuah suara yang sangat ia sukai terdengar memanggil namanya, ia menoleh ke belakang. "Almeer!?" Ia terbelalak mendapati Almeer dan Yota ada dikantornya.
"Kok disini? ada apa?" tanya Sora ketika Almeer sudah berada dihadapannya.
"Dua hari ini aku presentasi disini. Kemarin dan hari ini...," Jawab Almeer.
"Oya?" Sora merasa tak suka kali ini akan kehadiran Almeer.
"Kenapa mukanya cemberut gitu?" tanya Almeer.
"Pasti banyak banget deh cewek-cewek disini yang curi-curi pandang ke kamu." Kata Sora.
"Hahahaha, mereka kan memang punya mata, Sora. Fungsi utama mata itu untuk melihat, ya wajar dong kalau mereka ngelihatin aku yang ganteng ini. Aku kan gak mau kalau gantengku mubadzir gitu aja."
"Astaghfirullah, Al... Kok pede bangeet sih kamu tuh...," Sora terdiam tak melanjutkan kalimatnya. Kan aku jadi pengen ngemilikin, batin Sora.
"Bukan pede, Sora. Tapi emang kenyataan yang gak bisa ditutupi dengan cara apapun." Jawab Almeer.
Sora menyebikkan bibirnya dan membuang pandangannya ke sisi lain. Dan ternyata para rekan kerjanya yang wanita sedang menatapi Almeer dari balik kubikel mereka.
"Hei hei hei! Kerja kerja, jangan lihatin dia! Udah ada yang punya." Kata Sora setengah berteriak.
Nyali para wanita itu langsung menciut mendapat teguran dari Sora. Mereka kembali Bekerja lagi walau masih sembunyi-sembunyi menikmati salah satu anugrah Tuhan didepan mereka itu.
"Emang siapa yang punya aku, Ra?" tanya Almeer.
"Emmbb," Sora berfikir sejenak, mana mungkin ia menjawab 'aku' walau sebenarnya ingin. "Papa Mamamu." Jawab Sora asal.
"Hahahaha, udah Ra. Aku mau ke ruangannya pak Prany dulu saja." Kata Almeer dengan masih tertawa.
Sora hanya tersenyum dan malu, "Iya Al. Aku bikinkan minuman untuk kalian." Kata Sora, Ia pergi kembali ke arah dapur.
Almeer melanjutkan langkahnya menuju ruangan Prany.
"Tampilan baru Mbak Sora bikin keder ya, Mas. Bener kata kamu, kalau pake hijab cantik banget. Gak mau tuh mas di halalin?" Goda Yota.
"Ngawur aja kamu itu, Ta."
"Ngawur gimana, Mas. Mbak Sora cantik, kaya, udah pakai hijab lagi. Kurang apa coba? dari matanya juga keliatan jelas suka sama Mas Al."
Almeer tersenyum kecil, "Justru karena kesempurnaannya aku merasa gak pantas buat dia, Ta. Aku sama dia itu kaya bumi sama langit, beda." Ujar Almeer.
"Kamu ya ganteng loh, Mas. Ilmu agamanya udah gak perlu ditanya. Kurangmu cuma satu, Mas. Kurang kaya. Tapi aku jamin, kamu lamar dia juga pasti langsung dijawab iya, Mas."
"Masalah hati itu gak segampang mulut bicara, Ta."
"Lah memang hatimu kenapa, Mas? gak ada namanya di hatimu?"
"Udah udah... Gak akan ngerti kamu. Jangan bahas itu, fokus kerja aja. Kalau ku tinggal biar lancar kerjaanmu nanti."
"Aku masih penasaran loh, Mas."
"Udaah....," Almeer menepuk bahu Yota beberapa kali.
Yota pun menuruti kemauan Almeer dan terus melangkah ke ruangan Prany.
-Bersambung-
.
.
.
.
.
BACA DULU INFO INI
Dear pembaca yang sangat aku sayangi dan cintai sepenuh ginjalku dan sepanjang usus dua belas jariku.
Untuk beberapa hari kedepan author receh ini masih sibuk, tapi aku usahakan bakal up setiap hari ya walau cuma satu episode. Di laut lagi banyak plankton yang melahirkan, jadi aku harus membantu proses kelahiran mereka. Aku harap kalian paham betapa sibuknya aku ini.
Salam laf laf dari akuh.
Jangan lupa tekan LIKE, ketik KOMENTAR, kembali ke halaman sampul buat KASIH BINTANG LIMA dan VOTE novel ini ya.
Terimakasih dukungannya.
narsis nya gen papa hiko banget
/Facepalm/